28

3 0 0
                                    

Perjalanan ke selatan semakin berat. Hutan yang semula tampak tenang kini berubah menjadi labirin kegelapan, seolah-olah alam sendiri berkonspirasi untuk menghalangi langkah mereka. Aiden dan Kael terus berjalan, meskipun rasa lelah mulai menggerogoti tubuh mereka. Namun, ada sesuatu di kejauhan yang menarik mereka, sebuah kekuatan tak terlihat yang memanggil Aiden.

Setiap kali mereka beristirahat, Aiden semakin sering dihantui oleh mimpi-mimpi aneh. Dalam mimpi itu, dia selalu melihat sosok misterius yang berdiri di tepi kegelapan, memanggilnya dengan suara yang dingin dan memerintah. Sosok itu tidak pernah memperlihatkan wajahnya dengan jelas, tetapi ada sesuatu yang sangat familiar di sana. Sesuatu yang membuat Aiden merinding setiap kali dia terbangun.

Malam itu, mereka berhenti di sebuah tebing tinggi yang menghadap ke laut yang luas. Ombak menghantam keras di bawah mereka, menciptakan suara yang menggema di seluruh area. Aiden duduk di tepi tebing, menatap horison yang kelam. Di sampingnya, Kael duduk dalam keheningan, memberikan ruang bagi Aiden untuk merenung.

"Kael," Aiden memecah keheningan, suaranya rendah dan penuh keraguan. "Apa kau pernah merasa seperti takdirmu sudah ditentukan bahkan sebelum kau memiliki pilihan?"

Kael menatap Aiden dengan penuh perhatian. "Aku rasa kita semua merasa seperti itu di beberapa titik dalam hidup kita," jawabnya lembut. "Tapi aku percaya, bahkan di tengah takdir yang terlihat pasti, kita masih punya kekuatan untuk memilih. Pilihan kita mungkin kecil, tapi itu tetap milik kita."

Aiden mendesah, masih memikirkan kata-kata Kael. "Aku hanya khawatir... bahwa aku mungkin tidak cukup kuat untuk melawan apa yang akan datang. Aku bisa merasakannya, Kael. Sesuatu yang gelap... sesuatu yang lebih besar dari kita."

Kael meletakkan tangannya di pundak Aiden, memberinya sedikit kehangatan di malam yang dingin itu. "Kau tidak harus menghadapi ini sendirian, Aiden. Apa pun yang terjadi, aku akan selalu ada di sampingmu."

Mendengar kata-kata Kael, Aiden merasa sedikit lebih tenang. Meski masih ada ketakutan yang mendalam di dalam dirinya, kehadiran Kael adalah satu-satunya hal yang bisa membuatnya tetap berdiri tegak. Mereka telah melalui banyak hal bersama, dan Aiden tidak bisa membayangkan menghadapi apa pun tanpa pria itu di sisinya.

Namun, tak lama setelah mereka terlelap di bawah bintang-bintang, Aiden kembali terjaga dengan mimpi buruk yang lebih jelas dari sebelumnya. Kali ini, sosok misterius itu tidak hanya memanggilnya. Sosok itu memegang sebuah cermin hitam, yang memantulkan bayangan Aiden dengan wajah yang tidak ia kenali. Dalam bayangan itu, Aiden bukanlah dirinya sendiri, melainkan sosok lain yang penuh kegelapan.

"Aiden," suara dalam mimpi itu berkata, "Lihatlah siapa dirimu yang sebenarnya."

Aiden terbangun dengan terengah-engah. Dia memandang sekeliling, mendapati Kael yang masih tertidur nyenyak di sampingnya. Mimpi itu terasa sangat nyata, seolah-olah dia benar-benar telah melihat sisi lain dari dirinya. Sesuatu yang lebih dalam dan gelap dari apa yang dia pahami.

Dia bangkit perlahan, berjalan menjauh dari tempat mereka beristirahat untuk menjernihkan pikirannya. Angin laut yang dingin menyapu wajahnya saat dia berdiri di tepi tebing, menatap lautan luas di bawah. Dalam pikirannya, pertanyaan besar terus bergema—siapa sebenarnya dirinya?

Saat Aiden merenung, tiba-tiba suara langkah kaki mendekat dari belakang. Kael muncul, matanya masih tampak mengantuk namun penuh perhatian. "Aiden, kau tidak bisa tidur lagi?" tanyanya dengan nada khawatir.

Aiden menggeleng pelan. "Mimpi itu... semakin kuat. Aku tidak tahu apa artinya, Kael. Tapi aku merasa seperti... ada sesuatu yang berusaha mengambil alih diriku."

Kael mendekat dan memeluk Aiden dari belakang, membiarkan kehangatan tubuhnya menyelimuti kekasihnya. "Apapun yang terjadi, aku tahu kau kuat, Aiden. Kekuatan itu mungkin besar, tapi hatimu lebih besar."

Mencari Cinta di Dunia Baru [AND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang