***
Lino merogoh saku-saku seragamnya. Saat nggak nemuin apa-apa, dia mengorek isi laci dan tas, mencari satu benda kecil.
"Je, lo ada korek nggak?" Akhirnya Lino menyerah, kayanya korek punya dia udah ilang lagi padahal baru beli kemaren. Ia menepuk pundak Jiano yang lagi sibuk ngetik di-handphone sambil tangannya membawa plastik besar berisi kertas warna-warni: properti koreografi ultras.
Jiano mengangkat wajah. Tanpa bersuara, ia merogoh saku celananya dan meletakkan korek api berlogo Circle K di atas meja.
"Lo ambil bendera di studcenter ya. Sama sisaan kertas ini. Abin udah minta gue nyusul ke stadium sekarang buat bagiin ini."
"Oh, briefing-nya udah mulai?"
"Iya, kata Jema udah. Sengaja dicepetin. Kan ntar Abin mau ngomong juga ke anak-anak soal yang kemaren, biar ada waktu."
Lino mengangguk. "Bilangin gue skip briefing yak, pen sebat dulu dah, asem banget ini mulut."
"Sebat di mana lo jam segini? Awas ketauan anak OSIS."
"Kagak bakal. Gua tau tempat rahasia." Lino menepuk dadanya bangga dengan senyum sombong.
Beberapa hari lalu sebelum ekskul taekwondo mulai, Lino pengen banget ngerokok dulu. Felix yang lagi sama dia ngajak dia ke suatu lokasi, yang Lino sendiri baru tau ada tempat itu di sekolah ini. Tempatnya enak banget dan sangat strategis buat sebat, yakin nggak bakal ketauan sama anak-anak OSIS atau guru. Lino aja heran darimana Felix yang anak OSIS malah tau-tauan tempat gituan.
"Iye dah. Jan lupa nyusul bawa bendera. Tiga puluh menitan lagi match-nya. Anak-anak harus di-briefing bener-bener ini cuk, potensi ribut." Jiano berkata serius, ngasih liat foto situasi tribun yang dikirim Jema ke group chat bernama 'intisari' berisi penggerak ultras termasuk Lino dan Changbin.
"Paham gua. Beneran sebatang doang abis itu nyusul."
***
"Haga," Felix manggil pelan sambil menepuk bahu Haga yang lagi-lagi sedang tidur di pangkuannya. "Udah 16.40 nih, lo harus ke stadium."
Jam 17.30 hari ini adalah jadwal match yang menentukan siapa aja nama-nama yang akan mewakili tim basket HGIS di NBL; apakah tim Haga, atau tim Don, atau mungkin Coach basket bakal ngintervensi buat milih nama-nama perindividu lagi.
Setelah kelas terakhir selesai tepat pukul 16.00, Haga minta Felix nemenin dia power nap 20 menitan, katanya dia perlu recharge energy sebelum pertandingan.
Semingguan ini mereka ngabisin waktu bareng, Haga sering banget minta waktu tidur—tidur beneran—bareng Felix, karena kata Haga itu adalah waktu tidur paling nyaman dan paling berkualitas buat dia.
Felix ketawa kecil ngeliat Haga yang malah ndusel ke perutnya. Tangannya yang semula diletakkan di atas mata beralih untuk memeluk pinggang Felix, tak mengacuhkan panggilan si blonde.
"Hey, you have a very important match today, remember?" Felix ngusap surai rambut Haga. Terdengar gumaman, "he-hem," yang teredam kain seragam Felix.
"I'll give you five minutes more, alright?"
Kepala Haga bergerak untuk mengangguk, mengeratkan pelukannya ke pinggang Felix yang posisinya duduk, menyerahkan pangkuannya dijadikan bantal untuk Haga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Strawberries and Cigarettes - Hyunlix
FanfictionFelix anak OSIS. Haga anak basket. Di kelas 12 ini, mereka sekelas. or cliche high school story when hj the bad boy meet flx the good boy and their dynamics