13. Ada Apa Sih, Ga?

178 25 15
                                    

***

"Anjing! Kayanya dia nggak suka sama gua deh Ji. Ilfeel sih, fix. Shit." Haga merebut bantal di bawah kepala Koji, melempar dirinya sendiri ke sofa, nutupin mukanya pake bantal yang tadi dia rebut.

Koji yang kepalanya jatuh kejedot karpet lantai otomatis bangun, dengan emosi berdiri dan bales nabok bantal di atas muka Haga. "Elu yang anjing, sat!"

Sandi yang nyender di beanbag seberang ruangan ngakak, nurunin layar handphone-nya ngeliatin kericuhan dua temennya. "Lagian elu sih bego Ga. Masa first date lu bawa ke gultik."

Koji yang udah berhasil merebut bantal dari Haga balik tengkurep di karpet, ngadep ke PS yang tadi dia tinggalin. "Kocak sih emang temen lu San. Resto banyak yang available tinggal pilih. Enakan lagi yang di hotel, biar gampang kalo pengen tinggal naik. Malah makan pinggir jalan."

"Otak lo, njing!" Haga berdecak. "Bukan masalah makan pinggir jalan ya, cuk. Dia tuh bukan tipe yang kaya gitu."

Melihat dua temennya yang mengendikkan kepala tanda mendengarkan meskipun sambil pada pegang gadget, Haga lanjut bicara. "Gue kaya ... langsung kepancing buat cerita semua masalah hidup gue ke dia. Terus jadi oversharing, bacot banget guenya. Gue rasa dia ada power magis-magisnya gitu deh. Kaya malaikat."

"Njiirrr, malaikat nggak tuh." Sandi tergelak.

"Beneran, cuk!" Haga negakin duduknya, ngomong serius. "Gue nggak pernah cerita banyak sama lu pada kalo nggak minum dulu, bener nggak?"

Koji ngangguk, Haga ngelanjutin. "Tapi sama dia, dia natap gue pas di mata gitu, kita eye contact, gue langsung luluh. Langsung pengen lean on him and tell him everything I've been through. Nyaman banget, nggak kerasa tertekan, nggak takut di judge, nggak mikirin apa-apa." Haga ngehembusin nafas berat. "Kayanya image cool gue udah rusak depan dia dah. Gue kaya langsung revealing my true self gitu. Dia ilfeel nggak ya?"

Koji dan Sandi sama-sama ngangkat wajah mereka dari gadget, lalu saling liat-liatan dalam diam tak terbaca. Ruangan itu hening beberapa saat.

"Njing!" Koji ngebanting stick PS-nya ke lantai, ngeliatin Haga horor, terus nengok ke Sandi. "Bahaya, San! Temen lu beneran jatuh cinta."

***

Dengan kesimpulan singkat dari Koji, Sandi memutuskan bahwa mereka bertiga harus ngadain urgent meeting.

Sekarang, posisinya mereka duduk tegak di meja makan apartemen Haga, dengan pizza dan soda di tengah-tengah.

"Jadi gimana ekspresi wajahnya terakhir pas lu anter balik?"

Haga negakin kepala dari yang sebelumnya telungkup di meja, berusaha mengingat. "Ekspresinya... yaa... cantik."

Sandi mendengus. "Tolol!"

"Maksud gue Ga, dia keliatan ada gestur-gestur jijik atau ilfeel gitu nggak sama lo? Terus dia bilang apa terakhir kali? Dia minta lo ngabarin waktu udah sampe rumah nggak? Masih nge-chat ngga?" Koji ngejelasin maksud pertanyaannya, mencoba sabar.

Haga menyangga kepalanya pake tangan. "Terakhir gue minta dia dateng nonton gue basket yang lawan Skyhigh lusa. Terus dia ngeiyain. Dia juga bilang mau balikin sketch book gue yang di dia."

"Nah itu mah berarti dia nggak ilfeel sama lo, Ga." Sandi merespon, terus ngeledek, "Belom sih paling. Nggak tau lusa."

Haga berdecak, ngulurin tangannya menggeplak kepala Sandi.

Strawberries and Cigarettes - HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang