13. Fakta Terkuak

140 18 2
                                    

Gawin terperanjat membaca pesan WhatsApp dari panik bukan kepalang. Bagaimana bisa Joss mengetahui tentang Kaye? Apa yang sebenarnya terjadi sekarang ini? Kenapa semua jadi berantakan begini? Gawin benar-benar tak habis pikir, bagaimana bisa Joss menuduhnya berselingkuh dengan Kaye sementara adik tingkatnya itu bahkan tidak seberapa dekat dengannya. Dari mana asumsi itu berasal?

Argh! Gawin benar-benar tidak tahu apa yang harus dilakukan!

"Heh? Gawin? Meh ngendi? Iki kelas ne mau dimulai lho," tanya salah seorang teman Gawin saat melihat pria itu membereskan buku-bukunya dan tak mempedulikan kelas Sastra Perjalanan yang akan dimulai.

"A-aku ada urusan mendadak, titip absen yo," ujar Gawin terbata, lantasi berlari menuju pintu dan keluar dari sana diiringi pandangan keheranan dari teman-teman sekelasnya.

Dada Gawin bergemuruh. Ketakutan itu nyata terpapar pada wajahnya. Gawin lari menuruni tangga dari lantai tiga Gedung Soegondo. Ia nyaris berpapasan dengan dosen pengampu mata kuliahnya tadi, tapi untung dosen itu sudah tua dan rabun jadi tubuh bongsor Gawin sama sekali diabaikan.

Cuaca gerah pukul sepuluh pagi di kota Yogyakarta membuat Gawin berkeringat saat membelah jalan menuju gedung A Fakultas Ilmu Budaya. Lalu, terburu-buru menaiki tangga menuju jembaya yang menghubungkan gedung A dan B kampusnya itu. Wajah panik kakak tingkatnya Nathan adalah yang pertama menyambut Gawin. Lalu saat manik mata hazel itu mencari kekasihnya yang disebut-sebut tadi, ia pun menemukan pria itu balas menatapnya dengan sangat datar...

juga dingin.

Telapak tangan Gawin sejurus menjadi kebas dan tengkuknya berkeringat. Sementara Joss bergantian menatap Nathan juga Gawin, lalu mendesah pasrah. Menyadari kalau hal ini barang tentu pasti terjadi cepat atau lambat.

"Kene, Win..." panggil Joss, meminta Gawin datang mendekatinya.

Gawin menelan ludah sekali dan rasanya pahit sekali. Di belakangnya, Nathan masih diam di tempat, tak ingin mendekat kalau-kalau Joss akan melayangkan tinju karena ia sudah sembarangan ikut campur. Tapi Nathan hanya tidak ingin adik tingkatnya babak belur, jadi ia harap masalah ini bisa selesai sekarang.

Langkah Gawin terasa berat, tapi ia tak bisa melakukan apa pun selain menurut. Isi kepalanya carut marut, tapi ia harus menyelesaikan kesalahpahaman ini segera. Hingga akhirnya langkahnya berhenti dan Gawin pun hanya berdiri di sisi bangtem dengan Joss dan Kaye menatapnya lekat-lekat.

"Kenapa mukamu gitu?" tanya Joss dengan ketenangan yang sama sekali tidak disangka-sangka oleh Gawin.

"Jo-Joss... itu... "

"Aku ndak marah kok," kata Joss lagi dan membuat Gawin semakin terperangah, "Bar ngobrol sama Kaye tadi, aku wis ngerti dek ne anak baik-baik."

"Eh?"

Joss melipat kedua tangannya di depan dada, seolah-olah menahan gejolak perasaannya sendiri agar tidak membuncah keluar. "Maaf, aku ndak sengaja lihat foto-foto Kaye di handphone-mu kemarin. Aku tahu kamu diam-diam suka sama dia..." Joss menarik napas, lalu mengembuskannya perlahan, "kamu kalau mau putus mending bilang se...."

"N-ndak mau putus! Kamu salah paham Joss!"

Gawin tiba-tiba meninggikan suara. Ia panik bukan kepalang. Kata putus bahkan tak pernah terbesit sedikitpun di benak Gawin dan mendengar kata itu terlontar begitu saja dari bibir Joss....

Rasanya sakit luar biasa.

"Salah paham apa?"

Kaye yang berada di tengah-tengah perbincangan kedua orang itu melihat Joss dan Gawin bergantian. Ia tak pernah mengenal Gawin lebih dari sekadar senior di klub keagamaan dan vokalis band fakultas mereka yang pendiam. Sementara Joss? Kaye bahkan baru berkenalan hari ini. Pembicaraan mereka bahkan lebih terkesan seperti wawancara kerja daripada "melabrak" seperti yang ditakutkan oleh Nathan.

[Joss x Gawin] HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang