part 9

6 1 0
                                    

Pagi hari di desa terasa sunyi. Suara burung yang biasanya riuh, kini hanya terdengar sesekali. Aiden berdiri di tepi hutan, menatap jauh ke depan, pikirannya masih dipenuhi oleh peristiwa pertempuran yang baru saja terjadi. Meskipun mereka berhasil mengusir musuh dari perbatasan, Aiden tidak bisa menyingkirkan perasaan gagal yang menghantuinya. Terlalu banyak nyawa yang hilang, dan meskipun Kael terus meyakinkan dirinya bahwa dia sudah melakukan yang terbaik, hati Aiden tidak bisa menerima hal itu dengan mudah.

"Aiden?" suara Kael yang lembut menarik perhatian Aiden. Dia berbalik dan melihat Kael berjalan mendekat dengan raut wajah penuh kekhawatiran.

"Kau tidak tidur semalam, bukan?" tanya Kael, meski seolah-olah dia sudah tahu jawabannya.

Aiden tersenyum tipis, tetapi jelas bahwa senyum itu hanya untuk menutupi kegundahannya. "Aku hanya berpikir, Kael. Tentang apa yang sudah kita lakukan, dan apa yang akan terjadi selanjutnya."

Kael mendekat dan berdiri di samping Aiden. "Kita berhasil, Aiden. Meski dengan pengorbanan, kita menyelamatkan desa ini. Kita tidak bisa mengendalikan semuanya, tapi yang bisa kita lakukan adalah terus berjuang."

Aiden mendesah. "Aku tahu, tapi terkadang rasanya seperti kita selalu terlambat. Selalu ada yang hilang sebelum kita bisa menyelamatkan mereka."

Kael menatapnya dalam-dalam, mencoba memahami kedalaman perasaan Aiden. "Aku tahu kau merasa terbebani dengan semua ini, tapi kau tidak sendirian. Kita semua ada di sini untuk membantumu. Jangan biarkan rasa bersalah itu menghancurkanmu."

Mereka berdua berdiri di sana dalam keheningan untuk beberapa saat, sebelum akhirnya Aiden menarik napas panjang. "Kau benar. Aku hanya perlu waktu untuk mencerna semua ini."

Kael menepuk bahunya, memberikan dukungan tanpa perlu kata-kata. Aiden merasa lega memiliki Kael di sisinya. Mereka sudah melalui begitu banyak bersama-sama, dan setiap kali Aiden merasa terpuruk, Kael selalu ada untuk menariknya kembali ke kenyataan.

Beberapa hari berlalu, dan situasi di desa mulai membaik. Penduduk desa yang sempat terancam oleh serangan musuh kini kembali beraktivitas seperti biasa, meski mereka tetap waspada. Aiden dan Kael mengawasi prajurit mereka yang sedang memperkuat pertahanan di sepanjang perbatasan. Namun, ada satu hal yang terus mengusik pikiran Aiden—siapa sebenarnya dalang di balik semua ini?

Setiap kali mereka melawan musuh, Aiden selalu merasakan ada yang tidak beres. Strategi musuh selalu terasa terlalu terencana, seolah-olah ada seseorang yang mengarahkan semua ini dari bayang-bayang. Tidak mungkin ini hanya serangan acak.

"Aiden, kau tampak tegang," Lira, sang penasihat, tiba-tiba muncul di sampingnya.

Aiden tersentak, tetapi segera menguasai diri. "Aku hanya berpikir, Lira. Tentang musuh kita... ada sesuatu yang aneh. Sepertinya mereka tidak bergerak secara acak."

Lira mengangguk. "Aku juga merasakan hal yang sama. Seolah-olah mereka memiliki pemimpin yang cerdas, seseorang yang tahu bagaimana membuat kita sibuk di satu sisi sementara mereka merencanakan sesuatu yang lebih besar di sisi lain."

Aiden merenung sejenak, lalu bertanya, "Apakah kita memiliki informasi lebih lanjut dari pengintai? Apakah ada petunjuk tentang siapa yang memimpin mereka?"

Lira menggeleng. "Belum ada informasi yang jelas, tapi aku punya firasat bahwa ini bukan musuh biasa. Mungkin ada kekuatan yang lebih besar yang sedang bermain di balik layar."

"Aku merasakan hal yang sama," kata Aiden dengan suara pelan. "Kita harus waspada."

Lira memandang Aiden dengan penuh perhatian. "Aku tahu ini bukan waktu yang mudah untukmu, Aiden. Kau masih muda, tapi tanggung jawab yang kau emban sangat besar. Jangan biarkan beban ini menghancurkanmu."

Mencari Cinta di Dunia Baru [AND]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang