16

364 137 15
                                    

_SD_

Leoze baru saja sampai di rumah setelah mengantarkan Chika pulang. Saat memasuki rumah ternyata sebagian lampu sudah padam, pasti penghuni rumah ini sudah tidur. Leoze menaiki tangga menuju kamarnya. Saat memasuki kamar ternyata di dalam kamarnya sudah ada Shani yang menunggu dengan pakain tidurnya. Leoze mengernyit heran karena keberadaan Shani.

"Sedang apa kamu di kamarku?" tanya Leoze sembari dia menutup pintunya.

"Menunggu kamu pulang," jawab Shani, tapi kali ini tatapan mata Shani teramat tajam dan tak ada senyuman di wajahnya. Dia saat ini masih dilanda rasa cemburu akibat pertemuan tadi. Dia tak suka melihat interikasi Leoze dengan Chika yang semakin dekat bahkan terlihat sangat romantis. Seperti api disiram bensin, rasa cemburu Shani semakin membara saat mendengar para saudara lainnya memuji kecantikan Chika dan mengungkapkan bahwa mereka setuju jikalau Leoze dan Chika menjalin hubungan.

"Bagaimana kalau Daddy tau kamu berada di sini?" Leoze sedang malas bertengkar dengan Ayahnya, dia sudah cukup menghabiskan energinya. Dirinya butuh merebahkan diri di kasur sekarang.

"Ayahmu sudah tidur. Jadi aku aman kalau semalaman di sini," jelas Shani. Leoze berdecak kemudian mencari baju ganti di dalam lemari. "Kembalilah ke kamarmu. Sudah malam, kamu seharusnya tidur. Aku juga harus tidur sekarang," kata Leoze lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian.

Perkataan Leoze hanya seperti angin lalu bagi Shani. Dia tak mempedulikan itu dan akan tetap berdiam diri di kamar Leoze. Sampai Leoze keluar dari kamar mandi dia masih melihat keberadaan Shani. Lantas Leoze berkacak pinggang dan menghela napas penat. "Kan sudah ku bilang kembalilah ke kamarmu sendiri Shani," kata Leoze.

"Aku tidak mau Leoze! Lagi pula ada yang harus kita luruskan sekarang!" kata Shani nampak serius.

"Apa yang harus diluruskan? Aku merasa tidak ada masalah diantara kita," ungkap Leoze.

"Apa kamu tidak mau menjelaskan tentang Chika? Mengapa kamu membawanya ke pertemuan tadi?!" Kesal Shani.

"Aku melakukan itu biar Kakek tak banyak bicara lagi mengenai kisah percintaanku. Kalau tidak bersama Chika maka aku harus dengan siapa? Dengan kamu? Tentu tidak mungkin karena mereka tau kalau kamu adalah istri Ayahku!" jelas Leoze menggebu-gebu.

"Kamu bisa datang sendiri," kata Shani masih tak mau kalah. Pokoknya dia tak suka melihat Leoze tadi bersama dengan Chika.

"Dan harus mendengarkan ocehan para orang tua itu? Telingaku terlalu bersih untuk dikotori! Sudahlah lebih baik kamu tidur, kembalilah ke kamarmu!" Leoze sudah sangat lelah malam ini. Punggungnya butuh untuk diluruskan dan butuh tempat yang empuk.

"Ini belum selesai! Kamu tau? Aku sangat cemburu melihat interaksi kalian berdua. Apa kamu tidak menganggap ada aku di sana tadi?" ungkap Shani dengan kekesalannya.

"Kalaupun ada kamu lantas aku harus apa? Sementara kamu tadi juga berinteraksi dengan Daddy, sudah layak disebut seorang istri," balas Leoze. Shani menggeram kesal dia mengambil bantal dan melemparnya ke arah Leoze dengan kasar. "Hei apa-apaan?!" Leoze mengambil bantal yang terjatuh di lantai itu.

"Sepertinya kamu mulai suka dengan Chika, iya kan?!" tebak Shani, tapi tak bohong perasaanya semakin memanas.

"Jangan asal berpikir. Aku tidak semudah itu untuk jatuh cinta," bantah Leoze. Dia tipe lelaki yang tak mudah untuk jatuh cinta. Lagi pula nama Shani masih menjadi pemenangnya, susah bagi Leoze untuk melupakan Shani.

"Aih jadi kamu masih tetap mencintaiku kan? Tak ada wanita lain kan?" Rasa kesal Shani seakan terganti saat tau kalau hanya dirinya lah yang Leoze cintai. Seharusnya dia juga harus percaya kalau Leoze memang orang yang susah untuk jatuh cinta di saat cintanya saja sudah habis pada dirinya.

"Keluar sekarang," ucap Leoze yang mulai malas untuk berbincang. Rasa ngantuk juga sudah dia rasakan.

"Jawab dulu pertanyaanku, hanya aku kan yang kamu cinta?"

"Baiklah terserah kalau kamu tidak mau keluar. Aku akan tidur di kamar tamu saja," putus Leoze. Buru-buru Shani melompat dari kasur dan menahan Leoze, "Jangan pergi, di sini aja," kata Shani.

"Aku lelah Shan, biarkan aku beristirahat. Besok aku masih harus kerja." Suara Leoze sudah terdengar sangat lelah sampai Shani merasa tak tega. Shani menarik tangan Leoze membawanya ke kasur. "Hem, tidurlah aku akan menemanimu," kata Shani.

"Daddy akan—"

"Aku akan bangun lebih pagi agar Ayahmu tidak tau kalau kita tidur bersama malam ini," potong Shani. Beberapa saat Leoze berpikir. Karena badannya juga sudah terasa sangat lelah, Leoze mulai merebahkan dirinya di kasur, punggungnya langsung berbunyi terasa nikmat.

Shani ikut merebahkan diri di sisi Leoze. Dengan penuh perasaan dirinya mengusap kepala Leoze mencoba menghantarkan Leoze ke alam mimpi. Bahkan dia juga bersenandung seakan itu adalah alunan penghantar tidur. Namun, Leoze terpengaruh akan itu. Dirinya sekarang sudah terlelap, entah itu karena apa yang Shani lakukan atau karena memang tubuhnya saja yang teramat lelah sampai dirinya cepat tertidur.














Happy atau sad end.

Dahlah males mau bobok.

Maap buat typo.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 15 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SEBUAH DRAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang