"Kay.... bangun".
Kedua mataku berkedip pelan saat merasakan sesuatu yang dingin menyentuh pipi kiriku dan pupil kedua mataku semakin melebar saat melihat wajah Ruby sangat dekat dengan wajahku.
Kok Ruby gak ada hembusan nafasnya?
Ah iya lupa....dia kan dah dead, ya pasti dia gak ada hembusan nafasnya lah.
Aku sontak mendorong Ruby kesamping sebelum aku duduk tegak di atas tempat tidur saat Ruby sedikit terbang untuk berdiri di tepi tempat tidur.
"Kenapa kamu mendorong ku?"
"Ya gimana gak dorong kalau wajah kamu tiba-tiba berada sangat dekat dengan wajahku".
"Lah emangnya kenapa?"
"Ya kaget lah".
"Oo baguslah".
"Kok bagus sih? Kalau aku jantungan terus mati gimana?"
Bibir Ruby tersenyum tipis "kalau itu sih tambah bagus".
"Oh jadi kamu pengen aku cepet mati?"
Ruby menganggukan kepalanya dan menatapku dengan lekat "tentu, soalnya kalau kamu mati kan nanti kita bisa bersatu di alam baka".
Dih bersatu katanya? Ogah banget.... empek-empek Palembang masih enak banget ku nikmati. Kalau aku mati nanti aku gak bisa makan empek-empek, seblak, bakso aci, cireng, cilok dan lain-lain.
Aku memilih melihat sekeliling kamar ini tergolong sedikit mewah dan modern.
"Ini dimana?"
"Sebuah apartemen".
"Kamu punya apartemen?"
Ruby menggeleng pelan "gak".
"Terus ini apartemen punya siapa?"
"Pengikut ku".
"Dasar hantu miskin", ucapku pelan sambil berdiri.
Ku rasakan perutku mulai kelaparan dan aku berjalan keluar kamar untuk mencari sesuatu yang bisa dimakan.
"Heh mau kemana kamu? Kenapa jadi tamu gak sopan banget".
"Kamu juga gak sopan".
"Gak sopan gimana?"
Aku membuka pintu lemari es sambil melirik ke arah Ruby "kamu suka sembarangan masuk ke rumahku".
Dahiku mengernyit saat melihat lemari es ini hanya di penuh kotak-kotak bunga kantil, kenanga, melati dan mawar merah.
"Jangan berani-berani nya kamu mencuri makananku".
Makanan?
Ku ambil sekotak bunga kantil dan menunjukan kotak itu ke Ruby "ini menurut mu makanan?".
"Hum. Bunga-bunga itu enak".
Hantu ini emang gak waras, sejak kapan bunga itu enak?
Ruby merebut kotak bunga kantil itu dari tanganku dan aku hanya menghela nafas pelan sambil duduk di atas kursi.
Ya Tuhan.... kenapa nasib aku bisa jadi seperti ini sih? Kenapa aku bisa jadi tersangka mutilasi? Padahal yang mutilasi itu Kak Shanon. Dan sialnya lagi aku di tolong sama hantu, bahkan aku sekarang pun lagi sama hantu yang suka bunuh manusia.
Apa Ruby menyelamatkan ku untuk menjadikanku tumbal seperti manusia-manusia yang ia bunuh sebelumnya?
Ku kirik Ruby yang sedang duduk di depanku sambil ngemil bunga kantil dengan lahapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You
Teen FictionNamaku Makayla Brooklyn, panggil saja aku Kayla. Umurku 16 tahun dan aku termasuk perempuan yang sedikit pintar di sekolahku. Aku termasuk siswi yang rajin dan aktif. Namun...kehidupan ku berubah semenjak aku yang tiba-tiba bisa melihat sosok hantu...