23. Perbaiki Diri

10 1 0
                                        

Radit baru selesai berwudhu, dia hendak melaksanakan sholat isya. Gara-gara video call dengan Fiona yang semula membahas tugas lalu merembes kemana-mana itu Radit jadi agak terlambat sholat.

Radit berupaya semampunya untuk memperbaiki hubungannya dengan Allah. Awalnya Radit masih meragukan keimanannya, sebab ribuan pertanyaan masih menggelayuti pikirannya. Soal Ketuhanan, bagaimana wujud Tuhan, apa buktinya Tuhan itu ada, apa pentingnya beragama, dan pertanyaan-pertanyaan sejenisnya yang tak pernah berani Radit tanyakan namun selalu mengganggu benaknya.

Dia ingin beribadah, tetapi, bagaimana bisa beribadah tanpa tahu maknanya? Radit hanya merasa selama bersekolah dia diajarkan tata cara sholat, tapi tak mengerti makna-maknanya, tujuannya, manfaatnya, sehingga untuk melaksanakannya terasa berat.

Bersyukur semenjak mengenal Bagas, Radit pun mengenal Ustaz Zaki yang banyak sekali membantunya untuk bisa memahami agama yang dia anut dengan penjabaran yang jelas dan masuk akal menurutnya. Dia yang semula meragukan keberadaan Tuhan, kini meyakini kuat dengan keberadaan Tuhan. Saat dia bertanya mengapa Tuhan tidak terlihat, ada satu jawaban Ustaz Zaki yang membekas sekali.

"Yang tidak terlihat bukan berarti tidak ada. Kita manusia terbatas, kemampuan kita tidak sampai untuk bisa melihat bentuk Tuhan. Tuhan tak bisa diserupakan dengan apapun, karena Tuhan tidak sama dengan apapun yang kita bayangkan."

"Begini analoginya. Ada orang buta dari lahir, menurut kamu, warna apa yang dilihat oleh orang buta itu?"

Radit menjawab, "Gelap, hitam."

"Ya, tapi apakah dia tahu bahwa yang dia lihat adalah warna hitam?"

Radit terdiam sejenak. "Sepertinya enggak tahu."

"Ya, mereka tidak tahu, karena mereka tidak mengerti bahwa yang terlihat itu adalah hitam.  Mereka tidak bisa memahami hitam karena tidak pernah melihat warna lain, seperti putih, kuning, merah, hijau dan sebagainya. Begitulah keberadaan Tuhan. Dalam islam, Allah itu Esa, tidak ada yang menyerupainya, tidak ada yang bisa diperbandingkan dengan-Nya sehingga akal kita tidak bisa memahami bagaimana bentuk-Nya. Untuk memhami suatu bentuk, perlu adanya perbandingan, sedangkan Allah tidak memiliki pembanding."

"Makanya, menjelaskan tentang wujud Tuhan, sama sulitnya dengan menjelaskan warna hitam kepada orang buta."

Saat itu Radit tertegun. Dia tak mampu lagi membantah. Ditambah lagi argumen-argumen tentang semesta yang begitu teratur ini, mana mungkin tidak ada yang menciptakannya?

Sejak itu dia yakin Tuhan benar-benar ada. Dan karena dia beragama Islam, dia akan melaksanakan syariat ini sebaik-baiknya sambil terus mencari tahu lebih dalam. Bahkan Radit juga berniat untuk mencari tahu dari perspektif agama lain soal Ketuhanan. Intinya Radit masih penasaran, dia seolah baru saja membuka gerbang menuju wahana yang sangat menarik, masih banyak hal yang ingin dia jelajahi di sana, Radit merasa dirinya masih jauh untuk ada di titik 'sampai'.

Radit mengenakan pecinya dan mengambil sajadah yang tergantung pada hanger di samping lemari. Tiba-tiba pintunya diketuk, dan suara Sang Mama terdengar memanggil. Radit segera membukakan pintu itu.

"Iya, Ma?"

Maya terdiam, dia menatap lekat putranya. "Kamu habis sholat, ya?"

"Belum, baru mau sholat," jawab Radit. Entah kenapa dia merasa canggung.

"Oh...." Maya pun canggung, aneh sekali, dia mendadak kehabisan kata dan seolah lupa apa tujuannya mengetuk kamar Radit.

"Mama mau ngobrol?" tanya Radit, dia membukakan pintu lebih luas, mempersilakan wanita itu masuk.

Jangan Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang