006 - Insufferable

729 124 24
                                        

BLOODLINE

006 — Insufferable




















.

.

.


















Nirnyata; khalayan; bualan semata.

Nama tokoh juga muse yang dipakai tak serta merta memiliki hubungan selaras dengan bagaimana kehidupan nyata, ini adalah fiksi.















.

.

.

















Sebelum memulai dan segalanya, mari tinggalkan jejak serta tanggapan untuk membuat apresiasi. Semoga jarinya silent reader keplitek terus, amiinnnnnn.

Anyway. Happy reading, sayangie!

































Bloodline,

006 — Insufferable.

SOPHIA bukannya naksir dengan Axel, bukan.

Ia cuma memperhatikan gerak-gerik dari heiress Gelael itu secara seksama seakan ingin mencari tahu apa yang dipikirkan oleh sosok bersurai blonde dengan rambut panjangnya tersebut.

Harus diakuinya, Axel lebih rupawan jika ditegaskan; apalagi dengan dua netra yang selalu menatap orang secara intens.

Atau mungkin; menatap orang secara malas cuma lebih tajam saja tatapannya.

Dan.

Dan ya, Sophia think she might like how the jaw looks so sharp when that dumb bitch turn her head around (trans; Sophia pikir ia mungkin suka dengan bagaimana rahangnya Axel kelihatan tajam banget saat orangnya lagi nengok ke samping).

Ada rasa-rasa mau ngusap atau mungkin.. ya.. sedikit gigit, mungkin?

Sophia langsung mendengus, “The hell,” gerutunya pelan dan kemudian memilih untuk tak lagi memperhatikan sosok Axel yang kelihatannya sudah sadar kalau dirinya diperhatikan.

Yap.

Bungsu Tanoto ini langsung merasa sepasang mata mengawasinya saat dirinya sudah sibuk pada layar iPadnya dan penjelasan guru mereka.

Axel sendiri mengerut heran tapi tak sama sekali peduli.

Ia lebih memilih memperhatikan layar iPadnya yang sudah banyak aplikasi terbukanya itu dengan perlahan, dan memilih untuk stay pada ruang perpesanan dengan seseorang.

Senorita : Bukannya ada kelas?

Axel merotasi bola matanya malas dan menggetikan balasan, ada tapi apa gunanya jadi pintar kalau gabisa multitasking?

Dirinya yakin kalau sosok yang sibuk membalas chatnya itu pasti tertawa diujung ruangan sana.

Terlalu mudah ditebak, masalahnya, apalagi Axel menyukainya.

Senorita : Anak kecil nakal.

Senorita : I’ll tell your auntie about this behavior.

Itu membuat Axel mengulum senyuman karna balasannya begitu cepat, tapi sebelum dirinya membalas atau menggerakan kembali tangannya.

Suara dehaman dari depan—sang guru membuatnya mendongak.

“I know you’re busy, Ms Gelael, but we need to stay focus on the class. I assume you didn’t want get trouble on this semester, right?” (trans; saya tau kamu sibuk, nona Gelael, tapi kita harus tetap fokus ke pelajaran. Aku kira kamu gamau dapat masalah untuk semester ini, ‘kan?)

BLOODLINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang