***
Felix ... kehabisan kata-kata.
Speechless. Agak nggak percaya sama apa yang barusan dia denger.
"Ga," Felix mencoba menata pikiran dan nyiapin jawaban. "Thanks for telling me all those nice words."
Felix mengambil waktu beberapa saat untuk benar-benar berpikir, dengan Haga yang masih ngasih tatapan tulus ke dia.
"Gue minta maaf juga Ga, kata-kata gue semalem mungkin bikin lo... bingung atau gimana. But I myself actually confused, soal kita."
Pipi Felix terasa panas waktu dia bilang 'kita', tapi Felix maksain dirinya buat ngelanjutin. "Sebelumnya gue nggak yakin lo beneran mau 'ke arah sini', you know... Thanks to you, I can get it clear now."
Haga senyum, condongin tubuhnya makin mengikis jarak mereka. "How do you feel, Lix? About us?"
Mata Felix melebar. Tiba-tiba, Felix bisa denger detak jantungnya sendiri. Pandangannya berlari dari Haga yang natap dia intense ke sudut lain ruangan. Salting, Gosh.
Itu tadi pertanyaan yang kata Ayen harusnya Felix tanyain ke orang-orang yang pernah deket sama dia, tapi Felix nggak pernah seberani itu buat being the one who bring the question to the table bravely. Sekarang, tiba-tiba, ada orang yang earnestly, boldly, nanyain itu ke dia.
Felix berdehem, narik nafas panjang, mutusin buat jadi seberani Haga untuk take the next step.
"Honestly Ga, gue seneng sama kita. I mean, I was and I am happy with whatever's going on between us. Meskipun yang kaya lo bilang, waktu kita bareng tuh masih sangat sebentar dan interaksi kita baru sedikit. But, truthfully, I feel joy, excited, and always waiting for what will happen next."
Haga yang merhatiin dia dengan atentif sekarang tersenyum lebar, bikin debar jantung Felix makin cepat, melting. Buru-buru, Felix ngelanjutin apa yang pengen dia omongin.
"However, Ga, there is something... I don't know, something that makes my heart feels heavy. I guess, there is also some amount of fears and hesitations in there."
Senyum Haga meredup.
"Maybe it is just me who isn't as brave as you. Maybe it's because other things I don't know yet."
Felix mengambil jeda. Sekarang, dalam hatinya, ia juga lagi meyakinkan diri.
"But I also believe that, getting closer, to know each other better, will ease those bad feelings, someday."
Semua pertanyaan di pikirannya, soal rumor dan soal kemungkinan-kemungkinan lain yang bikin dia ragu sama Haga, akan terjawab sendiri nantinya ketika mereka semakin dekat. Iya kan?
Mungkin, Felix ngerasa ragu dan takut, untuk memulai whatever it is, itu cuma karena Felix belum sedeket itu, belum sekenal itu, sama Haga. Dan, ketika Felix pengen tau lebih banyak, dia dibatasi dengan posisinya yang 'bukan siapa-siapanya Haga.'
Now, if they both agree to open up to each other, to get closer, this is exactly the chance for Felix, isn't it?
Okey, Felix udah ngungkapin keresahannya ke Haga, soal ketakutan dan keraguannya. Sekarang, bola-nya ada di Haga. If those feelings become a burden for Haga, then they better not to continue.
Felix memainkan jarinya sendiri dengan bimbang saat Haga tiba-tiba narik dia ke pelukan.
Kaget. Felix melebarkan mata, badannya membeku tapi lemas dalam satu waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes - Hyunlix
FanfictionFelix anak OSIS. Haga anak basket. Di kelas 12 ini, mereka sekelas. or cliche high school story when hj the bad boy meet flx the good boy and their dynamics