Bab 10: Pelarian ke Kegelapan

0 0 0
                                    

Mereka terjatuh ke dalam sebuah terowongan bawah tanah yang sangat dalam, dan kegelapan menelan mereka sepenuhnya. Tubuh mereka menghantam tanah dengan keras, membuat mereka terbatuk dan meringis kesakitan. Namun, rasa sakit itu bukan apa-apa dibandingkan dengan kenyataan bahwa mereka masih hidup.

Mereka tergeletak di tanah selama beberapa menit, mencoba mengatur napas dan memeriksa apakah tubuh mereka terluka parah. Setelah yakin bahwa mereka masih bisa bergerak, Arka menyalakan senternya, menerangi terowongan yang panjang dan sempit.

“Ini bukan akhir… tapi kita masih belum aman,” bisik Arka.

Yuda mengangguk setuju. Terowongan ini mungkin adalah bagian dari jaringan bawah tanah benteng tua itu, dan mereka tidak tahu apa yang menunggu di depan. Namun, satu hal yang pasti: mereka tidak bisa kembali ke atas. Makhluk itu, serta kengerian lain yang menghantui benteng, masih berkeliaran di atas.

Dengan langkah hati-hati, mereka mulai menyusuri terowongan gelap itu, berharap bisa menemukan jalan keluar. Di balik setiap sudut, mereka merasa diawasi. Setiap suara kecil, setiap gerakan di kegelapan, membuat jantung mereka berdegup kencang. Mereka telah melarikan diri dari benteng, namun apa yang mereka hadapi sekarang adalah ketidakpastian yang sama menakutkannya.

Ketakutan, kelelahan, dan kegelapan terus mengepung mereka, namun harapan kecil bahwa mereka bisa selamat dari kengerian ini tetap menyala di dalam hati mereka, walaupun semakin redup dengan setiap langkah yang mereka ambil.

CAHAYA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang