_SD_
Setelah memberikan pelajaran yang tidak seberapa pada Veraldo, Leoze memutuskan untuk pergi. Dia memarkirkan mobil di sebuah Indotober, dia keluar dan memasuki Indotober itu untuk membeli minum. Leoze berdiri di depan kulkas berpikir minuman apa yang akan dia beli, hingga pilihannya jatuh pada minuman susu kotak. Dia mengambilnya lalu membayar. Leoze memilih duduk di kursi depan yang kosong, meminum susu kotak sambil berkutat dengan ponselnya.
Sebuah mobil memasuki halaman indotober dan terpakir tepat di sebelah mobil Leoze. Pemilik mobil keluar, dia adalah Chika yang kebetulan juga sedang mampir ke sini. Dia tersenyum melihat keberadaan Leoze yang ternyata sedang duduk sendiran. Dia mengayunkan langkahnya mendekati Leoze. "Hai Zee," sapa Chika.
"Oh, hai," sapa Leoze balik. Dia meletakkan susu kotak yang masih tersisa di atas meja lalu berdiri.
"Sendirian aja?" tanya Chika.
"Iya, hanya mampir sebentar," jawab Lezeo. Chika membulatkan mulutnya dan mengangguk paham. "Tunggu sebentar, aku mau masuk dulu," kata Chika.
"Oke," jawab Leoze lalu kembali duduk. Sementara Chika memasuki Indotober untuk berbelanja. Chika mengambil snack poki dan juga minuman yang rasanya manis setelahnya dia membayar kemudian menyusul ikut duduk di kursi sebelah Leoze, jadi mereka hanya terbatas oleh meja saja.
"Kamu sudah lama di sini?" tanya Chika.
"Tidak, aku baru di sini," jawab Leoze. Chika melirik pada susu kotak milik Leoze di atas meja, dia tersenyum kecil saat mendapati ternyata Leoze berwajah sangar itu justru menyukai susu. "Aku baru tau kalau kamu suka susu kotak," celetuk Chika sembari membuka jajannya.
"Yah, hanya iseng," jawab Leoze, yang sebenarnya dia malu saat Chika sekarang tau kalau dia suka mengonsumsi susu. Chika mengangguki saja menanggapi jawaban Leoze. Chika berinsiatif menawarkan jajannya pada Leoze, tak enak rasanya kalau dia hanya makan sendirian, "Kamu mau?" tanya Chika sambil menyodorkan jajannya.
"Tidak terima kasih, kamu saja yang makan," tolak Leoze.
"Ayolah coba sedikit." Chika mengeluarkan satu isi jajannya dan menyodorkan ke arah mulut Leoze. "Satu saja kalau kamu tidak ingin makan banyak," kata Chika.
Leoze menghela napas pelan, untuk menghargai Chika, Leoze membuka mulutnya menerima suapan yang Chika berikan. Mendapati Leoze menerimanya membuat Chika tersenyum puas. "Bagaimana enakkan?" tanya Chika.
"Enak, terima kasih," jawab Leoze sembari mengambil alih sisa gigitannya dari tangan Chika. "Kamu bisa ambil lagi kalau ingin," kata Chika. Jajannya dia letakkan di atas meja sekarang.
Leoze menghabiskan sisa gigitannya sambil memandang jalanan depan banyak kendaraan yang berlalu lalang. Tiba-tiba dia jadi teringat kalau dirinya harus datang ke rumah Kakeknya dengan membawa pasangan. Namun, siapa yang bisa dia bawa? Shani? Tentu saja tidak mungkin! Leoze menghela napas berat seaoleh persolahan ini memang masalah yang berat."Apa kamu mengalami sesuatu yang berat? Kamu terlihat lelah," celetuk Chika. Sepertinya dia ahli membaca suasana hati seseorang, karena yang Chika katakan tepat seperti apa yang Leoze rasakan sekarang.
"Bolehkah aku bercerita?"
"Tentu saja boleh, ceritalah." Chika tersenyum manis sambil bertopang dagu menatap Leoze. Dia siap menjadi seorang pendengar dan juga selalu suka menjadi pendengar bagi Leoze, ups. Jangan katakan pada siapa pun tentang yang Chika rasakan sekarang.
"Kakekku kemarin sempat datang ke rumah, beberapa hari lagi akan ada acara makan malam bersama di rumahnya. Beliau ingin aku datang."
"Datanglah, lalu apa yang salah?" Sela Chika.
"Masalahnya beliau menginginkanku datang tidak sendiri, melainkan membawa pasangan. Aku bingung siapa yang harus aku bawa ke sana. Aku bisa saja datang sendiri tidak mengikuti apa yang ia inginkan atau bahkan tidak usah datang, tapi aku terlalu malas mendengar omelannya itu," ungkap Leoze. Chika terkekeh pelan melihat raut wajah frustasi dari Leoze.
"Bagaimana dengan mantanmu itu?" gurau Chika.
"Hei yang benar saja. Lebih baik kamu diam kalau tidak mempunyai saran yang baik," balas Leoze, Chika semakin tertawa menanggapi. "Hey santai, jangan marah-marah. Aku minta maaf," kata Chika.
Leoze kini mendengus sebal, dia meraih susu kotaknya dan menghabiskannya. Keheningan beberapa detik menyelimuti mereka sebelum akhirnya Chika kembali membuka suara, "Sebenarnya aku bisa saja membantumu kalau kamu mau." Leoze mengangkat alisnya seolah bertanya. "Aku bisa ikut denganmu, menemanimu bertemu kakekmu itu," jelas Chika.
"Apa kamu serius?" tanya Leoze.
"Tentu. Semua tergantung padamu, kalau kamu mau aku akan membantumu," jelas Chika tak melepas senyumannya. Leoze terdiam nampak berpikir, haruskah dia menerima tawaran Chika? Kalau dia tidak menerima tawaran Chika, harus dengan siapa lagi Leoze meminta tolong?
"Baiklah, aku menerimanya. Tolong bantu aku, ikut aku menemui Kakek," putus Leoze.
"Kapan acara itu?"
"Nanti aku akan mengabarimu. Em, sebagai ucapan terima kasih apa waktu kamu kosong sekarang?" tanya Leoze. Dia berniat mengajak Chika ke sebuah pusat perbelanjaan, mentraktir apa yang Chika inginkan.
"Kosong, kenapa?" tanya Chika.
"Kamu ikut denganku. Aku akan membelikan apa yang kamu inginkan," jelas Leoze.
"Tidak usah Leoze, kalau kamu mengajakku ke sana sebagai tanda terima kasih atas bantuan itu, tidak usah aku suka rela membantumu."
"Tapi aku memaksa. Karna kita juga harus mencari bajukan, untuk datang ke sana? Aku ingin segera membungkam mulut kakekku agar tidak terus cerewet."
"Ughh nakal," ucap Chika karena ucapan Leoze yang seakan kesal dengan sang Kakek.
"Jadi bagaimana?"
"Baiklah, aku ikut," putus Chika.
Siap ketemu embah.
Dah maap buat typo.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEBUAH DRAMA
FanfictionKetika sebuah hubungan yang awalnya baik-baik saja seketika hancur diganti dengan rasa dendam karena sebuah hal yang menjadi pemicu terjadinya semua ini. Apa yang dimaksud dengan 'Pemicu' itu? Start : 30 September 2024