Chapter 11

24 3 0
                                    

Remake A ROMANTIC STORY ABOUT SERENA BY SANTHY AGATHA

~

Hyungseok terbangun dengan rasa mual dan sakit di sekujur tubuhnya. ketika dia membuka matanya, dia melihat perempuan yang sangat familiar di duduk di ranjang sebelahnya,
"Dokter Vivi?"
Vivi tersenyum,
"Yah, Jonggun memintaku datang memeriksamu. Dia dan Jungoo, para lelaki itu sedang membicarakan masalah bisnis di ruang depan dan aku memutuskan menunggumu sadar di sini, bagaimana kondisimu?"
Hyungseok berusaha keras mengeluarkan suaranya,
"Mual....pa...nas..", gumamnya serak,
Vivi memegang dahi Hyungseok, panasnya seperti api,
"Kemari, aku akan membantumu meminum obat."
dengan cekatan Vivi membantu Hyungseok meminumkan obatnya, lalu membaringkan Hyungseok lagi dan merapikan selimutnya. Keduanya menyadari bahwa Hyungseok telanjang di balik selimutnya,
wajah Hyungseok langsung merah padam. Vivi menatap Hyungseok penuh pengertian.
"Dia memang kadang kadang sangat egois,kau tahu, terbiasa menjadi bos sejak dia lahir. Dia bisa dibilang masih keturunan aristokrat dari keluarga berpengaruh di Jepang, sejak dulu dia sudah terbiasa keinginannya dipenuhi....",
Vivi mengedipkan sebelah matanya, "Kau tahu, saat pertama mengenalnya aku sangat tidak menyukainya"
Hyungseok tersenyum malu-malu,
"Saya juga ", jawabnya pelan.
Vivi tertawa mendengarnya, "Tapi walau pun begitu kau tidak boleh menuruti kemauannya seperti itu, kau berhak menolak, kau tahu itu kan?"

Sebelum Hyungseok sempat menjawab, Jonggun, yang entah kapan sudah berada di ruangan itu berdehem keras, dengan sengaja.
"Vivi, bukannya kau harus segera membawa sample darah itu ke lab?",
gumam Jonggun datar, tapi matanya memperingatkan.
Vivi tersenyum miring, lalu mengangkat bahu dan tersenyum pada Hyungseok,
"Sepertinya dokter sudah diusir, obatnya ada di meja Jonggun beserta cara pakai, kutinggalkan resep kalau-kalau obatnya habis, besok aku akan mengabarimu tentang hasil labnya".
Vivi mengangguk pada Hyungseok mengangkat tasnya dan berjalan pergi, pada saat berhadapan dengan Jonggun di pintu keluar, dia menatap tajam,
"Ingat Gun, dia harus istirahat kalau mau sembuh", gumamnya tegas
sebelum melangkah pergi,
Jonggun menatap pintu yang tertutup di belakangnya lalu mengangkat bahu dan tersenyum pada Hyungseok,
"Kadang-kadang aku merasa dia masih membenciku sampai sekarang."
Hyungseok tersenyum lemah pada Jonggun yang menuang segelas air dari teko di meja samping ranjang,
"Apakah kau haus ? ayo, aku akan membantumu minum."
Dengan cekatan Jonggun membantu Hyungseok duduk, beberapa kali selimut melorot dari dada Hyungseok, hingga Hyungseok harus mencengkeramnya, tapi Jonggun
mengabaikannya, sama sekali tidak melirik ketelanjangan Hyungseok, rupanya laki-laki itu bertekad untuk membiarkan Hyungseok beristirahat.
Setelah membantunya minum, Jonggun menyentuh dahi Hyungseok dengan lembut, dan mengernyit karena badannya sangat panas,
"Maaf", Hyungseok tiba-tiba merasa bersalah, dia jarang sakit, tapi kali ini sekalinya sakit sangat parah sehingga harus bergantung pada belas kasihan Jonggun, Wajah Jonggun melembut, "Minta maaf karena sakit ?", Jonggun menarik napas, "kau benar-benar orang aneh", Jonggun tersenyum miris, "Oke, obat itu akan membuatmu mengantuk, aku akan memesan makanan, jadi begitu bangun kau bisa makan."
Hyungseok mengernyit mendengar kata makan karena dia merasa sangat mual, Jonggun menatap Hyungseok dengan tatapan tegas seperti seorang ayah memarahi anaknya,
"Kau harus makan", gumamnya tegas, "Tidurlah", lalu lelaki itu berbalik dan melangkah keluar kamar.
Hyungseok meringkuk dibalik selimut, obat itu membuatnya nyaman dan mengantuk,
sangat mengantuk.

***

Jonggun duduk di tepi ranjang, dan mengamati Hyungseok, panasnya sudah agak turun dan pemuda mungil itu tidur seperti bayi, entah kenapa dan sejak kapan dia merasa
kalau pemuda mungil ini menjadi begitu penting baginya. Mungkin karena kedekatan mereka selama ini, Jonggun tidak pernah membiarkan orang lain sedekat dengan dirinya.
Tiba-tiba bunyi getaran disamping ranjang mengejutkan Jonggun, ponsel kecil itu bergetar dan Jonggun mengernyitkan keningnya, ponsel milik Hyungseok? Dia baru pertama melihatnya, karena Hyungseok tidak pernah menggunakannya di depannya. Dan yang terlintas pertama kali di otak Jonggun ketika melihat ponsel itu adalah, dia harus membelikan Hyungseok ponsel yang lebih baik. Ponsel itu terus bergetar, rupanya penelpon di seberang sana tidak mau menyerah, Jonggun meraih ponsel itu karena tidak mau getarannya mengganggu Hyungseok yang sedang tertidur lelap.

A ROMANTIC STORY ABOUT HYUNGSEOK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang