📌

25 1 0
                                    

  berlalu dua minggu sudah fatim tak mendapat kabar dari reano, Rasa ingin melihat sang suami semakin menjadi entah mengapa rasanya, Fatim ingin selalu memeluk wangi yang dirindukan itu.

Kini fatim sedang berada di taman belakang ndalem. Duduk di rerumputan dengan Jalan di pangkuan. Melihat berbagai tanaman mawar dan sayur serta buah yang tumbuh subur.

"Huh kangen kang rean...
Fatim berucap lirih, satu tanganya menyalakan  ponselnya dan satu lagi mengelus bulu halus Nalan.

Video hari ke-7

Akh, fatim hampir lupa akan ada sapaan hangat setiap harinya, lewat video yang rata-rata durasinya hanya sepuluh sampai limabelas menit.

Entah tentang reano yang mengatakan hal-hal gombal padanya, kadang juga menyanyi, yang tanpa sadar membuat fatim kembali tenang.

Fatim mengeklik video yang kini tampil Walah Reano, tampan sekali. Entah itu video kapan. Hanya saja, rambut reano masih cepak khas tentara.

Menggunakan seragam pesiar dan juga tas yang terpenting di tangannya. Di sampingnya ada entah siapa, yang pasti fatim meyakini mungkin itu adalah temanya.

"Matikan " Suara di sebrang sana terlihat riuh. Tanpa sadar fatim menyinggung senyum.

Ternyata Reano memang seperti itu, tak terkecuali para sahabat yang terlihat senang melihat wajah kesal Reano di video.

"Kenang-kenangan lah ren lo nggak mau gitu punya kenangan. Nanti udah nikah bisa tunjukin sama istri dan anak" Sahut lagi dari video disana.

"Okeyy gaesss sekarang kita mau ke rumah bapak sama ibu, bukankah begitu kawan " Ujar di sebrang sana.

Pip...

Video berganti, menampilkan wajah reano kesal. "Jangan tersenyum " Rean memandang kamera dengan wajah kesal.

Fatim yang menyaksikan itu, merasa ingin meledakan tawanya. Entah kenapa wajah reano nampak begitu menggemaskan. Seakan tahu reaksi fatim yang akan tertawa melihat nya di bully dalam video itu.

"Tapi saya bersyukur kalau video itu dapat membuatmu tersenyum. Maaf di hari ketujuh ini  saya mungkin akan masih putus komunikasi. Jadi putar saja video ini, durasinya lebih dari video yang lain. Kelihatanya kata-kata di hari pertama saya tidak berubah. Saya janji kembali, dan akan selalu merindukanmu. "

Fatim menyinggung senyum. Telinganya begitu sejuk mendengar kata itu "janji kembali, dan selalu merindukanmu" . Kalimat yang tak berkurang, dan lebih di hari pertama pemutaran video.

"Oh iya saya memutar video tadi ingin mengatakan. Saya sangat mencintai profesi ini. Maaf bila mengecewakan kamu serta kedua mertua. Saya tahu apa yang membuat kalian terluka, tapi ini cita-cita saya, dulu saya berfikir dengan menjadi tentara maka kita akan menjadi kuat. Orang tidak akan gampang menggores luka. Dan tentara identik dengan tanggung jawab. Saya hanya berharap. Setidaknya jika saya menjadi Alat maka, saya harus menjadi alat bnyak orang bukan hanya alat andalan papa dan kakek"

Kalimat terakhir itu, membuat fatim meneteskan air mata. Sedalam itu luka reano, hingga dia ingin nya tak apa jika orang lain memanfaatkannya. Tak ada kata saya terluka, yang ada hanya saya ingin bermanfaat bagi "banyak orang".

"Saya banyak bicara ya, iyalah kan saya bicara nya sama bidadari saya. Rasanya aneh saya menggombal. Tapi, saya berharap kamu disana tetap baik ya, sampai saya pulang. Saya yakin kamu sedang kangen sekali dengan saya. Makanya saya ingin kamu membuka kotak biru di lemari paling bawah. Ambil dan kenakan jangan sampai hilang "

"Woy kep" Terdengar dari sana seseorang memanggil.

"Sudah ya, saya pamit besok jangan lupa lihat video saya. Supaya kangennya makin terasa, rindunya di pelihara jangan di hilangin. I miss you princes " Rean menutupnya dengan senyuman indahnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 11 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sayap Pelindungku (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang