25. Jangan Sampai Kalah

7 1 0
                                    

"Yang penting jaga terus stamina lo," ujar Bagas yang berjalan beriringan dengan Radit di pagi hari yang biasa ini.

"Iya, pasti. Selain stamina, gue juga masih harus sedikit nurunin BB," balas Radit.

Kedua cowok itu melangkah memasuki kelas.

"Nah itu juga, pertandingannya udah makin deket. Lo bener-bener harus jaga makan juga sekarang, stop total junk food," respon Bagas.

"Bener lagi, kalori junk food gila-gilaan, kemarin gue-"

"Pagi, Radiiit!"

Ucapan Radit terpotong, dia tersentak kaget saat tiba-tiba suara dua perempuan itu memekak kencang membuat jantungnya hampir copot.

"Apa-apaan kalian? Kaget gue!" geurutu Bagas mengelus dada, dia sama terkejutnya.

"Lo yang apaan, orang gue nyapa Radit," balas Zia ketus. Dia kemudian mengalihkan tatapannya pada Fiona. "Lo juga kenapa ikut-ikutan gue?"

Ya, kebiasaan menyapa Radit dengan senyum ceria setiap pagi sudah sejak lama Zia lakukan. Dia tak suka Fiona yang hari ini nampak sok berdandan dengan rambut tergerai itu mengikuti kebiasaannya.

"Emang apa salahnya ngucap selamat pagi?" balas Fiona santai. "Pagi juga, Bagas," ucapnya pada Bagas kemudian, senyumnya secerah mentari pagi.

Radit dan Bagas menatap bingung pada kedua gadis itu, terlebih pada Fiona yang tiba-tiba menjadi sangat ramah, mengucap selamat pagi pada siapa saja yang dia lihat.

Zia menatap Fiona aneh sekaligus jengkel. Begitu Radit duduk di tempatnya, tiba-tiba Fiona berjalan menghampiri cowok itu. Zia yang sudah biasa memberikan makanan untuk Radit tiap pagi, jadi bingung, dia bergegas menyusul Fiona.

Dengan senyum sumeringah Fiona berdiri di samping meja Radit. Radit dan juga Bagas kompak menatap gadis itu, di belakangnya Zia menyusul.

Fiona menaruh sebatang coklat di atas meja Radit.

"Apa ini?"

"Coklat buat lo. Sebagai ucapan terima kasih gue buat yang waktu itu."

Melihat cengar-cengir bibir Fiona membuat Zia bergidik, menurutnya Fiona tak cocok dengan lagak sok imut begitu.

"Lo ngasal banget sih, Fi. Radit itu udah mau tanding, dia perlu jaga BB, mana boleh makan coklat," sela Zia geleng-geleng kepala meremehkan Fiona.

Radit jadi tidak enak melihat raut kecewa Fiona. "Gakpapa, Fi, makasih, ini bisa buat adek gue," ujarnya.

Zia menatap tajam Radit, dia tak suka dengan sikap baik Radit itu. Zia menyodorkan bekal yang dia bawa, dia taruh di atas meja Radit, dan dilihat jelas oleh Fiona.

"Mending lo makan ini, Dit, gak usah jajan di kantin dulu. Ini makanan sehat buatan gue sendiri, dijamin enak banget." Zia membukakan kotak bekalnya, dengan wajah jumawa dia menjelaskan, "Ini yang namanya clean eating, isinya makanan-makanan real food, gak kebanyakan diolah, masih terlihat bentuk aslinya. Makanan kayak gini sehat, minim kalori. Sandwich ini pakai roti gandum buat karbonya, isiannya daging ayam yang dikukus pakai bumbu sederhana, terus pake selada sama potongan wortel buat sayurannya. Gue kasih potongan apel sama jeruk juga buat cemilannya. Nanti dicobain, ya. Yang kali ini pokoknya gak boleh dikasih ke Tomy!"

Fiona jadi minder melihat keahlian Zia. Fiona akui Zia semakin pintar memanfaatkan bakat dan kemampuannya, tapi dia tak boleh kalah tentu saja. Kalau Zia bisa, apalagi seorang Fiona, pikirnya.

"Makasih," ucap Radit menerima pemberian Zia, membuat gadis itu tersenyum sumeringah.

Zia menatap Fiona dengan sombong, sementara Fiona memalingkan muka dan beranjak dari sana.

Jangan Jatuh Cinta (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang