Waktu itu,
Kamu mengetuk pintu kayu dengan dua lentera di sampingnya yang dihalangi oleh dua orang penjaga. Setelah mendengar Ayahmu mengizinkan masuk, decitan pintu terdengar dari dorongan papan kayu kokoh itu.
"Selamat malam, Ayah" Kamu bisa melihat senyumnya yang merekah begitu lebar mendengar panggilan yang hanya keluar dari mulutmu di tengah malam.
"Selamat malam, Putraku. Ada apa kamu kemari tanpa aku panggil?" Ayahmu tiba tiba menjadi lebih dramatis "Apakah kamu pada akhirnya perlu aku temani?"
Kamu menatapnya lekat selama beberapa saat, kemudian mengusap wajahmu.
"Aku ingin membicarakan sesuatu" Kamu mengikuti Ayahmu yang mulai mendekati sofa
"Di tengah malam pun kamu mau membicarakan pekerjaan? Kamu terlihat seperti kakek kakek yang sukanya bekerja saja"
Mendengar kritikan Ayahmu, kamu mengusap wajah lagi, "Aku mau membicarakan soal Taufan Iris"
Ayahmu terlihat sumringah, "Apakah kamu akhirnya mau berbaikan dengannya?" Kamu menggeleng, kamu punya rencana yang lebih penting dan besar
"Keputusan Ayah untuk menyerang Kekaisaran Iris" Pembukaanmu itu membuat senyum di wajah Ayahmu menjadi sedikit berkurang, "Aku rasa itu bukan keputusan yang baik, Ayah"
"Dan, mengapa kamu berpikir begitu?"
"Bukankah Taufan tidak pernah melakukan hal yang merugikan? Dengan menyerang Kekaisarannya, kita tidak hanya mengkhianati perjanjian damai tapi juga menyiksa Taufan Iris"
Kamu bisa melihat Ayahmu menarik napas dan menahannya selama beberapa saat sebelum menghembuskannya dengan pelan, dia menyatukan kedua telapak tangannya di atas paha, kemudian menatapmu dengan tatapan yang membuatmu tak nyaman karena begitu lembut kelihatannya.
"Lantas bagaimana denganmu, Putraku, Halilintar?"
Kamu mengerutkan dahimu, "Apa maksud Ayah?"
"Ayah sudah pernah mengatakannya pada kamu. Ketika kamu sudah resmi memiliki pasangan, maka semua keputusan Ayah akan Ayah dasarkan pada kamu, agar kamu bisa mengerti bagaimana caranya membuat keputusan yang baik untuk bersama"
Kamu mengangguk, Ayah memang telah memberitahumu
"Ayah mengambil keputusan ini, karena kamu, Halilintar von Silas Rhett Emilien"
Kamu cukup terkejut atas pernyataan itu. Kamu tidak pernah sekalipun merasa perlu menyerang Kekaisaran Iris.
"Halilintar" Ayahmu berdiri, berjalan menuju jendela "Jika kamu merasa dengan menyerang Kekaisarannya akan menyiksanya, lantas bagaimana dengan kamu yang terus menerus menekan mentalnya?"
Sedikit tersentak, kamu merasa keberatan "Aku tidak pernah melakukan apapun padanya"
Ayahmu tertawa kecil, "Halilintar, kamu terlalu banyak ada di medan perang" Duduk kembali di depanmu, Ayah kali ini menyenderkan tubuhnya pada kepala sofa "Penyiksaan bukanlah berupa luka fisik, Putraku"
"...Penyiksaan adalah tekanan mental yang ditoreh terus menerus. Ditepis lagi dan lagi oleh seseorang, diomeli terus menerus tanpa tahu kita salah di mana, atau justru malah disalahkan tanpa tahu sebab jelasnya. Kamu tidak merasa, Halilintar?"
"Merasa...apa?"
"Putraku ternyata begitu bodoh" Ayahmu tertawa lagi "Taufan ingin memiliki hubungan yang baik denganmu. Taufan ingin kedamaian yang menjadi tujuannya ada di sini menjadi nyata. Dimulai dari berdamai dengan kamu" Ayahmu menuangkan segelas air putih untukmu dan untuknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ECHOES FROM THE FORGOTTEN || BL HALITAU FANTASY AU-Boboiboy Elemental Ship
FanfictionDi Dunia ini, kita nggak sendiri. Dalam dimensi waktu yang lain, ada diri kita yang lain juga. Kehidupannya bisa berbeda tipis, atau bahkan berbeda seratus delapan puluh derajat. Taufan Iris mempelajari konsep baru soal 'penjelajah' yang katanya pe...