part 11

4 1 0
                                    

Langit gelap menutup desa dengan hawa dingin yang menusuk. Malam terasa lebih sunyi dari biasanya, seolah-olah alam pun berhenti sejenak untuk menunggu sesuatu yang besar terjadi. Aiden menatap keluar dari jendela ruangannya di benteng, pikirannya terus dipenuhi oleh visi mengerikan yang ia lihat sebelumnya di dalam gua. Sosok berjubah hitam itu bukan musuh biasa, dan ancamannya tentang pilihan antara menyelamatkan kerajaan atau Lira terus menghantui Aiden.

Kael, yang telah setia berada di sisi Aiden, masuk ke dalam ruangan dengan langkah tenang namun tegas. Matanya tajam, mencari tanda-tanda perubahan di wajah Aiden yang semakin muram.

"Kau masih memikirkan ancaman itu?" tanya Kael sambil berdiri di sampingnya. Dia mengamati dengan seksama, mencoba menangkap sedikit kelegaan di wajah Aiden yang semakin jarang terlihat.

Aiden mengangguk tanpa memalingkan pandangannya dari langit gelap. "Apa yang terjadi jika aku gagal membuat pilihan? Apa yang terjadi jika dia benar-benar bisa menghancurkan semuanya?"

Kael meletakkan tangannya di bahu Aiden, memberi dorongan yang tenang namun kuat. "Kita tidak akan membiarkannya. Kita masih punya waktu, Aiden. Kita bisa menemukan Lira dan menghentikan pria itu sebelum dia melakukan apa pun yang dia rencanakan."

Aiden mendesah berat. Tekadnya memang kuat, tetapi di sudut hatinya, rasa takut mulai tumbuh. "Aku hanya khawatir... bagaimana jika ini jebakan? Bagaimana jika dia tahu persis apa yang akan kulakukan, dan semua ini hanya permainan baginya?"

Kael memandang Aiden dengan penuh keyakinan. "Kau adalah pemimpin yang kuat, Aiden. Kau sudah menghadapi begitu banyak hal, dan kau selalu berhasil. Ini hanya ujian lain. Dan ingat, kau tidak sendirian dalam ini. Aku ada di sini, pasukan kita ada di sini, dan bersama-sama kita akan menemukan jalan."

Aiden menatap Kael, matanya penuh rasa terima kasih. "Aku tidak akan bisa melakukan ini tanpa kau, Kael."

Kael tersenyum kecil, tetapi dalam hatinya, dia tahu tantangan yang mereka hadapi jauh lebih besar dari yang pernah mereka bayangkan. Musuh yang mereka hadapi bukan hanya kekuatan fisik, tetapi juga kegelapan yang bermain dengan pikiran dan perasaan.

Keesokan paginya, mereka mengadakan pertemuan darurat dengan semua komandan dan penasihat yang tersisa. Dengan hilangnya Lira, mereka harus lebih berhati-hati dan mengandalkan informasi yang terbatas. Peta yang mereka temukan di gua menunjukkan bahwa musuh telah menargetkan beberapa titik penting di perbatasan, dan mereka harus segera mengambil tindakan.

Di depan ruangan pertemuan, Aiden memimpin dengan suara yang tegas. "Kita tahu musuh merencanakan sesuatu yang besar, dan kita tidak bisa menunggu sampai mereka bergerak. Kita akan memperkuat semua titik yang mereka incar dan memastikan bahwa tidak ada yang bisa mendekati wilayah kita tanpa kita ketahui."

Salah satu komandan, seorang pria bertubuh besar dengan rambut kelabu, mengangkat tangan. "Pangeran Aiden, bagaimana dengan situasi Lira? Apakah kita punya informasi lebih lanjut tentang keberadaannya?"

Aiden terdiam sejenak sebelum menjawab. "Kami memiliki petunjuk bahwa dia masih hidup dan ditahan oleh musuh. Kami sedang berusaha mengumpulkan lebih banyak informasi untuk menemukan di mana dia disembunyikan."

Kael menambahkan, "Kami juga mengirim pengintai ke seluruh area perbatasan untuk memastikan tidak ada yang terlewat. Lira adalah penasihat penting bagi kita, dan kami tidak akan berhenti sampai dia kembali dengan selamat."

Diskusi itu terus berlangsung, dengan komandan-komandan merencanakan langkah-langkah strategis untuk memperkuat pertahanan. Namun, meskipun mereka berusaha keras untuk tetap fokus, suasana di ruangan itu tetap penuh ketegangan. Semua orang menyadari bahwa mereka berada di ujung ancaman besar, dan waktu terus berjalan.

Mencari Cinta di Dunia Baru [AND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang