Happy Reading!
"Tidak terduga sekali."
"Siapa sangka akan muncul secepat ini?"
Gale berada di atas atap Guild AhJin, menatap Gate raksasa yang lebih besar dari Gate di Jepang. Dia menatap Alara dan Uriel dengan satu alis yang terangkat saat menyadari sesuatu.
"Apapun yang ada di dalam Gate itu tidak berbahaya," ucap Alara.
"Jangan beritahu Jinwoo, karena sepertinya kita memang tidak di perbolehkan," ucap Uriel saat merasakan lidahnya yang kaku.
"Cih, banyak sekali larangan," gerutu Gale.
"Sudah menjadi akibat untuk kita yang masuk ke dunia milik penguasa lain," ucap Alara.
Berjalan kembali ke dalam, Alara terhuyung kecil saat merasakan kepalanya yang tiba-tiba pusing. Sepertinya dia terlalu lelah karena terus memforsir otak dan tubuhnya selama berhari-hari. Walaupun sebenarnya hanya rohnya yang bergerak, tapi rasa leah tetap berdampak pada tubuhnya.
"Lebih baik kau istirahat dulu, Tia."
Gale menatap khawatir kakaknya yang mengerutkan kecil dahinya. Mereka belum istirahat sejak kedatangan mereka di dunia ini. Walaupun beberapa kali mereka tidak terlalu sibuk dan bisa beristirahat, tapi tetap saja masih kurang.
Mengingat tubuh yang mereka gunakan harus menampung kekuatan yang seharusnya tidak bisa di tahan hingga selama ini. Kalau bukan karena Moirai dan Absolute Being, mungkin tubuh ini sudah hancur tidak lama setelah mereka merasuki tubuh tersebut.
Entah sejak kapan Moirai berkontak dengan Absolute Being. Sudah lama sekali sejak penguasa itu tiada dan masih bisa membantu mereka mempertahankan tubuh baru yang sudah dibuat sejak lama sekali.
Setelah Alara yang tertidur selama seharian, keesokan harinya Jinwoo mengajaknya untuk pergi ke suatu tempat.
"Wahana hiburan?"
Alara menatap bingung Jinwoo yang terdiam melihat wajah lucu kekasihnya. Dengan cepat dia memblokir kerumunan yang ribut karena kedatangan mereka. Dia tidak ingin orang-orang itu mengganggu waktu mereka di sini.
"Aku ingin kamu merasakan semua permainan di tempat ini," ucap Jinwoo dengan senyum lembutnya.
"Tapi kenapa?"
"Aku ingin datang ke sini sekali saja, bersama dengan seseorang yang sangat berharga untukku."
Deg!
Deg!
"... Ara, maukah kamu membuat kenangan indah bersamaku di sini?" tanya Jinwoo dengan tangannya yang terulur.
Mata Alara berkilau cerah, dadanya berdegub dengan kencang, dan pipinya terasa memanas. Dengan senyum manisnya, dia menerima uluran tangan tersebut dan berkata,
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate : Aplistia
FantasyDia akan pergi... "Kumohon...." Jinwoo dengan menahan pahit di hatinya, harus merelakan kekasihnya yang pergi sementara dengan waktu yang tidak bisa di tentukan. Juga kematian yang mengikat takdir kekasihnya. "Tolong kembalilah dengan selamat ...."...