Bab 15: Pengejaran Tanpa Akhir

0 0 0
                                    

Mereka mulai berjalan melintasi dataran tandus itu, mencoba mencari perlindungan atau tempat yang lebih aman. Namun, setiap langkah yang mereka ambil terasa seperti diikuti oleh sesuatu yang tidak terlihat. Kabut yang semakin tebal membuat mereka kehilangan orientasi, dan suara angin berdesir mulai terdengar seperti bisikan.

Di balik kabut, bayangan-bayangan mulai terlihat lagi. Sosok-sosok yang sebelumnya hanya mereka temui di terowongan, kini muncul di dunia nyata. Mereka bergerak perlahan, dengan mata merah menyala, mendekati dari segala arah. Arka dan Yuda mempercepat langkah, tetapi ke mana pun mereka pergi, bayangan itu selalu mengikuti.

Mereka berlari. Tak peduli kelelahan yang mereka rasakan, rasa takut akan tertangkap lebih besar dari segalanya. Langkah kaki mereka menggema di dataran yang sunyi, dan suara napas mereka semakin berat. Arka terus menengok ke belakang, melihat bayangan-bayangan itu semakin mendekat, tapi mereka tidak pernah menyerah.

Setelah berlari tanpa henti, mereka sampai di sebuah bukit berbatu. Di atas bukit, ada sebuah bangunan tua yang terlihat masih utuh—mungkin sebuah rumah kecil atau bekas tempat perlindungan. Tanpa berpikir panjang, mereka berlari menuju bangunan itu, berharap menemukan perlindungan terakhir.

Begitu mereka sampai di pintu, Arka langsung menendangnya hingga terbuka. Mereka masuk ke dalam, mengunci pintu di belakang mereka dengan napas tersengal-sengal. Suasana di dalam rumah itu tenang, namun penuh dengan perasaan aneh, seolah-olah tempat itu pernah dihuni oleh seseorang yang telah lama pergi.

Mereka berdua duduk, mencoba menenangkan diri. Untuk sesaat, hanya ada keheningan, dan mereka berpikir mungkin akhirnya mereka bisa beristirahat.

Namun, ketenangan itu tidak bertahan lama. Pintu kayu di belakang mereka mulai bergetar, seolah-olah sesuatu di luar mencoba menerobos masuk. Arka langsung berdiri, pisau di tangannya. Yuda bergerak ke arah jendela kecil dan mengintip ke luar. Sosok-sosok bayangan itu telah berkumpul di sekitar rumah, menunggu di luar seperti pemangsa yang menunggu mangsanya jatuh.

“Kita terjebak,” bisik Yuda, matanya melebar.

Arka mengepalkan tangannya. “Kita harus bertahan.”

CAHAYA TERAKHIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang