Remake A ROMANTIC STORY ABOUT SERENA BY SANTHY AGATHA
~
Ruangan itu hening terletak di lorong paling ujung. Dan Hyungseok hanya berdiri di depan ruang perawatan sambil menatap melalui jendela kaca lebar yang membatasinya dengan Ryuhei, saat ini bukan jam besuk dan Hyungseok tidak boleh masuk.
Pikiran Hyungseok terasa berat, dia tidak punya pekerjaan sekarang. Suster Haneul dan yang lain-lain bilang akan membantu, tetapi Hyungseok tidak mungkin menggantungkan hidupnya pada bantuan orang lain terus menerus, apalagi dengan biaya perawatan Ryuhei yang begitu mahal yang harus ditanggungnya setiap bulannya.....
Dengan sedih Hyungseok menatap Ryuhei, lelaki itu masih terbaring dalam kedamaian yang sama, begitu pucat, hanya bunyi mesin-mesin penunjang kehidupan itulah
yang menunjukkan kalau masih ada harapan hidup yang tersimpan di sana. Hyungseok mengusap air mata di sudut matanya.
Ah Ryu..... Sampai kapan kau tertidur begini? Aku merindukanmu kau tahu. Aku membutuhkanmu. Saat ini aku tidak mengerti dengan perasaanku sendiri, aku takut jika kau tidak segera bangun nanti aku akan......
Saat itulah Jonggun masuk, diantarkan oleh Suster Haneul di belakangnya. Perasaan
sedih yang aneh menyeruak di dada Jonggun ketika dia melihat Hyungseok menatap Ryuhei yang terbaring di balik kaca dengan tatapan sendu yang sarat akan kerinduan."Hyungseok...." Jonggun bergumam pelan, mendadak dikuasai keinginan yang dalam untuk mengalihkan perhatian Hyungseok dari Ryuhei. Suaranya seperti menyentakkan Hyungseok hingga pemuda cantik itu menoleh kaget. Wajahnya langsung pucat pasi, tidak menduga bahwa Jonggun akan muncul di sini, matanya menatap Suster Haneul meminta pertolongan.
"Dia datang disini untuk berbicara Seok, dan dia sudah berjanji tidak akan melakukan atau mengatakan sesuatu yang akan menyakitimu," gumam Suster Haneul lembut, menyadari kegelisahan yang dirasakan Hyungseok, dia lalu mengamit lengan Hyungseok, "Mari, kuantar kalian ke ruanganku di mana kalian bisa berbicara dengan tenang, aku akan meninggalkan kalian di sana."
Seperti kerbau yang di cocok hidungnya, Hyungseok hanya mengikuti ketika di tuntun ke ruangan Suster Haneul, sedangkan Jonggun hanya mengikuti di belakang dalam diam. Ruangan tetap hening lima menit kemudian ketika suster Haneul menutup pintu ruangan dari luar.
"Aku minta maaf." gumam Jonggun dengan lembut akhirnya.
Hyungseok bersedekap, seolah ingin melindungi dirinya.
"Ya...Sudah di maafkan... Sekarang...Sekarang bisakah kau pergi?" Hyungseok mulai
menahan tangisnya. Jonggun telah benar-benar melukai hatinya, kehadiran lelaki itu sekarang, berdiri di depannya, menatapnya dengan begitu lembut, benar-benar membuat emosinya bergejolak.
"Aku tidak tahu tentang semua ini Seok, baru tadi Vivi mengungkapkan
kebenaran di depanku. Aku tidak tahu. Tidakkah itu bisa membuat semuanya sedikit dimaklumi?" sambung Jonggun pelan. "Selama ini aku salah paham, aku berpikiran buruk tentangmu dan semakin memupuknya dari hari ke hari. Itu...
Itu juga menyiksaku, antara dorongan untuk menyayangimu atau
menghukum dirimu karena jauh dilubuk hatiku aku mengira aku hanya dimanfaatkan," Jonggun mengerjapkan matanya pedih, "Kalau aku tahu tentang semua ini, segalanya akan berbeda Hyungseok."
Hyungseok memejamkan matanya. Mau tak mau permintaan maaf Jonggun yang begitu tulus itu mulai menyentuh hatinya. Jonggun memang tidak bisa disalahkan. Dia tidak tahu. Lagipula apa yang harus dipikirkan Jonggun tentang pemuda cantik yang melemparkan diri padanya demi uang selain bahwa pemuda itu adalah pelacur?
"Aku...Aku mengerti....tidak apa-apa, pilihanku juga untuk tidak mengatakan ini semua kepadamu," suara Hyungseok terdengar serak. "Dan apapun konsekuensinya
aku sudah bersedia menanggungnya.... Jadi kita impas." Jonggun menatap Hyungseok sedih.
"Seok.... Aku...." Jonggun mengulurkan tangan hendak meraih Hyungseok, tapi lalu tertegun ketika Hyungseok mundur seperti ketakutan.Kesadaran itu menghancurkan Jonggun, kesadaran bahwa Hyungseok takut dengan sentuhannya, mungkin akibat kekasarannya semalam.
Jonggun mengusap rambutnya dengan kasar.
"Aku..... Mungkin semua sudah terlambat. Tapi aku harus mengatakannya... Aku mencintaimu Hyungseok, mungkin kau bertanya-tanya kenapa. Tapi aku juga tidak bisa menjawabnya. Aku juga baru menyadarinya. Itu terjadi begitu saja,"
Jonggun menatap Hyungseok yang hanya termangu dengan wajah pucat pasi, "Tapi sekarang itu tak penting lagi bukan? Kesalahanku tidak bisa di maafkan semudah itu. Dosaku terlalu besar."
Dengan ragu Jonggun melangkah ke arah pintu, terdiam sejenak.
"Semua hutangmu anggap saja sudah lunas. Aku tidak akan menuntut apapun darimu, aku akan menjauh darimu dan kau tidak perlu takut harus menghadapiku lagi. kau bebas sebebas-bebasnya. Dan kalau kau masih mau bekerja di perusahaanku. Aku akan sangat senang....Tapi aku tidak akan memaksa. Aku sudah terlalu sering memaksakan kehendakku padamu. Sekarang
tidak akan lagi," punggung Jonggun tampak tegang, "Selamat tinggal Seok." gumamnya pelan sebelum membuka handle pintu.
Hyungseok termangu menatap punggung yang begitu tegang itu. Pernyataan cinta Jonggun begitu mengejutkannya hingga dia tidak bisa mengatakan apa-apa, memang Jonggun telah menyakitinya, tapi ada saat saat dimana Jonggun berhasil
membuat hatinya terasa hangat. Dan kalau dipikir-pikir, selama kebersamaan mereka itu. Tidak pernah sekalipun Jonggun menyakitinya dengan sengaja,
kecuali saat kemarahan menguasainya kemarin.
Sekarang ketika Hyungseok menatap punggung Jonggun, yang tampak begitu tegang sekaligus rapuh. Sebuah perasaan hangat menyeruak ke dalam hatinya, sebuah perasaan yang bertumbuh pelan tanpa dia sadari.
"Gun," Hyungseok bergumam pelan, tapi cukup untuk membuat Jonggun
membatu di tempat. Tetapi lelaki itu tidak menoleh, hanya berdiri di sana.bMembeku seperti patung. "Jonggun." kali ini Hyungseok mengulang lagi, lebih lembut sehingga Jonggun menoleh menatap Hyungseok.

KAMU SEDANG MEMBACA
A ROMANTIC STORY ABOUT HYUNGSEOK
Roman d'amourDalam hidupnya, Impian Hyungseok hanyalah ingin menjadi lelaki yang biasa- biasa saja. Dia ingin menikah dengan Ryuhei kekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise lainnya: bergandengan tangan di usia senja, mela...