📌Prolog

77 4 1
                                    


بسم الله الرحمن الر حىم

السلم علىكم ورحمة اللة وبركتة

Disclaimer

Semua tokoh, tempat yang ada di cerita hanyalah fiksi, adapun unsur militer di cerita ini bukanlah kejadian atau fakta di lapangan. Hanya mungkin ada beberapa informasi tentang kemiliteran yang saya cantumkan secara fakta. Seperti pangkat, warna baret dan lainnya. Cerita ini di buat untuk menjadi pelajaran bukan untuk menyinggung satu pihak manapun.

🍎jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama.

🍎Dahulukan sholat saat adzan berkumandang.

🍎di larang kopi paste, atau semacamnya.

🍎. Ambilah ilmu jika memang sekiranya penting untuk di share di media sosial ukhty-ukhty semua.

"Jagalah akhlak kita, hormati apa yang menjadi keyakinan orang lain. Sejatinya berlian tidak membutuhkan pengakuan. Tapi kilauanya dapat membuktikan"


~ning Fatimah safiya az-zahra.


🌽Happy Reading ❤

Matahari memancar cerah sinarnya, mampu membangkitkan gairah semangat di pagi hari. Rumah nuansa klasik di sebuah pesantren Al-Falah contohnya. Para penghuni berlalu lalang menyiapkan barang bawaanya.

Hanya satu Gadis yang baru kembali dari asrama putra. Bibirnya terus bergerak melantunkan sholawat kesukaanya.

Gadis bermukena crem dengan cadar senada itu adalah Fatimah Safiya az-zahra. Anak bungsu dari kyai zuhairi dan uma khadijah.

Pribadi yang ceria, ramah, mudah berbaur banyak yang segan pada fatimah. Meski cerminan itu ada tapi fatim. Tetapi fatimah bukanlah gadis yang lemah. Dirinya punya keregasan, lugas dan jelas dalam berbicara.
Apalagi mengenai pelanggar peraturan.

Sesampainya di ndalem fatim menuju dapur, benar saja tebakanya. Disana ada uma yang tengah memasak sarapan.

Dor....

"Astaghfirullah...
Reflek uma menoleh kesumber suara tanpa menunjukan ekspresi bersalahnya fatim hanya menyengir saja memperlihatkan mata biru beningnya.

"Fatim ya Allah, ngagetin uma gitu. Untung supnya nggak tumpah" Ujar uma yang terus mengaduk-ngaduk dan mencicip masakan buatanya.

"Sengaja fatim iseng" Jawabnya santai. Tanganya mencomot gorengan yang tersedia di piring pantry.

"Eits, ganti dulu mukenanya. Nggak ada makan sebelum bebersih " Ujar uma sembari mencekal tangan anaknya itu.

"Ih uma pelit"

"Udahlah dek, sana ke kamar dulu lagian abis ngaji itu benahin dulu apa yang kamu bawa dan kenakan. Ganti mukenanya " Balas gus hilman yang baru sampai setelah siap dengan baju dinas coklatnya.

Beliau memang bekerja di sebuah sekolah negeri, menjadi guru bahasa. Bisa dibilang gus hilman memang penyuka dunia literasi dan bahasa. Banyak sekali buku-buku yang beliau pajang di setiap lemari kamarnya.

Sayap Pelindungku (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang