FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!
-
-
-
-Ashana sontak membuka kedua bola matanya begitu cepat dan menatap tajam ke arah wajah Naresh, ia begitu terkejut saat melihat bekas tangan yang memerah terpampang di pipi kirinya.
Dengan ponsel yang masih ia genggam di tangan kanannya, ashana membangunkan dirinya dari atas kasur.
"Reshh! Pipi lu kenapa?!" ia bertanya dengan raut wajah yang serius.
"Hah, ini?" jawabnya dengan ekspresi yang datar.
Entah kenapa semenjak naresh muncul kembali ke dalam ponsel itu, wajahnya tidak menunjukan rasa sedih ataupun takut. Justru ia kembali dengan membawa es cream di tangan kanannya dan tidak merasa ada yang aneh terhadap dirinya.
"Oh ini, tadi abang gua yang nampar". lanjutnya sambil menjilati es cream yang berada di tangan kanannya.
Mendengar jawaban Naresh Ashana sontak langsung terkejut hingga membuat dadanya itu naik. Dia berfikir bagaimana bisa, seorang abang menampar adik kandungnya sendiri?
Baru kali ini ia melihat seseorang yang terkena tamparan seperti itu tetapi orang tersebut merasa baik-baik saja. Ada apa sebenarnya ... apakah selama ini Naresh menyembunyikan sesuatu darinya selama 3 tahun?
Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang berada dibenak pikirannya. Belum sempat Ashana ingin menanyakan sesuatu setelah ia terkejut itu, Naresh langsung memberikan jawabannya lagi.
"Udah ngga usah khawatir udah biasa ini mah". jawab Naresh mengehentikan jilatan es creamnya
"Hahhhh?"
Ashana tentu tercengang dan dibuat kebingungan lagi oleh jawaban Naresh. Maksudnya dari kebiasaan itu apa? Ia masih tidak mengerti dengan jawabannya itu.
"Maksud lu?!" tanya Ashana dengan wajah kebingungan.
"Huhhh." Naresh menghembuskan nafas yang berat, ia meletakkan es cream nya itu ke dalam gelas yang sebelumnya ia siapkan. Naresh duduk di kursi kamarnya dan menceritakan tentang semua yang ia sembunyikan dari Ashana selama 3 tahun
"Bokap gua kan punya perusahaan, terus gua pernah bilang kan ke lu gua masuk jurusan ini karena apa. Terus abang gua itu dari dulunya emang kasar sama gua, cuman dia ngga sampe mukul-mukul gua kaya gini. Semenjak gua masuk kampus, sikap dia ke gua makin parah. Yang tadinya cuman ngatain gua dengan omongan kasar, sekarang dia sering pukulin gua bahkan dia waktu itu ngarahin pisau ke gua pas lagi makan." ungkap Naresh ber-ekspresi yang sedikit agak sedih terpampang di wajah tirusnya itu.
"ASTAGA SERIUS?!" Ashana kembali terkejut saat mendengarkan cerita dari Naresh itu dan meninggikan suaranya. Ia tidak percaya, abang Naresh yang selama ini dia kira baik terhadap Naresh, ternyata memiliki jiwa psikopat di dalam dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and The Dove [ON GOING]
Fiksi RemajaEITSSS! FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA! TINGGALKAN JEJAK, SEPERTI VOTE AND KOMEN! CUPLIKAN BAB 12: Ashana ikut bangkit dari duduknya itu, dan kini berhadapan dengan Naresh di depannya. Pandangan Naresh tetap tertuju padanya saat Ashana terbangun dari k...