05. Arsa Kenapa?

152 105 29
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!----

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK!
-
-
-
-

"Haaaaa- sinii!" Ashana merebut kertas itu dari tangan Naresh. Buku yang barusan ia baca, terjatuh begitu saja di atas meja.

Naresh melihat kepanikan Ashana tergambar di wajahnya, tentu membuat dirinya bertanya-tanya, ada apa dengan kertas lipatan itu?

Ashana mengecek bagian kertas itu, dengan wajah paniknya.

"Emang itu kertas apa Naa?" Naresh bertanya dengan raut wajah yang kebingungan.

"Hmmm." Ashana bergumam, merasa tidak yakin ingin menjawab pertanyaan Naresh.

"Naa jawab pertanyaan gua!" ujar Naresh memaksa.

Ashana masih terdiam dan tidak ingin menjawabnya. Naresh pun mengalah dan ia memilih untuk diam. Ia mengambil buku yang sebelumnya Naresh letakkan di atas meja, lali membacanya. Walaupun banyak pertanyaan yang terlintas dipikirannya tapi mau bagaimana lagi? Berbicara dengan orang keras kepala seperti Ashana.

***

Setelah lumayan lama Ashana terdiam dan tidak merespon pertanyaan Naresh, akhirnya Ashana membuka mulutnya itu. Ashana menghembuskan nafas berat, sebelum ia memberikan jawabannya kepada Naresh.

"I-ini-i kertas tagihan gua Resh," jawabnya dengan perlahan disertai dengan suara gemetar.

"Hahhh!" Naresh sontak terkejut dan langsung merebut kembali kertas itu, lalu menjatuhkan bukunya yang barusan ia baca ke atas meja.

Naresh melihat kertas itu secara detail, setiap kata-nya ia perhatikan baik-baik.

"Jadi ini yang buat lo hemat!?" tanya Naresh masih tidak percaya, menatap Ashana tajam.

"Ya lu liat aja, jumlah angka yang ada di situ," jawab Ashana merenung, "Lu tau sendiri, udah nggak ada lagi yang nafkahin gua sama Arsa. Biaya SPP Arsa juga mahal, belum lagi tagihan rumah lainnya," lanjutnya menghebuskan nafas berat dan bersandar di belakang kursi.

Naresh mengerti dengan perkataan Ashana, ia menurunkan halisnya yang semula ke atas, karena terkejut dan memasang wajah datarnya itu kembali.

"Gua mau bantu lo," ucap Naresh meletakan kertas itu di meja yang berhadapan dengan mereka.

"Maksud lu?" tanya Ashana bingung, dengan perkataan sahabatnya itu.

"Yaa, gua bakal bantuin lo, ngelunasin semua tagihan ini," lanjut Naresh dengan santainya disertai ekspresi yang datar.

"Dihh, apa-apaan! Lu aja masih pake duit bokap lu, sok banget!" balas Aashana menolak, mendengar jawaban dari Naresh tersebut, ia pun langsung memalingkan wajahnya ke arah lain yang semula menatap Naresh. Memang Benar yang dikatakan Ashana, jika Naresh masih bergantung dengan uang orang tuanya walaupun, dirinya sudah dewasa.

Me and The Dove [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang