Setelah yakin situasi aman, mereka keluar dari persembunyian dan melanjutkan perjalanan menuju hutan. Namun, hutan yang mereka masuki bukanlah hutan yang sama seperti dulu. Pohon-pohon tinggi menjulang seolah-olah berubah menjadi makhluk hidup yang mengintai, ranting-ranting mereka bergerak perlahan di bawah hembusan angin. Tanahnya lembab, penuh lumpur dan tanaman liar yang tumbuh tak terkendali. Kabut tebal masih menyelimuti udara, membuat jarak pandang menjadi sangat terbatas. Setiap langkah membawa mereka semakin dalam ke dalam jantung kegelapan.
“Kita harus menemukan tempat untuk berlindung sebelum pagi,” kata Arka, memandangi sekeliling dengan waspada.
“Kalau saja kita punya lebih banyak waktu…” Yuda berhenti berbicara ketika mendengar suara gemerisik dari arah semak-semak di depan mereka. Suara itu semakin dekat, dan tiba-tiba, seekor serigala besar dengan bulu hitam muncul dari kegelapan, matanya menyala hijau dalam gelap.
Serigala itu bukanlah hewan biasa. Ukurannya jauh lebih besar, hampir setinggi manusia, dan rahangnya terbuka lebar, memperlihatkan taring-taring tajam yang siap mencabik-cabik daging. Arka dan Yuda mundur perlahan, namun serigala itu mendekat dengan langkah pelan tapi pasti, seperti sedang memainkan mangsanya.
“Kita tidak bisa lari,” ucap Yuda dengan suara bergetar. “Serigala ini lebih cepat.”
Arka tahu Yuda benar. Mereka terjebak. Serigala itu kini sudah sangat dekat, nafasnya terdengar berat dan menggelegar, seolah-olah menikmati ketakutan yang terpancar dari mata kedua pemuda itu.
Tanpa banyak berpikir lagi, Arka mencabut pisaunya dan berdiri di depan Yuda, melindungi sahabatnya. Serigala itu melompat ke arah mereka dengan kecepatan luar biasa, namun Arka berhasil menangkis serangannya dengan pisau yang ia genggam kuat. Taring-taring tajam itu hampir saja menembus kulit Arka, namun dengan kekuatan penuh, dia berhasil menusukkan pisaunya ke leher serigala itu.
Serigala itu meraung keras, suaranya menggema di seluruh hutan. Ia terjatuh ke tanah, darah mengalir deras dari lukanya. Namun, ini belum berakhir. Di kejauhan, terdengar raungan lain—suara lebih banyak serigala yang datang ke arah mereka.
“Kita harus pergi, sekarang!” teriak Arka, menarik Yuda yang masih tertegun melihat kejadian itu. Mereka berlari secepat mungkin, menembus kegelapan, sementara suara derap kaki serigala semakin mendekat di belakang mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
CAHAYA TERAKHIR
TerrorKisah dua pemuda yang bertahan di antara reruntuhan kota dan berlari tanpa henti untuk menghindari jiwa jiwa yang tak tenang