Langit di atas kota Jiangsu tampak suram, mendung tebal menggantung rendah di atas pemakaman. Udara terasa dingin, seakan mencerminkan kesedihan yang memenuhi hati Zhou Shiyu. Angin yang bertiup membawa aroma lembap dari tanah yang basah, seakan ikut menangis bersama dengan gadis itu.
Zhou Shiyu berdiri di depan nisan yang masih segar. Tanah di sekitarnya belum sepenuhnya padat, bunga-bunga yang diletakkan di atas gundukan tanah, tanda penghormatan terakhir dari keluarga dan teman-teman yang kini telah pergi, meninggalkannya sendirian di tempat itu.
Dia memandangi nisan dengan nama yang terukir di sana, 'Wang Yi', nama yang begitu akrab, namun kini terasa begitu jauh. Hatinya terasa hampa, seolah-olah sebuah lubang besar telah tercipta dalam dirinya. Di balik matanya yang sembab, Zhou Shiyu terus menangis dalam diam, air mata yang jatuh satu per satu, membasahi pipinya yang dingin.
Hujan rintik-rintik mulai turun, tapi Zhou Shiyu tak bergerak sedikit pun. Dia tetap di tempatnya, tak peduli dengan pakaiannya yang mulai basah oleh air hujan. Di bawah langit yang kelabu, hanya ada kesunyian dan kesedihan yang menyelimuti Zhou Shiyu.
"Aku seharusnya... aku seharusnya menahanmu" gumam Zhou Shiyu dengan suara yang nyaris tidak terdengar, bergetar karena menahan isak. Tangannya meremas bunga mawar putih yang dia bawa, memecah kelopaknya dengan rasa bersalah yang mendalam.
Dia teringat saat itu, di halte bus, di mana semuanya masih terasa normal. Wang Yi, dengan wajah polosnya, hendak mengatakan sesuatu yang jelas penting, tapi Zhou Shiyu malah tertawa dan tidak menahan gadis itu untuk tetap di sisinya. Andai saja dia bisa mengulang waktu, dia akan melakukan apapun untuk membuat Wang Yi tetap berada di sana, di sampingnya, dan tidak pergi membeli es krim itu. Keputusan kecil yang tampaknya tidak penting, tapi mengubah segalanya.
Zhou Shiyu terisak lebih keras, menunduk di depan makam Wang Yi, lututnya jatuh ke tanah. Tangannya gemetar saat dia menyentuh permukaan nisan itu, seolah-olah berharap Wang Yi akan muncul lagi, seolah-olah dia akan bangun dari tidurnya.
"Wang Yi... Bangunlah, aku mohon..." suara Zhou Shiyu pecah dalam tangis, "Kamu nggak boleh ninggalin aku kayak gini. Kamu masih punya hutang padaku... Kamu masih harus jelasin sesuatu padaku... Kamu belum menyelesaikan kalimatmu waktu itu, ingat?"
Tangannya yang gemetar meremas lebih erat nisan itu, seolah-olah dengan sentuhannya, dia bisa menghidupkan kembali gadis yang kini telah pergi. "Seharusnya aku menahanmu di sana, menyuruhmu duduk dan mengatakan apa yang sebenarnya ingin kamu katakan. Tapi aku... aku malah membuatmu pergi, membiarkan kecelakaan itu terjadi... Maafkan aku..." isaknya semakin keras.
Kesedihan yang Zhou Shiyu rasakan semakin dalam saat dia mengingat senyum Wang Yi yang selalu menenangkan, cara gadis itu selalu menatapnya dengan tatapan penuh perhatian, dan bagaimana dia selalu ada di sisinya, bahkan saat Zhou Shiyu tidak menyadari betapa pentingnya Wang Yi bagi dirinya.
"Aku... Aku juga... Aku juga ingin memberitahumu sesuatu, Wang Yi..." katanya dengan suara parau, matanya yang bengkak terus menatap tanah di depan nisan. "Sejak awal, sejak kita pertama kali bertemu di sekolah, aku sudah menyukaimu. Bukan hanya sebagai teman... tapi lebih dari itu. Aku mencintaimu, Wang Yi. Tapi aku... aku terlalu pengecut untuk mengatakannya."
Zhou Shiyu menundukkan kepalanya, air matanya tak pernah berhenti. Dia mengingat setiap momen yang mereka lewati bersama. Setiap tawa, setiap candaan, dan setiap detik di mana hatinya berdebar-debar hanya karena Wang Yi berada di dekatnya. Namun, semuanya terasa terlambat sekarang.
"Kita sudah mengenal satu sama lain begitu lama, tapi aku selalu takut buat ungkapin perasaanku... Karna aku takut kamu membenciku. Dan sekarang kamu pergi, sebelum aku sempat memberitahumu betapa berartinya kamu untukku. Sekarang... aku nggak akan pernah punya kesempatan lagi..." Zhou Shiyu menggigit bibirnya, menahan isakan yang semakin dalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadows Of The Past | SQHY | Wang Yi x Zhou Shiyu SNH48
أدب المراهقينTiga tahun lalu, Zhou Shiyu kehilangan sahabat sekaligus cinta pertamanya, Wang Yi, yang meninggal dalam kecelakaan tragis tepat di depan matanya. Kehilangan itu membuat Zhou Shiyu trauma hingga ia harus meninggalkan sekolah. Kini, setelah pindah k...