12

726 164 13
                                    

_SD_

Tubuh Shani tersentak saat tiba-tiba bermimpi jatuh. Dia mengerjabkan matanya memilih bangun dari tidurnya. Badannya terasa remuk, lemas beberapa kali dia meringis saat merasakan linu di tulang-tulangnya. Setelah sepenuhnya sadar Shani mengintip tubuhnya yang tanpa busana hanya tertutup selimut tebal. Banyak bercak merah ditubuhnya. Dia kembali menaikkan selimut dan meremas kain itu saat mengingat kejadian semalam.

Shani memejamkan mata menahan sesak di dada. Dia merasa lelah dengan semua ini. Dia ingin segera mengakhiri semuanya, tapi tak tau bagaimana caranya. Merasa tubuhnya yang tak nyaman Shani perlahan beranjak pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badannya.

Di dapur Angel sudah menunggu ART menyiapkan sarapan. Sambil menunggu dia membaca materi karena jam pertama akan diadakan ulangan. Angel tak mau nilainya jelek dimata pelajaran yang dia sukai. Sementara ART mulai menyiapkan makanan di atas meja karena sudah matang. "Silahkan dimakan Non," katanya sopan.

"Makasih Bi," ucap Angel. Dia menutup bukunya dan memasukkan ke dalam tas. Angel menyiapkan makan di piringnya sendiri. Namun, sebelum makan Angel memperhatikan arah lain dengan bingung. Karena tumben sekali Ayah dan Shani belum juga terlihat di pagi hari. Biasanya mereka akan berkumpul di meja makan untuk sarapan bersama. Tak ingin menunggu Angel memilih makan terlebih dahulu.

Tap Tap Tap~

Dari arah tangga Leoze turun dengan pakaian rapinya, tapi cukup tertutup. Dia melangkah ke dapur berniat menyiapkan bekal untuk makan siang di tempat kerja nanti. Di meja makan Leoze mengernyit heran karena hanya mendapati Angel di sana.

"Pagi Kak Zee," sapa Angel, "Kak temani aku sarapan dong," pinta Angel.

"Dimana yang lain?" tanya Leoze.

"Entah. Daddy sama Kak Shani belum kelihatan sedari tadi. Karena aku lapar aku makan lebih dulu," jelas Angel.

"Bi bisa buatkan susu hangat?" pinta Leoze.

"Baik Den."

Leoze mengambil duduk di sebelah Angel. Mumpung Ayahnya belum terlihat, dia mengambil piring dan mengisinya dengan nasi. Lagi pula perutnya juga terasa lapar. "Makasih Bi," ucap Leoze saat Susu sudah disiapkan.

"Kak Zee."

"Hem?"

"Kak Zee kapan punya waktu kosong? Udah lama kita enggak liburan bersama, Aku rasanya kangen jalan-jalan sama Kak Zee. Sekarang Kak Zee sibuk banget," kata Angel mengungkapkan keinginannya. Memang sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu bersama. Leoze yang sekarang lebih suka mempersibukkan diri pada pekerjaan. Nampak sekali perbadaan yang Leoze tunjukkan.

"Minta saja pada Ayahmu. Aku sibuk," jawab Leoze lalu kembali menyuapkan nasi ke dalam mulutnya. Angel menghela napas pelan mendapat penolakan dari sang kakak.

"Pagi Angel." Shani datang, mengusap kepala Angel pelan lalu bergabung duduk di kursi kosong. "Pagi Kak, tumben baru keliatan," balas Angel.

"Maaf kakak tadi kesiangan bangun," jelas Shani. Leoze melirik pada Shani, sampai matanya tertarik pada bercak merah di leher Shani, meskipun sedikit samar, tapi Leoze masih bisa mengetahuinya. Apa dia berniat pamer?! Batin Leoze.

"Kak Zee, kenapa pagi ini pakaian Kak Zee tertutup? Apa tidak gerah?" tanya Angel. Memang pakaian Leoze cukup tertutup pagi ini, bahkan baju yang dia kenakan menutupi lehernya. "Terserah kakaklah, pakaian yang makai kakak," jawab Leoze acuh sambil memutuskan pandangan dari leher Shani itu.

"Kamu pagi ini di antar sopir Ngel?" tanya Shani sambil mengisi piringnya dengan nasi dan lauk.

"Iya Kak," jawab Angel.

"Bi, tolong siapin bekel ya buat saya," pinta Leoze lalu meminum habis susu yang masih hangat.

"Biar saya aja Bi yang siapkan," celetuk Shani menghentikan tindakan Bibi. Mendengar itu Bibi memilih pergi untuk mengerjakan hal yang lain. Shani bangkit menghentikan makannya, mencari kotak bekal dan mulai menyiapkan bekal untuk Leoze. "Kamu mau ayamnya ga?" tanya Shani.

"Boleh," jawab Leoze. Dia kali ini tak menolak tindakan Shani yang menyiapkannya bekal. Rasanya dia malas berdebat pagi ini.

"Aku berangkat dulu ya. Sudah siang," pamit Angel yang sudah selesai menghabiskan makannya.

"Hati-hati Angel," kata Shani.

"Iya Kak. Aku berangkat kak Zee."

"Hem," sahut Leoze.

Sekarang tersisa Shani dan Leoze di dapur. Shani mencari kain tas kecil untuk menjadi wadah tempat bekal itu. "Bekal kamu udah siap. Jangan lupa dihabisin ya," kata Shani.

"Leher kamu masih kelihatan merah. Mau pamer ya?" celetuk Leoze tanpa melihat ke arah Shani. Shani yang tau apa maksud Leoze langsung menutup leher dengan tangannya. Padahal dia sudah menutup bercak-bercak merah itu dengan make up nya, tapi siapa sangka ternyata masih belum ada yang tertutup. "Maaf, aku ga tau," ungkap Shani.

"Ditunggu anaknya ya. Pasti sebentar lagi kamu hamil," celetuk Leoze disusul kekehan sinis.

"Zee—"

"Diam. Aku harus pergi sekarang," potong Leoze, "Makasih bekalnya," ucap Leoze kemudian segera pergi.

_SD_

"Ugh~" Verlado terbangun dari pingsannya. Namun, sesaat kemudian dia panik karena semuan gelap, dia tak bisa melihat apa-apa. Matanya ternyata terturup kain. Hendak berteriak pun dia tak bisa, karena kain lain juga menutup mulutnya.

Gua dimana? Kenapa tiba-tiba gua kesekap gini? Batinnya resah. Seingatnya dia semalam sedang bersama Leoze di bar. Mengapa tiba-tiba sekarang dirinya terikat seperti ini. Verlado berusaha mengeluarkan suara dibalik kain yang menyumpalnya.

Tolong! Leoze tolong gua! Batinnya berteriak. Dia mulai tak nyaman dengan keadaannya sekarang.

Ceklek~

Pintu terbuka. Ruangan yang tadinya gelap kini mulai terisi cahaya dari balik pintu. Seorang lelaki berpakaian tertutup dengan topi yang dikenakan masuk diikuti beberapa lelaki lain di belakangnya.

"Buka penutup mata dan mulutnya," perintah lelaki bertopi.

"Siap bos!" Salah satu diantara mereka maju dan membuat kain yang menutup wajah dan mulut Verlado. Veraldo yang penutup matanya sudah dibuka mulai mengerjabkan matanya sampai kembali normal.

"Siapa kalian?! Kenapa gua bisa ada di sini?! Mau kalian apa?!" Cerca Veraldo. Dia merasa tidak punya salah apa-apa, tapi kenapa dirinya bisa ada di sini.

"Diam!" Bentak salah satu dari mereka.

"Salah gua apa sampai gua harus diiket seperti ini?!"

"Kau masih bertanya apa salahmu? Bukankah sudah jelas kalau kau sudah melakukan kesalahan?" kata lelaki bertopi.

"Apa salahku?!" Verlado masih tak tau kesalahan apa yang dimaksud. "Lo siapa?!" tanya Veraldo dengan suara keras. Lelaki bertopi itu membuka maskernya dan melepaskan topi yang dia kenakan. Dia menatap dingin ke arah Veraldo, tidak ada tatapan ramah, terganti seperti seorang pembunuh siap menghabisi korban.

"Leoze?!"
















Lha kok kok, veraldo?

Dah maap buat typo.

SEBUAH DRAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang