13. Anak Sekolah

120 31 11
                                    

Hari ini sedikit berbeda dari biasanya, Alea memakai pakaian kasual walaupun sedang bertugas. Karena hari ini adalah jadwalnya menemani anak tertua Jenderal Nasution ke sekolahnya.

Terlebih lagi, hari ini di sekolah Yanti sedang diadakan sebuah acara, jadilah dia memakai pakaian kasual sesuai perintah Bu Nas. Padahal sebelumnya dirinya sudah memakai pakaian formalnya, tapi disuruh ganti kembali, rasanya seperti de javu saat pertama kali bertugas bersama Bu Nas.

Saat ini ia menggunakan kaos merah maroon dan celana jeans panjang, di padu dengan sepatu putih dan jam tangan hitam minimalis, sangat cocok dengan kulit putihnya.

Jangan tanya kenapa dia bisa mendapat baju kasual, padahal beberapa hari sebelumnya ia tidak membawa baju kasual sama sekali. Sebab pada hari minggu kemarin, setelah kembali dari kota tua, ia ijin untuk ke rumahnya terlebih dahulu untuk mengambil beberapa pakaian kasual.

Yanti yang baru saja selesai bersiap, melihat Alea yang sedang menyender di mobil dengan kaca mata hitam bertengger dimatanya—tangannya menyilang di dada.

"Kak Alea keren sekali!" Seru Yanti sembari berlari kecil menghampiri Alea.

Alea menoleh kearah Yanti. "Jelas! Kak Alea gitu loh!" Sombongnya sambil melepas kacamatanya.

"Biasa saja."

Pierre yang sedang mengangkut tumpukan kardus di seberang halaman, berkata dengan ketus. Hal itu membuat Alea menatap tajam pria gagah itu.

Ia kemudian melangkah mendekatinya, lalu menumpu tangannya di tumpukan kardus. "Kalau ingin berkata cantik, katakan saja. Tidak usah mengkode seperti itu." Alisnya naik turun layaknya cegil.

Pierre mengambil kardus yang menjadi tumpuan Alea dengan cepat. "Tidak, memang biasa saja."

Alea hampir saja terjungkal kedepan sebab tumpuan tubuhnya diambil secara mendadak. Sedangkan Pierre lanjut berjalan membelakangi dirinya. Ingin sekali ia melempar sepatu pantofel nya ke kepala Pierre, tapi dia urungkan sebab takut diomelin Bu Nas.

"Kak Alea! Ayo berangkat, nanti kita telat!" Teriak Yanti dari samping mobil.

Mendengar itu, Alea segera berbalik ke mobil kembali. Ia kemudian memasuki mobil begitupun Yanti. Dengan cepat, Alea menyalakan mobil jadul itu—kakinya perlahan mulai menginjak gas.

Mobil keluar dari halaman rumah, menyusuri jalanan jakarta yang ramai. Selama di perjalanan Alea dan Yanti saling bertukar cerita layaknya sahabat.

Yanti amat senang ketika seorang ajudan wanita muda datang ke rumahnya, terlebih Alea yang memperlakukannya layaknya sahabat sendiri bukan seorang nona, anak atasannya. Dia bisa menjadi tempat bersandar, bercerita tentang hal yang tidak bisa ia ceritakan ke keluarganya.

Setelah perjalanan beberapa menit, mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai di sebuah gedung sekolah. Alea kemudian membelokkan setirnya menuju parkiran lalu memarkirkan mobilnya dibawah pohon rindang. Yanti membuka pintu mobil, turun dengan tas hitam di punggungnya.

SMA Santa Ursula, adalah sekolah yang terletak dekat dengan monas, tempat dimana Yanti—putri sulung sang Jenderal bersekolah. Tahun ini ia menempuh pendidikan di kelas 11.

Ale dan Yanti berjalan keluar parkiran, menuju lapangan sekolah, terlihat banyak sekali orang tua siswa-siswi bersama anak mereka berlalu-lalang disekitar sekolah.

Hari ini, SMA Santa Ursula mengadakan sebuah event bazar. Tenda-tenda dagangan setiap kelas sudah berjejer rapi di tepi lapangan. Yanti mengedarkan pandangannya, mencari dimana letak tenda kelasnya.

"Yanti!"

Merasa terpanggil, Yanti menoleh kearah sumber suara. Seorang perempuan muda memakai seragam Ursula—kemeja putih dengan rok hijau pastel bermotif kotak-kotak, mengangkat tangannya dan melambai-lambai. Senyumnya mengembang diwajahnya, ia berdiri di depan sebuah tenda, yang sepertinya adalah tenda milik kelas Yanti.

Ujung WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang