Bab 16: Pertarungan Tera

0 0 0
                                    

Satu demi satu, sosok-sosok itu mulai menghantam pintu dan dinding rumah. Getaran-getaran keras mengguncang rumah kecil itu, membuat kayu tua berderak. Arka dan Yuda tahu bahwa pintu itu tidak akan bertahan lama. Di saat-saat terakhir, Arka mengambil sebuah tongkat besi yang tergeletak di sudut ruangan dan mengangkatnya sebagai senjata.

“Mereka akan masuk kapan saja. Jika kita harus mati, kita mati bertarung,” kata Arka tegas, meskipun dalam hatinya dia tahu peluang mereka sangat tipis.

Yuda menggenggam sebilah pisau kecil yang dia temukan di atas meja kayu. Wajahnya dipenuhi keringat dan ketakutan, tapi dia berdiri di samping Arka, siap menghadapi apa pun yang datang.

Pintu akhirnya terlepas dari engselnya, dan makhluk pertama menerobos masuk. Bayangan besar dengan mata merah dan tubuh berasap melompat ke arah mereka dengan cepat. Arka berteriak, mengayunkan tongkat besinya, menghantam makhluk itu dengan seluruh tenaga. Namun, bayangan itu hanya mundur sedikit sebelum menyerang lagi.

Serangan demi serangan terus datang. Arka dan Yuda bertarung mati-matian, memukul, menendang, dan menghalau setiap makhluk yang datang. Tapi jumlah mereka terlalu banyak, dan ruang kecil itu segera dipenuhi oleh bayangan-bayangan yang menakutkan.

Yuda terjatuh saat salah satu bayangan berhasil menjatuhkannya ke tanah. Arka berusaha melindunginya, mengayunkan tongkat besi dengan liar, namun setiap pukulan hanya menunda yang tak terhindarkan. Mereka terdesak, dan kegelapan mulai melingkupi mereka sepenuhnya.

Saat segalanya tampak akan berakhir, tiba-tiba sebuah suara keras dan gemuruh besar terdengar di luar. Tanah bergetar, dan rumah tua itu mulai runtuh. Cahaya terang memancar dari luar, menyilaukan mata mereka, dan bayangan-bayangan itu berteriak kesakitan sebelum menghilang dalam sekejap.

Arka dan Yuda tersungkur ke tanah, terengah-engah, tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Ketika mereka bangkit, cahaya terang yang sebelumnya menakutkan berubah menjadi sinar matahari yang hangat. Kabut perlahan menghilang, dan dunia di sekitar mereka, meskipun masih tandus, tampak lebih damai.

Mereka tidak tahu apa yang telah terjadi, namun satu hal pasti: untuk saat ini, mereka selamat. Dunia mungkin tidak akan pernah sama lagi, namun mereka masih hidup—dan itulah yang terpenting.

CAHAYA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang