Mereka terdiam. Arka merasakan seluruh tubuhnya menegang, seperti ada sesuatu yang mengawasi dari balik kegelapan. Langkah kaki yang tadinya terdengar samar, kini semakin jelas. Langkah-langkah itu perlahan mendekat, dan suara napas berat terdengar mengiringinya. Itu bukan makhluk yang bergerak cepat seperti yang mereka temui di benteng sebelumnya—ini adalah sesuatu yang lebih lambat, namun lebih menyeramkan karena kesunyian yang menyertainya.
“Kau dengar itu?” bisik Yuda, suaranya hampir tak terdengar.
“Ya,” jawab Arka pelan, berusaha agar suaranya tetap tenang meskipun di dalam hatinya dia dilanda rasa takut yang luar biasa.
Langkah kaki itu semakin mendekat. Mereka tahu sesuatu yang sangat besar berada di dekat mereka, tapi dalam kegelapan, mereka tak bisa melihatnya. Arka mengeluarkan pisaunya, satu-satunya senjata yang tersisa, meskipun ia tahu itu tidak akan banyak membantu.
Tiba-tiba, sesuatu menyentuh punggung Yuda. Dia terlonjak, dan jantungnya hampir berhenti. Dengan cepat, dia membalikkan badan, mencoba melihat apa yang menyentuhnya, tapi yang ada hanya kegelapan yang sunyi.
“Ada sesuatu di sini!” teriak Yuda, panik.
Arka menarik napas dalam-dalam, berusaha tetap tenang meskipun setiap saraf di tubuhnya berteriak untuk lari. Langkah kaki itu berhenti, dan sejenak ada keheningan yang begitu menegangkan. Lalu, suara napas berat itu kembali, kali ini tepat di belakang mereka.
Mereka berdua berbalik seketika, dan di sanalah mereka melihatnya—sebuah sosok raksasa, lebih tinggi dari apa pun yang pernah mereka lihat sebelumnya. Matanya bersinar merah dalam kegelapan, dan tubuhnya seperti kabut hitam yang menguap. Bentuknya tidak sepenuhnya nyata, namun kehadirannya begitu menakutkan sehingga udara di sekitarnya terasa berat.
Arka menghunus pisau, namun makhluk itu hanya mendesis dengan suara rendah yang memecah kesunyian. Dalam sekejap, sosok itu bergerak maju dengan kecepatan yang tak terduga, menyergap mereka. Yuda menjerit, namun sebelum dia sempat bereaksi lebih lanjut, makhluk itu sudah melayang tepat di depan mereka, dan kegelapan yang lebih pekat menelan mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA TERAKHIR
HorrorKisah dua pemuda yang bertahan di antara reruntuhan kota dan berlari tanpa henti untuk menghindari jiwa jiwa yang tak tenang