Semenjak perpisahan itu seminggu dua kali jaemin mengunjungi rumah nya untuk menemui anak-anaknya. Hanya dengan mereka selebihnya renjun masih enggan menemui mantan suaminya itu.
Dan hari anaknya menunggu jaemin karna ayahnya itu sudah menjajikan dirinya untuk bermain bersamanya.
Anak itu menunggu di halte dekat dengan gedung sekolah,naren terduduk lesuh menunggu kehadiran ayahnya.
"Papa gak bohongin aku kan? " Ucapnya dengan tangan yang menopang di dagu nya.
Kalian kebayang gak capeknya menunggu seseorang selama 2 jam ? Ya seperti itulah yang dirasakan naren menunggu Ayah-nya.
Naren menatap lurus melihat mobil lalu lalang di jalan berharap ayahnya ada di antara mobil tersbut namun ternyata tidak ada satu mobil yang berhenti dan menghampiri nya.
"Papa, abang yakin tidak mengingkari janjinya kan? "
Belum semenit dia berucap kini naren melihat ayahnya bersama anak perempuan.
Naren berusaha memanggil ayah nya namun ternyata ayahnya itu tidak sedikit pun merespon atau pun menoleh ke arahnya, sungguh dirinya kecewa terhadap ayahnya itu.
"Abang benci papa hikss" Air mata itu lolos dari matanya dan segera pergi dari halte tersebut dan menaiki bus sekolah untuk menuju rumahnya.
Sesampainya dirumah renjun melihat ekspresi anak sulung nya yang sulit dia tebak, ia sama sekali tidak bisa menebak pikiran anaknya itu.
"Abang kenapa? "
Naren hanya diam, dia tidak merepon ucapan ibunya, dirinya masih sibuk ganti pakaian seragamnya.
"Abang kalo misalnya ada apa-apa cerita ke mama ya " Naren hanya mengangguki perkataan ibunya.
"Abang beneran gak mau cerita sama mama? " Naren takut jika dirinya menceritakan semuanya terhadap ibunya.
"Abang... " Lirih renjun
"Mama... " Suara halus bergetar itu memangil ibunya.
"Abang sayang papa"
Mata berembun itu akhirnya mengeluarkan kristal putih dari kelopak matanya, kata yang dia tahan akhirnya keluar dari mulut manis nya.
"Abang sayang papa walaupun abang tau papa seeing buat abang marah dan kecewa"
Renjun diam membisu sambil melihat wajah anaknya itu.
"Abang kangen papa ma,abang mau di gendong juga seperti anak perempuan itu, main bersama papa, terus disayang sama papa tapi kenapa cuman anak kecil itu yang bisa merasakan itu semua? Kenapa naren tidak mendapat kan itu semua ma... " Mulutnya berkata seperti deegan isakan kecilnya.
Hati ibu mana yang tidak sakit ketika anaknya seperti ini? Sungguh sangat sesak dadanya. Dirinya tidak bisa melihat anaknya ikut merasakan hancur juga.
" aku nakal ya mah karna papa gak mau sayang sama aku? "
Renjun menggeleng dengan cepat dirinya
sedikit meringis ketika anaknya menanyakan itu."Abang mau ketemu papa? "
Anak itu mengangguk kan kepalanya seraya menyetujui itu semua.
"Mama telepon papa ya? "Lagi-lagi dirinya mengangguk
Renjun dengan cepat mengambil ponsel miliknya lalu nenekan kontak jaemin.
Dirinya menelpon jaemin dan untungnya jaemin masih berbaik hati mau mengangkat telponnya." Aku sibuk ren, nanti aja ya. Aku bakal telepon balik kamu. "
"Jaemin tapi-- " Panggilan itu terputus karna jaemin mematikannga secara sepihak.
"Papa sibuk ya ma? " Tangisan anak itu semakin pecah.
"Dasar anak nakal"
"Harusnya abang ngertiin papa yang sibuk kerja"
"Abang jangan manja"
"Abang jangan egois"
"Abang harus liat kakak, kakak gak pernah nuntut papa. "
Naren mengatakan itu sambil terus memukuli kepalanya sendiri, dirinya benar-benar menyakiti dirinya sendiri.
"Abang berhenti nak, maafin mama ya "
Hati renjun kala mendengar anaknya seperti ini, dirinya menitikan air matanya lalu memeluk tubuh anaknya itu.
"Abang maafin mama nak, abang gak manja, abang gak egois sayang. Abang sepantasnya mendapatkan kasih sayang itu. Jika papa tidak memberikan itu semua biar mama yang memberika itu semua. Mama akan beruha membuat abang bahagia... Mama gak mau abang ikut merasakan hancur seperti mama. "
"Abang gak nakal, abang anak baik mama" Ucap nya menciun pucuk anaknya dieijya berusaha menenangkan putra sulungnya.
"Abang wajar menginginkan itu semua karna abang anak papa"
Renjun membopong tubuh anaknya membawanya ke kamar itu lalu menarik selimut itu dan tak lupa menciun kening anaknya.
"Mama abang mau papa tinggal disini, abang gak mau harus pindah-pindah terus"
"Abang gak happy ya?maaf gak bisa kalo misalnya papa tinggal disni sayang."
Naren menggelengkan kepalanya "abang sedih ma, Papa gamau ya ma tinggal disini? " Pertanyaan anaknya membuatnya gundah dan dirinya tidak tau harus mengatakan apa.
"Abang sedih juga harus bolak balik. Kerumah papsa sementara mama gak kesana" Pertanyaan dari anaknya membuatnya sakit.
"Papa kerja jadi gak mungkin mama harus ikut sama papa juga" Ucap renjun dengan berusaha meciba ngasih pengertian kepada anaknya.
"Abang gak suka papa kerja, abang gak mau papa kerja karna dulu sering marah-marah kalo papa abis pulang kerja" Air mata itu tumpah lagi, anaknya menangis begitu sangat kencang.
Kini renjun memeluk tubuh anaknyaanaknya, renjun ikutan nyesek liat naren menangis. Anaknya itu berusaha menahan perasaan rindu nya terhadap keluarga yang sangat lengkap.
"Sttt abang jangan nangis ya, maafin mama. Besok kita kerumah papa ya nak. " Naren hanya mengangguk.
"Abang tidur siang aja, abang keliatan capai hari ini"
Renjun lagi-lagi mencium kening anaknya lalu menutup pintu kamar anaknya.
Agak Ngerasa dejavu sih tapi beda nya naren masih bisa ketemu sama ayahnya kalo aku udah 7 tahun gak ketemu ya walaupun ayah masih idup tapi sulit banget ketemunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half Husband
RandomPernikahan merka memanglah karna keterpaksaan dan renjun mempertahankan pernikahan itu hanya demi anak-anaknya. Renjun juga harus menerima kenyataan tersebut apalagi suaminya tidak mencintai nya. Bagaimana jika jadinya hubungan pernikahan sudah 8...