Pengakuan

107 18 0
                                    

Dua minggu lebih telah berlalu, tanpa ada tanda tanda Sasuke akan segera bangun. Selama itu pula berbagai tes namun tak ada respon apapun dari Sasuke, hingga pemuda itu dinyatakan koma satu Minggu yang lalu.

Selama itu pula Mikoto terus menemaninya di rumah sakit, tubuh wanita itu kini terlihat lebih kurus karena selama beberapa hari ini ia tak nafsu makan meski berulang kali Sakura yang datang sepulang sekolah membawakannya makanan, namun wanita itu tetap enggak untuk menghabiskannya.

Sore ini seperti biasa Sakura datang untuk menjenguk kekasihnya. Gadis itu terlihat membawa satu keranjang penuh tomat hari ini, berharap Sasuke akan bangun saat tahu ia membawa tomat kesukaannya.

Sakura sering membawa tomat kerumah sakit sejak ia tahu Sasuke menyukainya. Awalnya gadis itu terkejut, keheranan dan hampir tertawa saat tahu Sasuke si berandalan KHS yang terkenal dingin dan tukang onar menyukai buah yang asam dan memiliki tekstur lunak itu. Tak hanya tomat ia juga membawa seporsi bubur untuk Mikoto dan juga sebuah diseret.

"Sore, mamih." Sapanya begitu tiba diruang tunggu ruang ICU.

"Sore, Saki." Balas Mikoto mengalihkan perhatian dari handphonenya.

"Ini untuk mamih, Saki tebak mami pasti belum makan, 'kan?" Ucap Sakura.

"Tidak perlu repot-repot Sakura, mamih tidak lapar." Tolak Mikoto.

"Jangan gitu mamih, mamih harus makan." Ucap Sakura seraya membuka bungkusan bubur tersebut. "Mamih makan ya, Saki suapin." Lanjutnya mulai menyuapi Mikoto.

"Mamih makan sendiri aja, Sakura temui Sasuke aja sayang." Ucap Mikoto seraya mengambil bungkusan bubur itu dari tangan Sakura.

"Oke, tapi buburnya harus dihabisin ya, mih." Ucap Sakura sebelum beranjak dari duduknya.

"Pasti. Sudah sana masuk." Ucap Mikoto.

Sakura pun tersenyum seraya berjalan memasuki ruangan ICU meninggalkan Mikoto diruang tunggu tersebut. Sakura berjalan mendekati ranjang Sasuke, meletakkan sekeranjang tomat diatas nakas samping tempat tidurnya. Menarik kursi dan duduk disamping ranjang Sasuke.

"Hai, pangeran tampan yang tertidur. Masih betah tidurnya? Gak kangen gitu sama tunangannya yang cantik jelita ini? Iya sih aku gak secantik dan seanggun putri-putri kerajaan, masa iya sih kamu gak kangen sama aku?" Bisiknya seraya mengusap lengan kanan Sasuke yang sudah tidak diberi penyangga karena sudah tidak terkilir, namun mungkin akan tetap menimbulkan sedikit rasa sakit.

"Sas, bangun dong aku kangen tau. Anak-anak geng katanya mau dateng malam ini buat jengukin kamu, katanya tongkrongan sepi gak ada kamunya. Aku juga bawa sekeranjang tomat kesukaan kamu, jadi plis bangun ya." Setetes likuid bening mulai membasahi pipi gadis itu.

Dengan perlahan ia membawa tangan Sasuke ke pipinya dan mengelus tangan itu lembut. "Sayang, kamu gak kangen ya sama aku? Sas... Hiks... Maafin aku ya... Hiks... Kamu pasti gak mau bangun gara-gara kamu gak dapet kepastian dari aku... Hiks... Tapi, hiks... Plis, Sas.... Hiks... Kamu bangun dulu biar aku bisa ngomong secara langsung kalau aku sayang sama kamu, aku takut kehilangan kamu, aku cinta sama kamu. Maaf karena terlambat mengatakannya, harusnya aku bilang sebelumnya bang Sasori bilang kayak gitu ke kamu. Maafkan traumaku yang tak ingin membuka hati, Sas. Tapi, sumpah demi apapun aku mencintaimu, kau membuatku kembali merasakan rasanya jatuh cinta. Jadi aku mohon sama kamu, plis buka mata kamu, kasih aku kesempatan untuk membalas perasaan kamu... Hiks." Ucapnya sesenggukan, airmata semakin berlinang membasahi pipi dan tangan Sasuke.

Sakura memejamkan matanya sambil terus menggenggam tangan Sasuke. Dengan perlahan dapat gadis itu rasakan jemari yang digenggamnya perlahan bergerak mengusap airmata disudut matanya. Menyadari hal itu ia segera membuka matanya dan langsung mendapati sepasang mata onyx sedang menatapnya dengan tatapan lirih dan sendu.

"Jangan... Menangis, Sakura." Lirih pemuda yang baru sadarkan diri itu.

"Hiks... Sasuke.... Sasuke kau sadar...  Hiks... Hiks... Syukurlah.... Hiks..." Ia langsung menerjang tubuh Sasuke dan memeluknya penuh kehangatan.

Mikoto yang melihat adegan itu dari balik jendela ruang ICU buru-buru memanggil dokter untuk memastikan kondisi Sasuke.

Sakura segera diminta untuk menunggu diluar bersama Mikoto sementara dokter memeriksa kondisi terbaru dari Uchiha Sasuke. Saat itu pula buru-buru Mikoto menghubungi Fugaku yang saat ini sedang meeting dikantornya, juga Itachi yang saat ini sedang merekap data tahanan.

Lima belas menit kemudian dokter itu keluar bersama dua orang suster dibelakangnya. Kedua wanita itu pun bergegas menghampiri sang dokter dan menanyakan kondisi Sasuke.

"Tuan muda sudah melewati masa kritisnya, dia saat ini sudah baik-baik saja, tinggal beberapa perawatan dan pemeriksaan selama kurang lebih 1-2 Minggu kedepan ia sudah boleh pulang. Namun, ia harus tetap melakukan terapi untuk penyembuhan kaki kirinya. Untuk sementara waktu ia harus mengenakan tuan muda harus mengenakan Kruk atau kursi roda sampai kondisi kakinya benar-benar memungkinkan untuk berjalan seperti sedia kala. Untuk membantu terapinya kami juga akan menyediakan knee angkle agar dapat mempercepat proses pemulihan." Jelas sangdokter panjang lebar kali tinggi.

"Baik, dokter, trimakasih."

"Baik, jika seperti itu saya permisi dulu. Satu lagi, nyonya Mikoto, anak anda akan segera kami pindahkan keruangan rawat inap setelah beberapa pemeriksaan nanti malam." Ucap dokter itu lagi.

"Baik, terimakasih, dok."

Keduanya pun segera bergegas memasuki ruangan ICU begitu dokter itu pergi. Didalam sana Sasuke terlihat masih berbaring dengan beberapa alat ditubuhnya karena dokter harus memastikan kondisinya selama beberapa jam sebelum ia dipindahkan ke ruang rawat inap.

"Sasu-chan, bagaimana perasaanmu sayang? Ada yang sakit? Bagian mana?" Tanya Mikoto beruntut.

"Mamih, pelan-pelan nanyanya. Sasuke sudah lebih baik, cuman kepala Sasu masih pusing, kaki sama tangan Sasu juga masih nyut-nyutan. Kata dokter kalau sakit yang ditangan beberapa menit lagi juga ilang, tapi kalau yang di kaki mungkin akan lebih sering kerasa ngilunya." Jelas Sasuke dengan selang oksigen yang masih menyangkut di hidungnya.

"Sudah intinya sekarang Sasu istirahat dan fokus buat kesembuhan kamu." Ucap Mikoto.

"Iya mamih. Hmm... Mamih, boleh Sasu bicara berdua dengan Sakura?" Tanyanya.

Mikoto menatap menantunya sebentar sebelum ia menjawab, "Boleh sayang. Kalau gitu mamih keluar dulu ya, kamu ngobrol yang banyak sama Sakura. Kasihan dia dua Minggu ini nangis nungguin kamu siuman." Ucapnya diakhiri dengan kekehan menggoda calon menantu dan anaknya itu.

Sakura yang mendengar penuturan Mikoto pun merona malu karenanya. Ia berusaha memalingkan wajahnya dan menyembunyikan semburat merah dipipinya saat Sasuke menoleh padanya.

Setelah Mikoto keluar, Sasuke berusaha untuk duduk dibantu oleh Sakura agar pemuda itu tetap merasanya nyaman. Ia kemudian menaruh penyangga di bawah kaki Sasuke yang patah agar tidak terasa terlalu sakit.

"Makasih, sayang." Ucapnya.

"Sama-sama." Jawab Sakura.

"Sakura, boleh aku menanyakan sesuatu padamu?"

"Apa itu soal perasaanku padamu?" Sasuke mengangguk mendengar perkataan Sakura. Bagaimana gadis itu tahu?

"Apa yang dikatakan mamihmu belum cukup menjelaskan semuanya? Aku disini menemanimu dari sore sampai malam setiap pulang sekolah, dan dari pagi sampai pagi lagi saat hari libur. Apa itu tidak cukup menggambarkan perasaanku padamu? Aku tahu karena sikapku yang tidak menunjukkan kepastian kau pasti bimbang, kan? Aku juga mencintaimu, Sasuke. Tapi, sejujurnya aku takut. Aku takut untuk terluka yang kedua kalinya, aku takut aku melukaimu, aku takut, aku takut akan traumaku." Tuturnya dengan wajah tertunduk.

Sasuke yang mendengar suara gadis itu yang bergetar pun menarik gadis itu ke pelukannya. Mengusap pelan punggung gadis itu, sambil sesekali mengecup kepalanya. Sakura menangis saat Sasuke menariknya kedalam pelukan.

"Aku disini. Kau tidak perlu takut, aku pastikan kau akan selalu baik-baik saja selama bersamaku. Aku tidak akan biarkan seseorang melukaimu. Aku akan menghilangkan trauma itu. Percayalah padaku. Aku mencintaimu Sakura, sangat-sangat mencintaimu." Sakura semakin menangis dalam pelukan pria itu.

To be continue....

My Naughty LoverTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang