Eres mío
Happy Reading.....
Malam hari yang tenang, di sebuah restoran ternama di Bangkok. Le Normandie adalah restoran mewah yang terletak di Mandarin Oriental, Bangkok, dan telah menjadi ikon kuliner Prancis di Thailand sejak didirikan pada tahun 19581. Restoran yang terkenal dengan suasana elegannya yang dihiasi dengan lampu gantung buatan tangan, dan pemandangan sungai Chao Phraya yang menakjubkan.
Becky telah merencanakan malam ini dengan sangat hati-hati. Perempuan itu memilih meja di dekat jendela besar yang menghadap langsung ke sungai Chao Phraya, di mana mereka bisa menikmati pemandangan indah dan privasi. Saat mereka duduk, pelayan datang dengan senyum ramah, membawa menu yang penuh dengan hidangan Prancis kontemporer yang disusun oleh chef berbintang Michelin, Alex Dilling.
Freen dan Becky memesan makanan favorit mereka dan berbicara tentang hari-hari mereka, tertawa dan berbagi cerita. Ketika makanan tiba, Becky merasa jantungnya berdebar lebih cepat. Diam-diam Becky menghela napasnya, menatap pemandangan sungai Chao Phraya. Banyak perahu dan kapal yang terparkir di sungai tersebut, dalam aliran air yang begitu tenang.
"Freen, aku permisi sebentar ke toilet."
Freen mengangguk dan tersenyum. Becky berjalan menuju toilet, namun langkahnya berbelok. Becky bertemu salah satu pelayan disana, pelayan tersebut memberikan sebuah buket bunga mawar merah yang indah dan sebuah kotak kecil yang perempuan itu titipkan. Becky memandangi sejenak bunga tersebut, menghela napas perlahan. Lalu kembali ke meja dimana Freen berada. Saat Becky mendekati meja, Freen melihat Becky membawa buket bunga. Dahi Freen mengerut, menoleh ke berbagai arah untuk mengecek. Becky tersenyum lembut dan berlutut di depan Freen, menyodorkan buket bunga dan membuka kotak cincin.
"Aku tau aku selalu menyusahkan mu, menyakiti mu, dan banyak lainnya. Aku tau selama ini kau sangat tertekan dengan sikap ku, aku benar-benar minta maaf, tapi sungguh, aku... aku tidak bermaksud untuk menyusahkan mu, aku tidak tau apa yang kau suka, aku tidak tau apa yang kau inginkan, aku-- aku terlalu kaku, aku terlalu kaku untuk melakukan semuanya. Tapi bolehkah? izinkan aku untuk hidup bersama dengan mu lagi, aku berusaha akan mengubah sikapku yang kurang ajar itu."
Freen terdiam mematung, tertegun mendengar penuturan itu, tetesan air mata terjun bebas tanpa aba-aba. Becky sontak tersentak, meletakkan buket dan sekotak kecil diatas meja. Kedua tangan itu bergetar kecil, mengelap air mata yang mengalir di pipi chubby itu. Kedua tangan Freen terangkat, menghentikan pergerakan tangan Becky.
"Tidak, Nona tidak perlu merubah sikap Nona. Aku menyukainya, sungguh. Maksudku... Aku menyukai Nona saat Nona menjadi diri sendiri."
Becky terdiam sejenak, mengerjap-ngerjapkan kedua matanya, merasa ada sesuatu yang salah. Perempuan itu merasa sikapnya sering kali menyakiti Freen, namun mengapa Freen berkata 'aku menyukai Nona saat menjadi diri sendiri'. Beberapa menit kemudian, Becky akhirnya tersadar. Perempuan itu lupa memberitahu Freen tentang ingatannya yang sudah pulih, mungkin karna itu Freen seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVING WITH A KILLER [COMPLETED]
Acción⚠️DILARANG KERAS PLAGIAT, REPOST, REMAKE ATAU JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN. Love and Soul || BECKFREEN. Original story by Exterly!