Remake A ROMANTIC STORY ABOUT SERENA BY SANTHY AGATHA
~
Lelaki itu marah, marah besar padanya. Hyungseok bisa merasakannya dari suasana pagi itu, ketika mereka bersiap-siap
berangkat ke kantor.
Semalaman Hyungseok tidak bisa tidur, dan Hyungseok yakin Jonggun juga tidak tidur, karena lelaki itu bergerak dengan gelisah sepanjang malam. Suasana tegang di waktu sarapan pagi itu terasa seperti kawat berduri yang direntangkan, siap putus dan melukainya.
Ia tidak menyukai suasana seperti ini, lebih baik Jonggun meledak-ledak marah seperti kemarin, setidaknya semua kemarahannya terlampiaskan, tidak seperti sekarang.
Lelaki itu murka, tetapi menyimpannya sehingga membuat seluruh dirinya tegang dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Kita berangkat bersama", desis Jonggun setelah membanting serbet makannya ke meja.
Tangan Hyungseok yang menyuapkan roti ke mulutnya berhenti di tengah-tengah.
"Apa?"
"Kita berangkat bersama-sama", ulang Jonggun datar.
"Tapi......"
"Tidak ada tapi Park Hyungseok," sela Jonggun kasar lalu berdiri dengan marah ke pintu,
"Ayo cepat!!!"Dengan gusar lelaki itu membukakan pintu mobil buat Hyungseok, dan
membantingnya ketika Hyungseok sudah duduk di kursi, tanpa dapat membantah, tanpa dapat memberikan perlawanan.
Sepanjang jalan, lelaki itu menyetir dengan sangat kasar, seolah-olah
melampiaskan kemarahannya. Hyungseok hanya duduk berdiam, tidak mau melakukan apapun yang dapat memancing kemarahan Jonggun. "Nanti kau pulang denganku!! Kau dengar itu?? Kau datang ke ruanganku setelah jam kantor, kita pulang bersama!!!", gumam Jonggun tanpa mau dibantah
ketika menurunkan Hyungseok di lobi kantor.***
Hari ini berlalu dengan amat lambat bagi Hyungseok, perasaannya tidak enak, sampai kapan Jonggun akan marah padanya? Sampai kapan Jonggun akan bersikap seperti ini kepadanya? Dia tahu dia bersalah, tapi dia kan sudah meminta maaf? Lagipula kenapa permasalahan kecil semacam ini begitu dibesar-besarkan oleh Jonggun? Pemikiran itu masih berkecamuk di kepalanya ketika keluar dari lift yang mengantarkannya ke ruangan pribadi CEO perusahaan.
Sebenarnya Hyungseok tadi bermaksud pulang sendiri dan mampir ke rumah Sakit
menengok Ryuhei, memanfaatkan waktu bebasnya yang dijanjikan oleh Jonggun pada waktu perjanjian awal mereka. Tapi dengan ancaman Jonggun tadi pagi, Hyungseok tidak punya pilihan lain selain menuruti permintaan Jonggun untuk menemuinya di ruangannya sepulang kerja. Meja sekertaris Jonggun sudah kosong, dengan pelan Hyungseok melangkah ke pintu besar ruangan Jonggun, mengetuknya pelan.
"Masuk."
Sebuah suara mempersilahkannya dari dalam. Hyungseok masuk dan menutup pintu di belakangnya, ketika membalikkan badannya dia terpaku.
Bukan Jonggun yang ada di sana, tetapi Jungoo, lelaki itu sedang duduk santai di sofa, menyesap segelas brendy, menatap Hyungseok dengan penilaian santai yang sedikit kurang ajar.
"Pak Jonggun menyuruh saya kesini jam pulang kantor.", jelas Hyungseok terbata.
Jungoo tersenyum, masih duduk santai di sofa sambil menatap brendynya yang tinggal seperempat gelas.
"Aku tahu, Jonggun menyuruhku menunggumu di sini, dia sedang menemui tamu penting dari Jerman di ruang pertemuan."
"Oh." Hyungseok tidak tahu harus berkata apa, suasana terasa sangat canggung. Entah karena Hyungseok memang tidak kenal dekat dengan Jungoo, atau karena sikap
santai palsu yang ditunjukkan Jungoo.
"Kalau begitu mungkin saya akan menunggu di luar saja", gumam Hyungseok cepat-cepat, ingin segera meninggalkan ruangan itu.
"Bagaimana rasanya?"
Pertanyaan tiba-tiba Jungoo itu menghentikan gerakan tangan Hyungseok membuka pegangan pintu.
"Apa?"
"Bagaimana rasanya menjadi simpanan taipan kaya seperti
Jonggun?", Jungoo bangkit berdiri dari sofa dan menghampiri Hyungseok. Hyungseok tidak suka mendengar nada melecehkan dalam suara Jungoo, dia ingin segera keluar dari ruangan ini.
"Eh, mungkin saya harus menunggu di luar," Hyungseok berhasil membuka pintu sedikit, tapi dengan lengannya Jungoo mendorong pintu itu tertutup lagi.
"Aku bertanya padamu pangeran kecil", ulang Jungoo sinis.
Hyungseok menatap Jungoo tajam.
"Saya tidak akan membiarkan anda merendahkan saya," desisnya pelan.
Ucapan itu membuat Jungoo tertawa, penuh penghinaan.
"Merendahkan katamu?, bukannya kau yang datang merangkak meminta dijadikan pelacur oleh Jonggun???", ejeknya kasar, lalu mencekal lengan Hyungseok tak kalah kasar, tak peduli Hyungseok mulai meronta-ronta.
"Kau adalah manusia paling rendah, paling murahan yang pernah kukenal, kau mungkin berhasil merayu Jonggun dengan tubuhmu", Jungoo menyeringai sinis,
"Tak kusangka Jonggun bisa bertekuk lutut pada orang sepertimu, tapi kau
tentu sudah tahu kan? Jonggun terbiasa dikelilingi seseorang yang
dewasa yang berpengalaman, jadi citra polos dan kekanak-kanakanmu tentu saja menjadi hal baru yang menyegarkan untuknya." "Anda salah ! Saya tidak begitu", Hyungseok berusaha menyela, berusaha
melepaskan diri dari cekalan tangan Jungoo, tapi genggaman lelaki itu seperti capit besi, dan dari napasnya yang berbau brendy, sepertinya lelaki itu setengah mabuk.
"Kau tidak bisa membohongiku pelacur cilik!!", Jungoo menggeram pelan, "Meski dulu aku terpaksa membuatkan kontrak tiga ratus juta yang konyol itu, jangan kira aku akan membiarkanmu menyetir Jonggun untuk membuat kekonyolan lain
yang merugikannya!!!"
"Anda salah paham!!", Hyungseok setengah berteriak, semakin meronta dari cengkeraman Jungoo yang sangat keras.
"Kau pelacur cilik yang menjual tubuhmu seharga tiga ratus juta", Jungoo mulai
merapat ke tubuh Hyungseok.
“Aku mulai bertanya-tanya, apakah hargamu sepadan dengan pelayananmu???"
“Tidaaak!!! Lepaskan saya!!!", Hyungseok mulai berteriak membabi buta, berusaha melepaskan diri dari Jungoo yang semakin gelap mata.
Lelaki itu mencengkeramnya kuat, mendorongnya ke tembok dan berusaha menciumnya dengan kasar
Hyungseok meronta membabi buta, berusaha menghindari ciuman itu sekuat tenaga, memalingkan kepalanya seperti orang gila, dia tak mau disentuh Jungoo, dia tidak mau!!!!
"Jonggun!!! Jonggun!!! Tolong aku!!!!"
***

KAMU SEDANG MEMBACA
A ROMANTIC STORY ABOUT HYUNGSEOK
Storie d'amoreDalam hidupnya, Impian Hyungseok hanyalah ingin menjadi lelaki yang biasa- biasa saja. Dia ingin menikah dengan Ryuhei kekasihnya, membentuk keluarga kecil yang bahagia, lalu seperti akhir kisah klise lainnya: bergandengan tangan di usia senja, mela...