LIMERENCE

63 8 17
                                    

– Lexhyun - Limerence










Hyunsik, dengan gaya berandalannya—jaket kulit hitam, rambut sedikit acak, dan tatapan angkuh—tetap menjadi pusat perhatian di sekolah. Dengan wajah manis yang membuat banyak siswa bingung, siapa sangka anak seperti dia adalah pembully kejam. Siswa-siswa lain selalu mencoba menghindarinya, tidak berani bahkan untuk bertemu pandang, karena mereka tahu betapa menyeramkannya jika berada di bawah radarnya. Tapi Hyunsik tidak peduli. Baginya, menjadi yang ditakuti adalah bentuk pengakuan akan kekuatannya.

Di hari-hari berikutnya, Lex mulai menjadi target utama Hyunsik. Awalnya hanya sebatas gangguan kecil: dorongan di bahu, buku-buku Lex yang tiba-tiba hilang dari meja, atau tasnya yang terjatuh dan isinya berserakan. Lex tetap tidak merespon, seolah pembullyan itu hanyalah angin lalu. Reaksi ini membuat Hyunsik semakin kesal.


“Eh Lex, lo gak capek apa pake kacamata tebel gitu? Mendingan lo nyari gaya yang lebih keren,” ejek Hyunsik suatu hari di depan kelas, diiringi tawa teman-temannya.

Lex hanya melirik Hyunsik, lalu kembali fokus pada buku yang ia pegang. Tawa Hyunsik memudar ketika Lex terus mengabaikannya. "Ini anak bener-bener bikin gue kesel," gumamnya.

Puncaknya terjadi ketika Lex berada di perpustakaan, duduk sendiri di pojokan, dengan beberapa buku tebal di hadapannya. Hyunsik datang bersama dua temannya, kali ini berniat lebih serius. Mereka mendekati meja Lex dengan langkah berat dan menyenggol bahunya hingga buku yang dipegang Lex jatuh ke lantai.

“Eh, nerd. Lo tau kan ini perpustakaan? Gue gak suka anak yang diem-diem aja. Lo harusnya nyadar posisi lo, jangan kebanyakan gaya,” Hyunsik berkata, suaranya rendah namun penuh ancaman.

Lex memungut bukunya tanpa sepatah kata. Tatapannya tetap tenang, tapi kali ini ada sedikit kilatan di matanya.

“Lo bisu, Lex?” lanjut Hyunsik dengan tawa sinis. “Kalo gue ngomong, lo harus respon. Gue beneran gak suka kalo diabaikan.”

Lex berdiri, dan sekali lagi, dia hanya berjalan pergi tanpa memberi perhatian lebih kepada Hyunsik. Di belakangnya, tawa Hyunsik terdengar, namun samar-samar, ada perasaan jengkel yang mulai menghantui Hyunsik. Lex seperti tidak tergoyahkan, dan itu membuat Hyunsik gila.

Pembullyan berlanjut. Setiap kali Lex lewat, Hyunsik dan teman-temannya selalu berusaha mengganggunya. Di kantin, mereka sering sengaja menyiram sedikit air atau membuat Lex tersandung. Bahkan, di satu titik, Hyunsik mencoret-coret buku pelajaran Lex dengan spidol permanen.

Tapi Lex tidak pernah melawan, tidak pernah terlihat marah. Dia selalu kembali tenang, membersihkan kekacauan, lalu melanjutkan hidupnya. Sikap itu membuat Hyunsik frustasi. "Kenapa dia gak pernah bales?" pikir Hyunsik.

Kemudian, suatu hari, setelah guru BK mengetahui kelakuan Hyunsik, dia dipanggil ke ruang guru. “Hyunsik, saya sudah dengar cukup banyak soal kamu,” kata guru BK dengan suara berat. "Kamu kena hukuman. Mulai minggu ini, kamu harus bersihin gudang sekolah setiap pulang sekolah."

Hyunsik mencoba membantah, tapi guru BK langsung menambahkan, "Kalau kamu gak nurut, saya bakal panggil orang tua kamu ke sekolah."

Tertekan oleh ancaman itu, Hyunsik tidak punya pilihan. Tapi, begitu guru BK pergi, amarahnya meledak. Dia langsung mencari Lex.

Ketika dia melihat Lex sedang duduk sendirian di dekat pintu kelas, membaca seperti biasa, Hyunsik menariknya dengan kasar. “Lo yang bersihin gudang buat gue,” katanya dengan nada dingin. “Gue gak peduli gimana caranya, pokoknya lo yang harus ngerjain.”

ONESHOOT LEXHYUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang