📌pelanggaran pesantren

25 5 1
                                    

 بسم الله الرحمن الر حىم

السلم علىكم ورحمة اللة وبركتة

اللهم صل عل سيدنا محمد

Disclaimer

Semua tokoh, tempat yang ada di cerita hanyalah fiksi, adapun unsur militer di cerita ini bukanlah kejadian atau fakta di lapangan. Hanya mungkin ada beberapa informasi tentang kemiliteran yang saya cantumkan secara fakta. Seperti pangkat, warna baret dan lainnya. Cerita ini di buat untuk menjadi pelajaran bukan untuk menyinggung satu pihak manapun.

🍎jadikan Al-Qur'an sebagai bacaan utama.

🍎Dahulukan sholat saat adzan berkumandang.

🍎di larang kopi paste, atau semacamnya.

🍎. Ambilah ilmu jika memang sekiranya penting untuk di share di media sosial ukhty-ukhty semua.

.......

Happy Reading❤

.......

     Hari ketiga di kediaman Al-falah. Reano kini sarapan bersama dengan keluarga besar ndalem. Semuannya berkumpul di keja makan. Tak terkecuali fikran yang ikut bergabung. Kemarin malam fikran baru saja pulang.

Melihat lelaki asing sempat membuat dahinya mengernyit bingung. Sebelum buya menjelaskan. Tentu tindakan "brengsek" Reano tak di benarkan fikran.

Hanya saja sebagai keluarga yang dididik dengan agama, tak membuatnya berlebihan. Apapun itu takdir kan?

Fikran hanya mengatakan "hal ini kamu yang memulai, awas saja kamu buat adek menderita"

Hanya saja reano adalah tipe orang yang bodoamat. Tak sekalipun rean menggubrisnya. Dan hanya berekspresi dingin dan datar.

"Om len" Semua orang mengarahkan pandangan kesosok suara berasal.

"Ya Allah Furqon bandel banget pulang ibu nyariin tahu" Omel gadis kecil ynag mengikut  di belakangnya.

"Ndak mau pulkon mau cama om len" Ujarnya bringsut mendekat kearah rean. Badan mungil bocah dua tahun itu berusaha menggapai paha rean.

"Ada apa rum? "

"Ini pak lek furqon ngeselin. Lihat masih ada iler nya rambut acak-acakan di suruh mandi ndak mau" Ujar rumana menatap sang adik begitu sebal.

"Ndak mau, andi cama om len boleh" Ucap furqon sembari mengerjabkan mata lucunya, senyumnya lebar tangan mungilnya dengan erat memeluk leher reano.

"Sini sama bude aja gus, om reannya masih mau makan" Ujar uma khadijah yang melihat ponakan suaminya.

Furqon menggeleng tanda tak mau. "Ndak mau, cama om len pokona bude" Ujar nya kekeh mempertahankan diri.

Berkali-kali mereka membujuk kecuali fikran. Dirinya hanya memperhatikan sikap rean. Sebagai seorang dokter psikolog, tentu fikran tahu anak-anak itu tidak ada yang tidak mudah dekat dengan orang baru. Walaupun kadang juga ada yang langsung bisa menerima hadirnya orang baru atau asing.

Tapi bagi fikran sepupunya ini tidak lah seorang anak yang gampang beradaptasi. Tapi lihatlah furqon bahkan langsung lengket pada rean.

"Ekhm.. Biar sama saya"

Sayap Pelindungku (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang