Tangkai lima

168 30 25
                                    

Seharusnya, hari ini Taufan dipindahkan ke Istana Putri Mahkota. Tapi, Kaisar tiba tiba merubah perintah agar Taufan dipindahkan ke Istana Putra Mahkota bersama Halilintar.

Pagi ini saat mereka berdua dipanggil ke ruang kerja Yang Mulia untuk mendengar perintah itu, Halilintar bersikeras dengan segala argumennya. Menolak keras keputusan konyol yang menurutnya tidak dapat dimengerti.

Lama sekali Kaisar dan Halilintar berdebat, bahkan Halilintar sempat beberapakali meninggikan suaranya. Taufan tidak merasa perlu ikut campur, dia hanya cukup mendengarkan dan menerima keputusan akhir.

Tapi melihat Halilintar yang tegas sekali tidak mau ada di dekatnya, cukup untuk membuat Taufan mengigit bibir dalamnya. Dia belum pernah merasa ditolak dengan begitu keras.

Di Iris, Taufan selalu diterima di manapun. Bukan hanya karena dia adalah Pangeran, melainkan karena dia memang orang yang hangat dan pengertian.

Tapi meskipun begitu, Taufan harus terus mencoba bersahabat dengan Halilintar, agar kedamaian di antara kedua Kekaisaran tetap terjalin. 

Dari adu argumen Kaisar dan Halilintar, Taufan segera tahu, bahwa pembatalan perintah terjadi karena calon Putri Mahkota yang asli akan tinggal di Istana Putri selama beberapa saat. 

Hal ini terjadi karena Duke Estelle perlu merendam faksi yang berkemungkinan melakukan kudeta pada Kaisar. Atas alasan keamanan, Duke Estelle meminta agar putri tunggalnya dijaga oleh Kaisar dan dijamin keamanannya sampai Duke kembali.

Kaisar tidak bisa membiarkan Taufan dan Putri Duke tinggal di istana yang sama, Putri Duke itu...ada sesuatu yang aneh padanya. 

Setelah argumen dimenangkan oleh Kaisar, Taufan kembali ke kamar dan segera bertanya pada Solar mengenai Putri Duke. 

Menurut Solar, Putri Duke, atau Ivette Estelle, adalah seseorang yang manis, baik hati dan ramah. Menjadi pemimpin dunia sosial, Ivette merupakan wanita yang pintar mengarahkan tren dan pintar memilih topik pembahasan tergantung dengan orang yang diajaknya bicara. 

Sejauh ini, meskipun merupakan calon Putri Mahkota, Ivette berbaur dengan baik dengan rakyat yang berada di luar jangkauan bangsawan. Hal itu membuat beberapa rakyat di sebagian daerah menyayangkan pembatalan pernikahan Ivette dengan Halilintar.

 Taufan merasa sedikit semakin rendah. Sungguh semakin jelas bahwa dia merupakan orang asing di sini. 

"Anda tidak perlu khawatir, Yang Mulia. Orang berhati hangat akan diterima dengan baik dimanapun. Bersemangatlah" Solar meletakkan kedua tangannya di bahu Taufan "Anda akan sangat baik baik saja"

Taufan mengangguk, dia tahu itu, dan dia ingin sekali memercayainya dengan keteguhan hati "Apa aku akan diberikan kamar terpisah?'

"Tentu saja, Pangeran. Saya sudah memastikannya" 

Taufan merasa sedikit lega, dia tidak perlu melihat Halilintar setiap saat. Seharusnya sih begitu.

"Kamu tidak bilang kamarku ada tepat di seberang kamarnya" Taufan berbisik, takut Halilintar yang sedang berbicara pada pekerja dengan jarak yang dekat dengannya mendengar.

"Anda kan tidak bertanya" Taufan mengkal mendengar itu "Saya bercanda, Yang Mulia. Kaisar yang mengatur hal ini, saya tidak bisa mencampuri keputusannya" 

Halilintar semakin mendekat ke arah Taufan dan Solar "Aku punya beberapa peraturan" Taufan mendongak, siap mendengarkan "Jangan mendekati kamarku, jangan bertemu denganku kecuali ada alasan penting, jangan menyapaku, jangan berbicara hal yang tidak perlu denganku. Diamlah, dan kita akan baik baik saja" 

Halilintar langsung meninggalkan tempatnya, tidak peduli dengan jawaban Taufan. Meskipun Taufan sebenarnya hanya akan mengangguk. 

Kamar baru Taufan tidak lebih luas dari pada kamarnya di Istana Utama. Dari sini, Taufan bisa melihat taman samping yang cantik dan rapi. Ada banyak bunga kertas (bugenvile), mawar dan beberapa lainnya. 

Sunset akan terlihat jelas dari sana, Taufan pasti senang menikmatinya. 

"Saya membawakan Anda camilan, Yang Mulia" Solar mengetuk kemudian masuk "Apakah Anda sedang memikirkan sesuatu?" Melihat Taufan yang seperti sedang berpikir jauh, Solar merasas Pangerannya itu tengah memikirkan sesuatu yang tidak seharusnya dipikirkan olehnya.

"Apa menurutmu Putra Mahkota benar benar membenciku, Solar?"

Solar tersenyum saat meletakkan secangkir teh , "Pangeran Mahkota merupakan orang yang mengguratkan batas kepada siapa saja, bahkan Yang Mulia Kaisar, Pangeran. Putra Mahkota hanya perlu terbiasa, saya tidak dapat menjamin apapun, baik pernyataan Putra Mahkota membenci Anda atau tidak, tapi seiring dia terbiasa akan Anda, maka Anda akan terbiasanya padanya."

"Teh ini, Yang Mulia, merupakan teh yang pahit, sama dengan Putra Mahkota. Beliau merupakan teh yang pahit, harus dicampur adukkan dengan madu atau susu agar bisa menjadi manis sosoknya. Jadi, Yang Mulia,  Anda ingin mencampur tehnya dengan susu atau madu?"

Taufan melihat jauh ke luar jendela "Yang mana yang akan membuat teh itu menjadi sangat manis, Solar? Apa jaminannya?"

Kali ini Solar terdiam sebentar "Sungguh Anda adalah orang yang begitu hangat. Tapi sayangnya saya tak memiliki jawaban untuk pertanyaan Anda itu" Tangannya mencampurkan madu ke dalam teh. Madu yang bening kekuningan, manis sekali rasa madu itu. Bahkan dengan sedikit saja takarannya, maka teh yang sangat pahit sekalipun akan menjadi manis.

Dengan segelas teh dan sepiring camilan kering, Taufan menghabiskan sisa harinya dengan menatap ke luar. Melihat apa saja berlalu lalang dengan sarana kotak transparan yang menempel di dinding itu. 

Solar hanya diam di sampingnya. Menemani dengan suni yang memenuhi telinga dan hati. 

Taufan merupakan orang yang lemah dan cengeng. Setiap masalah kecil akan merangsek masuk ke dalam pikirannya dan mengambil banyak tempat hingga waktu yang lama. 

Taufan, istirahatlah dengan benar. 

"Selamat sore, Yang Mulia" Ivette membungkukkan tubuhnya pada Halilintar 

"Apa yang kamu lakukan di sini, Ivette?" Halilintar tidak menghentikan kegiatannya. Matanya tetap fokus membaca dokumen menjengkelkan yang ada di depannya. Ruang kerjanya hanya dipenuhi oleh buku dan aroma bunga mawar "Aku pikir aku sudah mengatakan pada pengawal di depan pintuku jangan menbiarkan siapapun masuk"

Ivette tersenyum, "Anda jangan mengomelinya, sayalah yang memaksa masuk" Halilintar tak menanggapi "Selamat atas pernikahan Anda" Kali ini Halilintar meliriknya sedikit dengan jengkel

"Saya dengar, Pangeran Taufan adalah orang yang hangat dan rupawan, apakah benar begitu?"

"Tidak tahu, kamu lihatlah sendiri, Ivette"

Ivette terdengar mengeluarkan tertawa kecil "Anda dingin sekali"

Halilintar menghela napas kasar, memperbaiki posisi duduknya "Pergilah dari sini"

Namun Ivette diam di tempatnya. Dia menatap lurus ke arah Halilintar, membuat Putra Mahkota itu meletakkan kertas yang dipegangnya.

"Baik kamu ataupun dia, aku tidak pernah menyukai salah satu di antara kalian" Halilintar menyatakan hal tersebut.

Ivette tersenyum padanya, "Bahkan meskipun Anda tidak menyukai saya, saya dapat melakukan banyak hal lebih baik daripada Pangeran Taufan"

"Mengapa kamu berpikir seperti itu?"

"Tugas seorang Putri Mahkota hanya untuk seseorang yang sempurna menguasai segala bidang kemahiran. Dan orang dari bangsa Asing tidak akan mengerti budaya Kekaisaran Emillien."

Halilintar tidak dapat menolak pernyataan itu begitu saja, Ivette punya poin yang bagus dalam argumennya.

Bahkan setidak suka apapun Halilintar pada Ivette, dia tetap lebih tidak menyukai Taufan, jadi..."Aku setu-"

"Yang Mulia, ini saya" Solar memotong Halilintar dengan ketukan pintunya.

Halilintar mengeluarkan deham yang cukup kasar sambil mengambil kembali kertasnya, "Pergilah Ivette. Hari menjelang malam"

Kali ini Ivette menurut dengan sedikit mengkal. Meski begitu, senyum yang dikeluarkan Ivette saat berpapasan dengan Solar masih tampak sangat manis.

Tundukkan hormat yang Solar lakukan pada Ivette, tampak berbeda malam itu.

ECHOES FROM THE FORGOTTEN || BL HALITAU FANTASY AU-Boboiboy Elemental ShipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang