part 5

16 2 0
                                    

Setelah pertempuran melawan Valtoria, Aiden merasakan kegembiraan yang campur aduk. Dia telah mengalami kemenangan, tetapi rasa cemas tentang masa depan tetap menggelayuti pikirannya. Meskipun musuh mereka telah kalah, dia tahu bahwa ancaman masih ada, dan kerajaannya tetap dalam bahaya.

Hari-hari berlalu, dan suasana di istana mulai kembali normal. Namun, Aiden dan Kael tetap waspada. Mereka terus mempersiapkan diri untuk kemungkinan serangan balasan dari Valtoria. Setiap malam, mereka berkumpul untuk membahas strategi dan menjaga komunikasi dengan jenderal dan pasukan di lapangan.

Suatu malam, saat Aiden duduk di ruang kerjanya, sebuah ketukan lembut terdengar di pintu. "Masuk," panggilnya, berharap itu Kael yang datang untuk mendiskusikan rencana mereka.

Pintu terbuka, dan muncul sosok yang tidak asing—Lira, sahabat masa kecil Aiden. "Aiden!" teriaknya, melangkah masuk dengan penuh semangat.

"Lira! Apa kabar?" Aiden berdiri, merasa senang melihat temannya.

"Aku baik-baik saja. Aku mendengar tentang kemenanganmu di pertempuran terakhir. Kalian hebat!" Lira berkata, matanya berbinar.

"Terima kasih. Kami semua berjuang keras," jawab Aiden, merasakan bangga.

Lira mendekat dan duduk di kursi di depannya. "Tapi, Aiden, aku khawatir. Ada desas-desus tentang ancaman yang lebih besar. Valtoria mungkin bukan satu-satunya musuh yang harus kita hadapi."

Aiden terkejut. "Apa maksudmu? Apa yang kau dengar?"

"Beberapa prajurit yang kembali melaporkan bahwa mereka melihat pasukan misterius yang bergerak ke arah kerajaan kita. Mereka tidak tahu siapa yang memimpin, tetapi mereka tampak sangat terlatih dan terorganisir," Lira menjelaskan, wajahnya serius.

Aiden merasa jantungnya berdegup kencang. "Kita tidak bisa membiarkan ini terjadi. Kita harus mempersiapkan diri dengan baik."

"Benar. Aku ingin membantumu," kata Lira, penuh semangat. "Biarkan aku bergabung dengan timmu."

Aiden tertegun sejenak. Meskipun dia tahu Lira bisa memberikan dukungan, dia juga khawatir tentang keselamatannya. "Lira, ini bukan permainan. Perang bukanlah tempat untukmu."

"Aku bukan lagi anak kecil yang kau kenal. Aku bisa berjuang," jawab Lira tegas, menatap Aiden dengan mata penuh tekad.

Melihat semangat sahabatnya, Aiden merasa tersentuh. "Baiklah. Jika kau ingin bergabung, kita bisa menggunakan semua bantuan yang ada. Tetapi kau harus berhati-hati."

Lira tersenyum, penuh semangat. "Terima kasih, Aiden! Aku tidak akan mengecewakanmu."

Aiden merasa lega. Meskipun ada kekhawatiran, dia juga tahu bahwa Lira akan menjadi aset berharga. Bersama, mereka bisa menghadapi ancaman yang semakin mendekat.

Keesokan paginya, Aiden dan Kael mengumpulkan jenderal dan penasihat untuk membahas ancaman baru ini. Saat semua orang berkumpul, Aiden berdiri di depan mereka, merasakan beban tanggung jawab yang besar.

"Kita semua tahu tentang pertempuran melawan Valtoria. Tetapi ada kabar buruk yang harus kita hadapi. Ada laporan tentang pasukan misterius yang mendekat," Aiden menjelaskan, suaranya tegas.

Semua orang terdiam, mendengarkan dengan serius. Kael berdiri di samping Aiden, menatap semua orang dengan tatapan serius. "Kita tidak bisa mengambil risiko. Kita harus segera mempersiapkan pertahanan."

"Apa yang bisa kita lakukan?" tanya salah satu jenderal.

"Kita harus memperkuat garis pertahanan di seluruh kerajaan. Semua prajurit harus siap siaga," jawab Aiden. "Kita juga perlu melakukan pengintaian untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang pasukan ini."

Mencari Cinta di Dunia Baru [AND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang