Tangkai Sembilan

131 26 16
                                    

Kemalangan adalah sesuatu yang akan datang menimpa semua makhluk hidup.

Manusia, hewan, tumbuhan, apapun itu. Setidaknya sekali seumur hidup akan mengalami kemalangan. Bisa apa saja bentuknya, kemiskinan, kesepian, kesedihan, dan datangnya pun sungguh tiba tiba.

Kemalangan masuk tanpa mengetuk. Membuat siapapun terkejut atas apa yang ada di hadapannya. Bahkan jika kamu telah mempersiapkan diri sebaik mungkin, tidak, kamu tidak akan bisa memprediksi kemalangan itu.

Kadang kala, kemalangan akan menimpa kamu dalam bentuk yang membingungkan. Misalnya, suatu perasaan sayang.

Meskipun kamu terus ditepis, jika kamu terus menerus berpikir bahwa hari hari yang baru akan datang, kamu akan tetap menyirami perasaan yang serakah itu.

Tak peduli jika kamu berharap perasaan itu akan berhenti tumbuh dengan sendirinya, sungguh itu merupakan harapan yang sia sia.

Jadi, Taufan. Berhentilah mengharapkan hari yang baru. Hiduplah untuk dirimu sendiri.

"Apa kamu benar benar berpikir dia akan melihatku suatu hari?" Kamu menanyai pelayanmu itu. Empat hari berlalu, mimpi itu tak datang padamu beberapa hari belakangan.

Kamu bertanya tanya apakah mimpi itu akan muncul hanya ketika Halilintar ada di dekatmu?

"Tentu saja, Yang Mulia"

"Sebagai apa? Teman? Sahabat? Sekutu? Kekasih?"

Kali ini Pelayanmu hanya menuangkan teh tanpa menjawab. Jendela yang begitu transparan, jendela yang begitu tembus pandang.

Kamu melihat keluar jendela ini setiap hari. Sebenarnya apa yang kamu lihat? Kamu menunggunya pulang? Kenapa? Dasar bodoh.

"Aku..." Kamu benar benar menuliskan harapan harapan itu di kepalamu, ya? "Sangat menantikan hari hari yang baru itu, Solar"

"Saya pun menantikannya bersama Anda"

Kamu tersenyum kecil, kamu tahu.

Pintu diketuk pelan. Ketukan yang genap jumlahnya itu sudah pasti dari Count. Tidak lebih dari dua kali jumlah yang dikeluarkannya saat mengetuk.

Dipersilahkan masuk, Count membawakan beberapa tangkai bunga yang memenuhi genggaman tangan kirinya.

"Saya memberi salam pada Bunga Kekaisaran" Katanya dengan senyuman yang selalu kamu lihat di wajahnya. Semakin dilihat, senyuman itu semakin mengingatkanmu pada Kak Dali.

"Ada apa, Count?" Kamu balas tersenyum, tetap menjaga kesanmu

"Saya hanya kebetulan melihat Anda dari luar sedang melihat ke taman. Maka saya membawakan bunga mawar biru untuk Anda" Solar menghampirinya, mengambil bunga yang dibawakan.

Sementara itu, kamu mengingat-ingat apakah kamu melihatnya dari jendela. Sepertinya tidak.

"Duduklah, Count" Kamu mengesampingkan ketidaknyamanan yang kamu rasakan. Lagi, kamu berpikir mungkin itu hanya perasaanmu.

Solar pamit sebentar untuk mengambil vas bunga. Saat itulah ketegangan terasa lagi. Berdua saja dengan Count Reenberg sungguh membuat tidak nyaman Taufan.

Kamu lagi lagi fokus menatap keluar jendela, sementara Count menutup matanya saat meminum teh yang kamu suguhkan.

Tanpa sadar, cukup lama kamu tidak mengajaknya bicara karena kamu masuk ke dalam lamunanmu. Begitu kamu kembali sadar, kamu tersentak kecil, "Maafkan aku, aku melamun" Katamu dengan perasaan bersalah.

"Tidak apa apa, saya mengerti mimpi itu mengganggu Anda"

"Ben-" Kamu hendak membenarkan pernyataannya sebelum kamu sadar. Bagaimana orang ini...?

ECHOES FROM THE FORGOTTEN || BL HALITAU FANTASY AU-Boboiboy Elemental ShipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang