Joss meragu sejenak, nomor telepon Mamanya terpampang jelas di layar tanpa diberi nama. Ia hafal luar kepala, tapi tak ingin menyimpan julukan apapun untuk wanita yang telah melahirkannya itu di ponselnya. Isi botol liquid-nya telah tandas dan seisi kamarnya sudah penuh dengan aroma Oat. Joss pun membuka jendela dan membiarkan angin di Minggu sore menyerbu masuk. Memporak-porandakan rambutnya.
"Aku ki sakjane butuh closure karo Mama po ora..." gumam Joss pada dirinya sendiri, masih menimbang-nimbang segala kecambuk di dadanya. Namun akhirnya, kata-kata Gawin yang tadi sempat tertukar di pesan Whatsapp pun kembali meyakinkan Joss, bahwa Mama berhak mendapatkan kesempatan kedua pula.
Akhirnya, Joss pun menekan tombol hijau dan mendengarkan dengan takzim nada tunggu yang berdering.
Satu... dua... tiga...
"Ha-halo? Jo-Joseph?"
Panggilan diangkat pada dering keempat dan Joss menarik napas dalam-dalam saat suara halus itu menyapa telinganya.
"Iya, Ma. Ini Joseph."
"Oh, astaga... Se-sebentar, Nak, Ma-mama angkat pesanan donat dulu dari wajan."
Joss menarik senyum sejenak. Mengingat donat buatan Mama adalah satu dari sekian banyak kenangan manis yang masih bisa ia ingat dari masa kecilnya.
"Joseph? Masih di sana?"
"Masih, Ma."
Diam. Mama mungkin bingung akan panggilan yang tak pernah disangka-sangka ini. Joss pun sama, ia tak tahu harus memulai percakapan dari mana. Namun sejenak, Joss cukup terkejut lantaran ia bisa menanggapi suara ibunya dengan lebih mendamaikan.
"Joss..." Mama memanggil namanya dan Joss masih diam, mencoba menyimak. "Apa kabarmu?"
"Kabar Joseph baik, Ma," jawab Joss datar, "mama jualan kue sekarang?"
"Ah, i-iya... udah dua tahun sejak Mama resign dari kerjaan, Mama jualan kue sama roti. Lumayan banyak yang pesan. Dari ibu-ibu Gereja juga biasa pesan sama Mama," jawab Mama, menjelaskan panjang lebar. Dari suaranya, Joss bisa membayangkan Mama mungkin sedikit panik dengan sikapnya sekarang.
"Ma..."
Joss menarik napas, rasanya ingin cepat-cepat menyelesaikan panggilan ini tapi ada banyak hal harus diurai antara dirinya dan Mama. Begitu banyak tahun-tahun terlewat dan Joss selalu menghindari masalah ini. Ia menolak untuk mendengarkan segala penjelasan yang Mama ingin utarakan padanya. Namun, kali ini Joss ingin mencoba memahami Mama dan kondisinya selama ini.
"Kenapa Mama dulu selingkuh?"
Ada hening yang panjang. Joss mendengar napas Mama naik dan turun, berderu di ujung sambungan. Sejurus ia merasakan merasakan dadanya nyeri dan luka-luka itu kembali tersingkap dan segala prasangka buruk itu menggerogoti hati Joss hingga beku.
"I-itu kesalahpahaman, Joss, Ma-mama nggak pernah berselingkuh dari Papa kalian," jawab Mamanya terbata dan Joss pun mengerutkan kening, "Mama selalu ingin menjelaskan ini sama kamu secara langsung, tapi kamu selalu menghindari Mama. Bian juga Mama larang untuk ngomongin ini karena takut kalian bakal berantem. Mama mau kamu tahu ini dari Mama sendiri."
Joss menarik napas dalam-dalam. Ia memang sudah melarang Papa bahkan Bian untuk membicarakan tentang Mama. Dulu Papa sering ingin mengajaknya bicara tentang Mama dan perihal perkara ini, namun Joss selalu mengelak atau berakhir menghancurkan barang-barang di rumah atau berkelahi dengan Bian. Sejak saat itu, tak ada seorang pun di keluarga mereka yang berani membicarakan tentang Mama di depan Joss.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Joss x Gawin] Happiness
Fiksi Penggemar[COMPLETE] "Se-Sek! Sek! Sek! Aku mau maem ayam gepreknya dulu! Aku laper!" "Hah?" "Nanti nasinya keburu dingin, aku ndak suka." Joss bengong. Gawin mendorong tubuhnya hingga tersingkir ke sisi lain kasur, lantas meloncat turun dari kasur. Menyambar...