Eres mío
Happy Reading.....
Suara besi menghantam lantai dingin itu terdengar keras benturannya, menggema di seluruh ruangan bawah tanah yang minim pencahayaan. Borgol yang tadinya mengikat kedua pergelangan tangan Becky, kini terlepas. Becky berdiri, memperhatikan kedua tangannya yang sudah leluasa digerakkan dari rantai besi. Kedua pergelangan tangan perempuan itu memar manjadi berwarna unggu gelap akibat kulit itu terus menghantam rantai besi, perlahan Becky mengusap pergelangan tangannya.
"I don't believe it."
Becky hanya tersenyum tipis. Sedangkan Irin kedua matanya mengawasi setiap sudut ruangan, sembari menggelengkan kepalanya pelan. Kedua bahu Becky terangkat sejenak, pertanda perempuan itu tidak tahu. Bahkan Irin tidak percaya dengan perbuatan Freen yang mengurung Becky, apalagi Becky yang tidak menyangka bahwa Freen akan seperti ini.
"Bagaimana bisa kau tahu ruangan ini?"
"Just guessing."
Tentu saja Irin tidak langsung percaya dengan perkataan Becky, namun perempuan itu tidak bertanya lebih lanjut. Becky tidak menebak, melainkan menaruh rasa curiga. Ketika jari telunjuknya pernah tergores di dinding yang dimana letak di dinding itu tidak sama rata, desain yang mencolok. Jadi hanya itu yang terpikirkan olehnya, karena hanya itu satu-satunya tempat yang menjanggal menurutnya. Dan firasatnya benar, dibalik dinding yang tidak sama rata itu ada tangga menuju ruangan kebawah, tempat dimana sekarang Becky di borgol.
"Kau menaruh GPS pada Lin bukan?"
"Of course, bagaimana mungkin aku tidak menaruh alat pelacak jika nanti Lin menghilang sewaktu kau menitipkannya kepadaku? Kau pasti akan menghajarku habis-habisan."
"Dimana kau menaruh GPS-nya?"
"In the necklace..."
Irin menelan salivanya, perempuan itu menaruh GPS di dalam kalung Armstrong karena itu adalah satu-satunya tempat yang paling aman dan tidak ada yang menyadarinya. Namun tentu saja menaruh GPS di dalam kalung itu tidak boleh sembarang, tapi saat itu Irin tidak punya pilihan lain karena menurutnya kalung itu adalah pilihan terbaik. Becky mengganguk pelan, mereka berdua berjalan menaiki anak tangga menuju keatas. Kedua mata hazel itu memperhatikan sekeliling rumah, tidak ada yang aneh. Keadaan ruangan rapi, seakan sudah dibereskan. Merasa aman, mereka berdua keluar dari rumah. Becky menghentikan langkahnya ketika Irin mengikutinya dari belakang, perempuan itu menoleh.
"Kau temui Dr. Noey, aku yakin dia tahu sesuatu tentang Freen."
"Hah!? Terus kau ingin menemui Freen sendirian, kau gila?"
"Tidak, aku akan mencari Lin."
Becky mengambil ponsel Irin untuk menemukan lokasi Lin, sedangkan sang pemilik mengerjap-ngerjapkan kedua matanya. Kedua bahu Irin di tepuk pelan oleh Becky sebagai tanda yang biasa perempuan itu lakukan tanpa bersuara 'aku percaya kepadamu'. Irin cengo, mencoba mencerna pemikiran sahabatnya. Namun seketika mulut Irin terbuka membentuk membulat, mengerti dengan perkataan Becky, meski tidak sepenuhnya. Untuk menemui Lin terlebih dahulu lebih masuk akal dibandingkan menemui Freen yang dimana perempuan itu pasti akan memperburuk keadaan, terlebih Freen sendiri yang mengurung Becky.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIVING WITH A KILLER [COMPLETED]
Action⚠️DILARANG KERAS PLAGIAT, REPOST, REMAKE ATAU JIPLAK DALAM BENTUK APAPUN. Love and Soul || BECKFREEN. Original story by Exterly!