BAB XV. BUKIT BINTANG

18 2 1
                                    

Hari-hari Samudra semakin disibukkan dengan bimbingan skripsi bab awal dan persiapan seminar proposal . Rea juga mengerti kesibukan Samudra sebagai mahasiswa tingkat akhir, dirinya juga tidak menuntut Samudra untuk selalu bertemu ditengah kesibukannya. Namun Samudra terlalu merindukan kekasihnya itu.

Rea bisa saja menemui Samudra di Fakultas Teknik, tetapi dirinya tidak punya nyali menghampiri senior meskipun itu kekasihnya sendiri.

Rea bergegas melangkah menuju kantin, cacing dalam perutnya seperti tidak bisa diajak kompromi.

Sambil melihat-lihat menu makanan di etalase kaca penjual, Rea dikejutkan dengan sentuhan lembut di bahunya.

Rea tersentak "Kak Dirga ?"

Dirga terkekeh "Tumben gak sama Samudra, Re ?"

"Loh harusnya aku yang tanya begitu sama Kak Dirga" ucap Rea. "Kak Dirga kan sahabatnya"

Dirga mengernyitkan dahi "lo lupa gue sama samudra beda jurusan ?"

"Ah iya sorry sorry" Rea menepuk dahinya. "Sibuk sama skripsinya kali ya" ucap Rea kembali fokus melihat menu makanan, kemudian menatap sekilas ke Dirga yang masih menatapnya "Kak ?" Rea melambaikan tangannya di depan wajah Dirga.

Dirga mengerjapkan matanya seperti tersadar dari lamunannya "Eh sorry Re, apa tadi ? lo bilang apa ?"

Rea menghela nafas "Kak Dirga mikirin Samudra segitunya ya, pacarnya Samudra aku atau Kak Dirga sih ?" Rea menahan tawanya.

Dirga tersenyum tipis dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal "Come on Ga, Rea memang cantik tapi dia pacar sahabat lo" batin Dirga.

"Lo mau makan apa, Re ? biar gue aja yang traktir" tawar Dirga.

"Eh jangan kak, aku bisa beli sendiri"

"Gak baik nolak rezeki, Re"

"Ya udah iya, mau deh ditraktir senior" Rea menyerah walaupun sebenarnya ada perasaan tidak enak di hatinya. "Aku pesen ayam penyet sama nasi, minumnya air mineral aja biar sehat"

"Sip, lo cari tempat duduk aja" Dirga mengancungkan jempolnya.

Dirga memesan makanan untuk mereka berdua, sementara Rea mencari tempat duduk yang masih kosong di tengah ramainya kantin saat jam istirahat siang.

Sedikit kesulitan mencari, akhirnya Rea menemukan kursi kosong namun berada di sudut kantin.

Sambil menunggu Dirga, Rea membuka handphonenya belum ada tanda-tanda kabar dari Samudra. Sebenarnya Rea mulai gelisah tapi dia segera menepis pikiran buruknya karena dia yakin Samudra memang fokus pada bimbingan skripsinya, hanya saja Rea khawatir Samudra sakit atau terjadi sesuatu yang tidak diketahuinya.

Dirga menaruh makanan di atas meja namun Rea seperti menatap kosong ke depan "Re ?" Dirga melambaikan tangannya di depan wajah Rea.

Rea mengerjapkan matanya "Ah ? maaf kak, kebanyakan melamunnya"

Dirga menatapnya "Kalau kepikiran Samudra telpon aja, Re"

Rea meraih makanannya lalu menggelengkan kepalanya "takut ganggu"

"Ya udah jangan terlalu dipikirin, nanti juga dia nelpon lo duluan kalau kangen"

"Kalau enggak ?" tanya Rea sambil melahap ayam penyetnya.

"Masih ada gue" ucap Dirga santai.

Rea tersedak.

Spontan Dirga menyodorkan air minum ke hadapan Rea "Santai aja kali makannya, jangan buru-buru"

Rea meraih air mineral dari tangan Dirga, kepalanya terngiang-ngiang ucapan yang baru saja keluar dari mulut sahabat Samudra itu. Bisa saja Dirga bercanda, tapi bisa juga ucapannya serius. Who knows ?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 2 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Senior My Crush | Fiksi PenggemarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang