#13 : Keraguan

20 4 1
                                        

"Tanpa di sadari, terlalu akrab dengan masa lalu itu adalah jembatan membuka keraguan,"

-Bryan-

Sudah dua tahun sejak Bryan dan Nesya Aurellia mengakhiri hubungan mereka. Selama itu juga mereka hilang kontak. Waktu berlalu, hingga kemarin Nesya datang. Gadis berambut lurus bergelombang dengan tinggi semampai, selalu memakai blazer dan celana highwaist membuat Nesya terlihat seperti wanita yang sangat memperhatikan penampilan. Kacamata minus yang bertengger di hidung mancungnya seolah menambah kesan smart.

Masa lalunya itu kembali, terlebih sekarang mereka berkuliah di kampus yang sama. Semakin memberi ruang bagi Nesya untuk kembali dekat dengan Bryan yang dahulu sempat renggang.

Nesya juga memiliki harapan baru, karena Bryan selalu merespon dengan baik kehadiran. Ia berasumsi jika Bryan menerimanya. Mengingat jika dulu, Bryan dan Nesya berakhir secara baik-baik karena keadaan.

Saat ini, Bryan dan Nesya sedang berada di kantin tanpa di sengaja.

"Bryan, gue duduk sini, ya?" ucap Nesya.

"Iya, duduk aja!" Bryan mempersilakan.

"Seneng banget bisa selalu ketemu kamu di sini, kebetulan atau takdirnya, nih?" ucap Nesya antusias, seolah ada harapan tersembunyi di balik caranya mengungkapkan itu.

Bryan tertawa, lalu menjawab, "Bisa aja!"

"Loh, kamu, kan, nggak bisa makan pedes? Kok, di baso kamu ada sambelnya?" tanya Nesya terheran, sebab selama berpacara dengannnya dulu, Bryan tipikal orang yang tidak suka makanan pedas.

Deg!

Perkataan Nesya menyentuh hatinya. Bahkan, sudah dua tahun berlalu, Nesya masih mengingat hal-hal remeh tentangnya. Bryan tersenyum tipis, lalu menatap Nesya dengan seksama. Gadis di depannya ini tidak berubah sama sekali, masih saja perhatian.

"Jadi, gimana setelah nggak ada yang semangatin dua tahun terakhir ini?" tanya Nesya penasaran.

"Terus, gimana rasanya udah nggak ada yang kirim-kirim puisi tiap pagi setelah dua tahun terakhir?" Bryan bertanya balik. Membuat Nesya dan Brayan tertawa karenanya.

"Kemarin kamu udah nemenin aku buat memperkenalkan kampus ini, makasih, ya. Besok-besok lagi, mau dong diajak kemana gitu?" kata Nesya sembari mengedipkan satu matanya.

Tanpa disadari Bryan dan Nesya semakin dekat, sudah beberapa hari yang lalu dan tepat setelah Bryan berbaikan dengan Rayna. Entah apa yang merasuki pikiran dan hati Bryan sehingga mudah sekali mengikuti arus yang Nesya ciptakan untuknya.

♡♡♡

Beberapa hari setelah banyak sekali pertemuan Bryan dengan Nesya. Bryan semakin sering dan tenggelam memikirkan Nesya. Hingga, sore ini ketika Bryan duduk di sebuah cafe biasanya bersama dengan Rayna membahas proyek kolaborasi seni mereka. Dalam kebersamaanya dengan Rayna, perempuan yang membuatnya jatuh cinta lagi setelah kepergian Nesya. Namun, alih-alih fokus dengan Rayna, ia justru lebih asik membalas chat dari Nesya dari pada memperhatikan Rayna yang ada di hadapannya saat ini.

"Bryan?" panggil Rayna. Ia sejak tadi memperhatikan Bryan yang senyum-senyum sendiri.

"Iya, Ray? Kenapa?" balasnya, ia sedikit terkejut dengan panggilan Rayna.

"Gue ngerasa lo nggak ada di sini, lagi chatan sama siapa, sih, sampai senyum-senyum gitu?" tanya Rayna, nada suaranya lembut, tetapi dibalik itu menuntut penjelasan.

"Nggak, ini loh temen-temen kirim stiker lucu di grup," kilah Bryan. Ada rasa bersalah ketika berbohong pada Rayna, padahal yang menghubunginya adalah Nesya.

Can I Be Yours? [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang