15. Lilitan Kasa

83 39 27
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!
-
-
-
-

Ashana langsung mengerutkan keningnya mendengar ucapan adiknya.

"Oh ya? Siapa dia?" tanya Ashana dengan penasaran meski masih tersenyum.

"Assa nggak tahu, tapi kata abang itu, dia teman kakak waktu SMP," tutur Arsa menceritakan semua yang diucapkan oleh pria tersebut.

Ashana bergumam, bingung dengan jawaban adiknya, siapa gerangan teman SMP-nya? Ia tak merasa memiliki teman laki-laki saat itu. Bahkan, ketika Ashana ingin berkenalan dengan laki-laki, ia merasa malu dan tidak percaya diri sebelum laki-laki tersebut memperkenalkan diri terlebih dahulu. Selama SMP, Ashana tidak banyak memiliki teman, hanya beberapa saja, dan mereka semua adalah teman di sekolah, bukan di lingkungan rumahnya.

Karena, saat Ashana masih duduk di kelas 6 SD, ia baru pindah ke Jakarta. Ashana berasal dari sebuah desa di provinsi Jawa Barat, dan setelah lulus SD, ia harus meninggalkan kampung halamannya. Orang tua Ashana bekerja sama dengan orang-orang dari berbagai kota dalam bisnis fashion, yang mana hasil kerja mereka harus bisa dinikmati oleh banyak orang. Kesibukan dalam dunia bisnis membuat kedua orang tua Ashana sangat sibuk, sehingga Ashana dan Arsa sering kali ditinggalkan ketika mereka pergi keluar kota untuk mengembangkan usaha mereka.

Di tengah kebingungan yang terus melanda pikiran Ashana, ia teringat bahwa saat ini seharusnya sudah waktu makan malam. Ashana mencoba menyingkirkan pikiran yang mengganggu untuk sementara waktu.

"Ya udah, Arsa, jangan terlalu dipikirin... nanti juga ketemu lagi sama abangnya. Mending sekarang kita makan, kakak buat omelette loh," ajak Ashana, berusaha merayu agar adiknya tidak lagi memikirkan perkataan pria itu.

"Wahhh ayo! Assa, udah lapar banget!" Arsa sangat antusias, memegangi perut kecilnya.

Omelette adalah salah satu makanan favoritnya. Menurut Arsa, bentuk omelette sangat mirip dengan lumba-lumba, yang mana Arsa sangat menggemari mamalia tersebut. Dari bentuknya, sangat akrab dengan manusia (rata-rata), lalu bertingkah lucu. Dan itulah sebabnya ia selalu ingin dibuatkan omelette oleh kakaknya. Namun, Ashana juga belum bisa membuat omelette dengan bentuk sempurna, sering gagal dan menghabiskan beberapa telur. Meski demikian, ia bertekad untuk terus belajar agar bisa memenuhi keinginan adiknya tersebut.

"Assa, mau ke kamar dulu, mau naruh peci." Arsa menyentuh peci hitam yang masih berada di kepalanya. "Kak Anna, tunggu ya....," pinta Arsa.

"Iya sayang, kak Anna tunggu di sini ya."

Ashana kembali mengelus rambut Arsa dengan senyuman hangat di pipinya.

Arsa kemudian melangkah menuju ruang sebelah kiri tempat kamarnya berada. Tubuh kecilnya perlahan meninggalkan Ashana yang masih di ruang tamu, bersama Anabul. Anak berusia6 tahun itu tidak sabar untuk menyantap makan malam. Dalam pikiran Arsa, yang terbayang hanya omelette yang sudah lama tidak dibuatkan oleh kakaknya. Ia mempercepat langkahnya agar segera tiba di kamarnya, diiringi senyuman di bibir.

Me and The Dove [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang