17. Emang Kita Akrab?

210 29 27
                                    

***

Alexander:
01.08 - missed call
01.10 - missed call

Alexander:
01.11 - ga
01.11 - balik

Alexander:
01.20 - incoming call rejected
01.21 - buset di reject
01.21 - lg ngapain lu di sono

Haga:
01.36 - call lagi lex

Alexander:
01.36 - voice call (23 sec)

***

Tiga puluh menit kemudian, Haga sampai di bar tempat teman-teman basketnya ngumpul. Sebelum ke table, dia mutusin buat ke meja bartender, craving for some drinks.

"Two bottles of chilled Grey Goose for premium table number 9 and a glass of margarita for serve. Correct?"

Haga ngangguk, menyerahkan salah satu kartunya. Bartender di depannya melempar senyum sebelum sibuk lagi dengan shaker di tangannya.

Ngedarin pandangan ke sekeliling, pemandangan dance floor yang makin rame, pencahayaan redup dengan sorot lampu warna-warni, musik yang makin menghentak hampir memekakkan telinga, bikin Haga mengernyit.

Pikirannya berkelana, kira-kira apa alasan orang-orang ini ngabisin waktu di tempat kaya gini sampe jam 2 pagi? Mencari kesenangan sesaat? Lari dari realita? Beberapa mungkin ada yang lagi cari nafkah, cari penghidupan. Refleksiin pertanyaan itu ke dirinya sendiri, apa alasan dia ke sini malam ini dan malam-malam sebelumnya?

"Should I do this?"

"Come on. I've took my shot. You should take yours too."

"Aahh, haha, okey, umm, but I don't really like... These drinks actually isn't suite my taste..."

Suara yang sangat familiar bikin Haga kembali dari lamunan. Otomatis, kepalanya mencari sumber suara.

"You have to do your dare, Lix, come on."

"Alright. Emm..., it's... burning in my throat. I feel like... hot..."

Rambut blonde yang akhir-akhir ini bikin Haga kepikiran terus, sekarang beneran ada di deretan kursi bar sebelah kirinya. Berjarak satu kursi kosong dan satu manusia yang berdiri membelakanginya, menghadap ke Felix yang duduk di kursi bar.

Bahkan dari posisinya saat ini dan dengan redupnya cahaya, Haga masih bisa lihat tampilan wajah dan gaya tubuh Felix yang udah terambil alih alkohol.

Tanpa pikir panjang, Haga turun dari kursinya. Tubuhnya bergerak sendiri menghampiri Felix yang sekarang bikin gestur kegerahan dan akan melepas bomber satin yang dia pake.

"Lix!"

Haga menahan tangan Felix, menariknya untuk bersalaman. Tubuh Felix terhuyung turun dari kursi dan otomatis tertarik ke pelukan Haga.

Felix menggunakan sisa kekuatannya untuk mengamati siapa orang yang tiba-tiba menariknya dalam pelukan. Dengan pupil yang tidak fokus, senyuman orang di depannya bikin Felix ikut nyengir lebar. "Hagaaa~!!"

Giliran Felix yang menarik Haga dalam pelukan untuk menyapa. "Baru keliatan aja, Ga? Anak basket udah di sini dari tadi dehh..."

Haga merapikan sisi bomber satin Felix yang turun dari pundak, memperlihatkan kaos tanpa lengan. Ketawa kecil, Haga menjawab lembut, "Iya, gue nyusul. Lo ke sini sama siapa?"

"Hmm... samaaa..."

"Sorry." Cowok yang obrolannya tadi disela sama Haga nginterupsi. "Dia sama gue."

Strawberries and Cigarettes - HyunlixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang