—👀🏫—
Hari itu, cuaca di SMA cerah dan menyenangkan. Lex, ketua OSIS yang terkenal cool dan karismatik, baru saja keluar dari ruang kelas setelah pelajaran berakhir. Ia melangkah dengan percaya diri, rambutnya yang hitam berkilau tertiup angin, sementara kawan-kawannya memanggilnya dengan panggilan akrab.
“Lex! Ayo kita ke kantin!” teriak temannya, Leo, sambil melambai-lambaikan tangannya.
Lex mengangguk, tetapi tiba-tiba pandangannya tertangkap oleh sosok di dekat pintu masuk. Di sana, ada Hyunsik, adik kelasnya yang terlihat manis dengan kacamata bulat yang menghiasi wajahnya. Perawakannya yang mungil, dengan rambut cokelat gelap yang rapi dan senyumnya yang tulus, membuat Lex merasa seolah ada magnet yang menarik perhatiannya. Saat mata mereka bertemu, Lex merasakan jantungnya berdegup lebih cepat.
“Siapa dia?” pikir Lex, semakin penasaran.
Satu minggu berlalu, dan Lex tidak bisa menahan diri untuk tidak mencuri pandang dari jauh saat Hyunsik duduk di perpustakaan. Lex sering melihat Hyunsik tenggelam dalam buku-buku tebal, kadang tertawa kecil saat membaca bagian yang lucu. Melihat Hyunsik seperti itu, hatinya semakin berdebar-debar. Ia merasa ada yang istimewa tentang Hyunsik, sesuatu yang lebih dari sekadar penampilan fisiknya.
Hyunsik adalah siswa yang cerdas dan ramah, meskipun dia sering merasa kurang percaya diri karena tubuhnya yang kecil dan penampilannya yang sederhana. Di sekolah, dia dikenal sebagai “si kutu buku”, tetapi dia tidak pernah merasa keberatan dengan julukan itu. Dia lebih suka menghabiskan waktu di perpustakaan daripada bersosialisasi, dan dunia literasinya memberinya kenyamanan.
Suatu sore, Lex memberanikan diri untuk menghampiri Hyunsik. “Hey, Kamu!” panggilnya sambil melangkah mendekat. Hyunsik tampak terkejut, tetapi kemudian tersenyum.
“Oh, hai! kamu kak Lex, kan? Ada yang bisa aku bantu?” tanyanya, sedikit gugup.
Lex merasakan sedikit kegugupan, tapi dia berusaha tampil santai. “Iya aku Lex. nggak ada apa-apa kok, kamu Hyunsik kan?”
“Aku lihat kamu sering baca di sini. Kamu lagi baca apa?” sambungnya
Hyunsik mengangkat bukunya, menunjukkan sampulnya. “Iya kak, Aku Hyunsik. Ini buku tentang sejarah seni. Aku suka banget. Seni itu bisa menyampaikan banyak hal, loh.”
Lex terpesona. “Wow, keren! Aku belum pernah nyoba baca buku tentang itu. Ada rekomendasi yang bisa aku baca?”
“Hmm, kalau kamu suka cerita yang menarik, coba deh buku ini. Banyak hal unik di dalamnya,” kata Hyunsik sambil menyerahkan bukunya.
“Makasi, Hyunsik! Aku pasti bakal baca,” balas Lex dengan senyum lebar.
Setiap kali mereka bertemu di perpustakaan, percakapan mereka semakin hangat dan akrab. Hyunsik yang awalnya canggung mulai terbuka, berbagi banyak hal tentang hobinya dan pandangannya tentang dunia. Lex merasa dirinya semakin dekat dengan Hyunsik, dan perasaannya tumbuh menjadi sesuatu yang lebih.
Suatu hari, saat mereka sedang duduk di perpustakaan, Lex bertanya, “Hyunsik, kamu suka menggambar?”
“Iya! Aku sering menggambar di waktu luang. Kadang-kadang, aku menggambar karakter dari buku yang aku baca,” jawab Hyunsik dengan bersemangat. “Kamu sendiri, suka apa?”
“Aku suka olahraga, terutama basket. Mungkin bisa main bareng suatu saat?” tawar Lex.
“Wah, itu seru! Aku belum pernah main basket, tapi mau coba,” kata Hyunsik, wajahnya bersinar penuh antusiasme.

KAMU SEDANG MEMBACA
ONESHOOT LEXHYUN
FanfictionCuma Oneshoot yang ditulis berdasarkan imajinasi dan ide yang tiba-tiba muncul, dengan menggunakan main cast LEX & HYUNSIK dari Xodiac. hanya menggunakan nama dan visual. warn! BXB, Boyslove, homophobic jangan mendekat dan salah lapak ya. HANYA KAR...