Elano : 11

2.8K 120 4
                                    

"Seluruh pekerja akan datang besok pagi dan biarlah mereka semua yang mengurus rumah ini, kita hanya istirahat saja sayang"

Coba tebak keputusan yang Zora ambil? Yup ia memilih untuk tinggal bersama meskipun nanti batinnya akan terluka. Tapi gapapa yang penting ada uang.

Salah guys. Ia hanya tidak mau mati dalam kondisi masih diperkosa oleh Elano. Dari pada nanti ia masuk neraka, mending menghabiskan uang Elano dulu gak sih?

Zora masih banyak dosa apalagi ia merasa sangat bersalah pada Samuel yang tengah dirawat dirumah sakit. Meski Elano juga salah karena memukuli Samuel hingga koma, tetapi Zora lah penyebab semua itu Elano bercerita kalau laki-laki itu selalu mematai-matai nya. Otomatis Elano juga tau siapa saja yang dekat dengan Zora kan?

Karena cemburu yang sangat besar. Elano menyusun rencana untuk membuat Samuel terluka. Hanya koma, tidak sampai meninggal. Dan entah kapan Samuel terbangun dari koma nya.

Hari berganti gelap. Elano memesan makanan untuk dirinya dan juga Zora. Laki-laki itu tersenyum saat Zora makan dengan lahab.

"Pelan-pelan sayang, aku gak akan merebut makananmu" ucap Elano. Tangan besar itu sambil mengusap ujung bibir Zora yang kotor karena sambal.

Elano memesan dua bungkus nasi padang. Itu karena saran dari Zora. Selera gadisnya kampungan sekali. Pikir Elano.

"Mau desert juga gak?"

Zora menggeleng sebagai jawaban. Memakan nasi padang ini sudah membuatnya kenyang, apalagi porsinya lumayan banyak. Zora tidak habis saat memakannya.

"Aku sudah memesannya"

"Terus kenapa tadi nanya?"

"Buat basa basi aja"

"Basa basi bangsat"

Elano tersenyum. Ucapan Zora sangat membuatnya marah. Kalau ia jejalkan penisnya ke dalam mulut itu, apakah mulutnya masih bisa berbicara kotor? Pasti tidak kan karena sudah penuh.

Selesai makan. Tidak ada hal yang bisa dilakukan mereka selain menonton film di televisi layar lebar tepat berada di kamar mereka sambil bersender di kasur.

Rumah sebesar ini hanya ada satu kamar yang sangat luas dan juga kamar mandi lebar didalamnya. Kamar itu berada di lantai dua, tepat disebelah ruangan bayi yang tadi Zora lihat dengan Lano.

Lantai satu hanya berisi ruang tamu, ruang makan dan juga dapur. Karena rumahnya sangat besar jadi setiap ruangan sangat luas dan lebar.

Zora mungkin bisa mengendarai sepeda motor memutari lantai satu. Tetapi karena ia tidak bisa menaiki kendaraan apapun ia hanya berangan-angan saja.

Satu atau dua film sudah di putar. Kali ini Elano yang mencari film setelah ia sudah muak menonton film kartun karena saran dari Zora.

"Ganti, gak suka roman"

"Tidak, kakak tadi sudah aku turutin untuk menonton sesuai saran kakak, sekarang giliranku"

"Enggak! Saran lo ada cipokannya, ntar lo jadi birahi terus maksa gue lagi"

"Aku gak suka kartun kak, saran kakak sangat jelek"

"Itu anime bujang, kartun ma anime beda"

"Tetep aja selera kakak jelek"

Begitulah jika sama-sama anak pertama dan sama-sama anak tunggal disatukan. Selalu berantem apalagi mereka masih remaja yang duduk di bangku sekolah.

Belum selesai dengan masalah film. Saat mereka saling berebut remot itu, jari Zora tidak sengaja memencet film horor yang langsung muncul sosok hantu nya.

Suara dari televisi itu sangat keras hingga mengejutkan mereka berdua. Elano yang tak sengaja melihat hantu itu, ia menarik selimut lalu membungkus tubuhnya dengan rapat. Lano juga tak lupa menutup kedua telinganya dan berteriak menyuruh Zora untuk menganti filmnya.

Zora yang tidak takut hantu pun menahan tawa melihat tingkah laki-laki itu. Badannya saja yang gede tapi nyalinya ciut saat melihat hantu. Batin Zora.

Setidaknya Zora tahu satu hal yang paling ditakuti Elano.

"Ganti kak, aku gak suka hantu!" Teriak Lano dari balik selimutnya.

"Gak, ini aja lucu"

"Kakak buta ya? Hantu serem gitu dibilang lucu"

"Pftt... Ya emang lucu, make up nya nyatu banget"

Elano mengeluarkan tangannya. Ia merangkul pinggang ramping Zora yang tubuhnya masih dibungkus oleh selimut. "Kak, ganti. Lano gak suka" ucap Elano dengan nada yang sedikit manja dan memelas.

Merasa iba pada laki-laki ini. Zora mematikan televisi itu. Meskipun Lano menginginkan dirinya selalu bersama laki-laki itu. Elano sama sekali tidak pernah menyakitinya secara fisik. Meskipun batinnya kadang sakit hati karena ucapan pedas laki-laki itu.

"Udah, geser dikit"

Zora merasakan gesekan pada pinggangnya. Mungkin Elano menggeleng sebagai jawaban. Ia menghembuskan nafas lalu mematikan lampu tidur yang berada diatas nakas. Ia sedikit mendorong tubuh Elano agar ia juga bisa merebahkan tubuhnya.

Tak lama mereka tertidur dengan Elano yang memeluk tubuh kecil Zora dengan ingatannya yang masih berputar tentang wajah hantu tadi. Meskipun ia hanya melihat sekilas, tetapi memori Elano selalu memutar kemunculan hantu itu.

>>>

Pukul tuga dini hari Elano membangunkan Zora untuk mengantarnya ke kamar mandi. Namun gadis itu hanya membalasnya dengan deheman singkat dan mata yang masih terpejam.

"Kak... Anterin" manja Elano. Ia tidak berani karena masih membayangkan wajh hantu kemarin.

"Pergi sendiri, malu sama titid"

"Kak Zora..."

Elano masih membujuk gadis itu, ia hanya minta di temani didepan pintu kamar mandi saja sambil mengobrol untuk memastikan Zora tidak pergi dari tempatnya.

Karena gadisnya tak kunjung bangun, Elano menggendong gadis itu ala bridal style lalu menurunkan Zora tepat didepan pintu kamar mandi.

"Tunggu disini, Lano hanya sebentar"

Zora bedecak kesal. Buyar sudah mimpi indahnya tentang masuk dunia isekai dan bertemu dengan husbu nya. Ia masih sangat mengantuk. Bahkan kepalanya mengangguk-angguk karena tak kuat menahan kantuknya.

Elano yang sudah selesai menahan tawa melihat gadisnya. Meskipun wajah bantal karena bangun tidur dan keadaannya masih mengantuk, kecantikan Zora tak pernah luntur dari wajah itu.

Entahlah, kenapa juga Lano bisa tergila-gila pada gadis miskin ini. Ia bahkan mau dibuat repot mengurung Zora dirumah yang ia beli berkat bantuan ayahnya karena tidak ingin gadisnya dimiliki orang lain.

Lano kembali mengendong Zora menuju kasur. Kali ini tidak ada hal yang membuat mereka terbangun hingga matahari terbit yang memaksa semua orang beraktivitas supaya badan tetap sehat.

.
.
.
Next..

Elano (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang