02. Tangisan

244 168 34
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!
-
-
-
-

"Papahhhhhhhhhhhh!!!!" teriak Ashana histeris, membuat adiknya yang sedang tidur di sofa terbangun akibat teriakan itu. Hatinya hancur, keringat itu kembali bercucuran dicampur dengan air mata yang mengalir. Perasaan Ashana sangat hancur.

Hancurr!

Hancurr!!!

Dia benci keadaannya sekarang.

Mengapa Tuhan secepat itu membiarkan ayahnya untuk berbicara dengannya?

Hanya beberapa puluh menit

Seluruh jiwanya seperti menghilang setelah ayahnya menyusul kepergian sang ibunda.

AARRKGGGHHHHHHH!

PAPAH BOHONG!

INI TIDAK ADILLL!!!!

Dokter yang sedang berjalan di koridor rumah sakit mendengar teriakan dari arah ruang UGD, lalu segera bergegas memasuki ruangan tersebut.

"Ada apa ini?" tanya Dokter berjalan mendekati ayah Ashana. Melihat Ashana yang tak karuan menangis dan memeluk ayahnya, Dokter itu langsung memeriksa bagian jantung ayahnya menggunakan stetoskop melingkar di lehernya.

Tidak terdengar denyut jantung dari stetoskop tersebut. Untuk memastikan lebih lanjut, Dokter itu mengecek bagian leher dan tangan Pak Aden. Namun, denyut nadinya pun tak terasa, sehingga dokter menyatakan bahwa ayah Ashana meninggal dunia.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un," ucap Dokter itu sambil menutupi wajah Pak Aden dengan selimut yang sebelumnya dikenakannya.

Arsa yang terbangun dan bingung melihat semua ini, langsung menangis di sofa saat mendengar Dokter mengucapkan kalimat tersebut dan berlari menghampiri ayahnya.

***

Jasad kedua orang tua Ashana di bawa pulang untuk dimandikan di sana.

Fanny yang merupakan sahabat Ashana dari SMA ... mendapatkan kabar duka tersebut, dirinya langsung memberitahu Naresh yang juga merupakan sahabat mereka. Fanny dan Naresh langsung bergegas pergi menuju rumah Ashana menggunakan mobil milik Naresh.

Setibanya mereka di sana, mereka berdua melihat Ashana yang sedang menangis di pelukan Mak Ela yang selaku tetangga dekatnya.

Fanny mendekat kearah Ashana

"Naaa ini gue," ucap Fanny yang lembut sambil mengelus kepala Ashana di pundak Mak Ela. Tangisan Ashana seketika berhenti mendengar sahabatnya, kini sudah berada di hadapannya.

Mak Ela yang melihat kehadiran Fanny, langsung melepaskan pelukannya dari Ashana dan bergeser untuk memberikan ruang pembicaraan mereka.

"Fan ... gua sekarang nggak punya siapa-siapa, orang tua gua juga udah nggak ada, saudara gua juga mereka semuanya di kampung. Gua nggak tau Fan harus kaya gimana ke depannya ... ortu bagi gua sepenting itu," tutur Ashana murung menundukan kepalanya itu dihadapan Fanny, lalu menghela nafas berat dan mengusap sisa-sisa air mata yang membasahi pipinya

Me and The Dove [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang