_SD_
Jarum jam menunjukkan pukul dua siang. Leoze merenggangkan tubuh dan mematahkan lehernya ke kanan kiri sampai mengeluarkan bunyi dan mendapatkan sensasi lega di sana. Leoze menyandarkan tubuhnya di kursi kebanggaan perusahaan dengan tangan satunya meraih cangkir berisi kopi yang tak lagi hangat. Dia menyeruputnya dan kembali meletakkan di atas meja.
Ceklek~
Pintu terbuka menampilkan temannya yang memang sudah membuat janji dengannya. "Hai broo, sibuk banget," sapa temannya disertai senyuman. Dia berjalan mendekat. Menyambut kedatangan temannya Leoze berdiri dengan gagah dan senyum tipisnya. Mereka saling berjabat tangan sampai Leoze mempersilahkan temannya untuk duduk. "Apa kabar?" tanya temannya lagi.
"Baik Frans, bagaimana denganmu?" tanya Leoze balik. Frans adalah nama temannya itu.
"Aku baik, sangat baik. Tapi dari wajahmu terlihat kusut, benar kau baik-baik saja?" tanya Frans yang tampak ragu.
"Yah, tentu," jawab Leoze. Frans terkekeh pelan dan mengangguk menyudahi keraguannya. "Kau nampak sangat senang, ada apa?" tanya Leoze kemudian. Memang temannya itu semalam telah membuat janji dengannya, tapi tidak dijelaskan apa alasan dari pertemuan ini terjadi. Mengingat Frans adalah orang sibuk yang bekerja atas keinginan seseorang untuk menangkap penjahat.
"Aku senang karena sebentar lagi akan mendapat uang banyak darimu," jawab Frans. Leoze menaikkan satu alisnya arti tanda bertanya. "Aku berhasil menangkap salah satu pelaku yang telah mesabotase mobil ibumu kala itu."
"Benarkah?" Ada secerca rasa senang saat mendengarnya, Leoze menjadi punya saksi pelaku atas kematian ibunya.
"Benar. Dia sudah aku tempatkan di ruang rahasia," jelas Frans. "Kau akan segera memasukkanya ke dalam penjara?" tanya Frans.
"Tentu saja tidak!" tegas Leoze. "Kau tau kalau sebenarnya masih ada dalang yang masih berkeliaran. Dia adalah seseorang yang benar-benar menjadi sumber dari kematian ibuku. Dan kau tau sendiri dia masih dalam jangkaunku. Untuk pelaku yang mensabotase tidak akan langsung masuk penjara, biarkan aku bermain-main dengannya," ungkap Leoze. Dia menyatukan kedua tangannya bergerak pelan, menatap Frans dengan rasa dendamnya. "Nanti malam aku akan bertemu dengannya."
"Hem, silahkan mainkan Sebuah Drama yang kau inginkan itu Zee. Aku doakan segera berhasil dan kau berhasil mendapatkan kebahagiaan serta mendiang ibumu mendapat keadilan."
"Terima kasih Frans. Aku akan mengirim uang lebih ke rekeningmu sebagai imbalan." Tentu mendengar kata uang mata Frans semakin berbinar dan tersenyum lebar. Karena dia tau kalau Leoze mendapatkan apa yang dia inginkan, dia tak pernah ragu menghamburkan uangnya.
"Senang bekerja sama denganmu," ucap Frans.
"Jangan biarkan dia lepas, jaga baik-baik. Aku akan segera bertemu dengannya dan melampiaskan rasa dendamku," perintah Leoze.
"Aman. Dia tak akan bisa kabur dengan mudah. Aku pergi dulu, masih ada orang lain yang menungguku," pamit Frans. Leoze mengangguk dan Frans beranjak keluar dari ruangan Leoze.
Leoze berdiri dari kursinya dan berjalan menuju jendela, menatap pemandangan luar siang hari yang nampak sibuk. Dalam diam dia tersenyum penuh arti. Semua akan berjalan dengan mudah. Kau akan segera mendapatkan apa yang harus kau dapatkan. Apa peduliku tentang hubungan kita? Yang terpenting dendam kematian Mommy terbalaskan. Batin Leoze.
Drttt~ Drttt~
Ponsel di saku celana Leoze bergetar secara berulang, menandakan ada sebuah panggilan masuk. "Halo," jawab Leoze.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH DRAMA
FanfictionKetika sebuah hubungan yang awalnya baik-baik saja seketika hancur diganti dengan rasa dendam karena sebuah hal yang menjadi pemicu terjadinya semua ini. Apa yang dimaksud dengan 'Pemicu' itu? Start : 30 September 2024