Part 17. Menari

19 5 0
                                    

 "SELAMAT MEMBACA!"

-

-

  Di sekolah SMA Star Loveland begitu ramai sekali. Murid di sini memakai pakaian yang bagus-bagus bahkan ada yang unik. Hari Sabtu ini aku menghadiri kegiatan pensi di sekolahnya Raka. Karena dia yang memintaku untuk datang. Jantungku sedikit berdebar-debar karena aku bukan keluarga terdekat Raka tapi malah di undang ke sini. Anggap saja, kegiatan ini aku bisa melihat acara-acara generasi remaja sekarang.

Bijak sekali aku ngomongnya, batinku percaya diri banget.

  Aku pun masuk ke dalam sekolah tersebut dan sudah di suguhkan sebuah podium kecil dengan hiasan yang indah. Dari beberapa siswi yang berlalu lalang, mereka terus menerus melihatku dengan beraneka ragam ekspresi bahkan ada yang berbisik-bisik. Aku yang melihat itu sedikit tidak nyaman.

Lalu datanglah seorang pemuda bertubuh tinggi memakai rompi biru di dada rompi tertulis osis. Ia tersenyum ramah.

"Permisi Nona. Anda harus mengisi daftar tamu dulu sebelum masuk ke dalam." katanya.

"Oh begitu. Ok, mana daftarnya." jawabku singkat. Ia menuntunku ke tempat daftar tamu hadir dan beberapa osis yang di tugaskan di sana.

Aku mengisi isi daftar tamu tersebut setelah selesai. Salah satu osis cewek bertanya,"Nona cantik banget! Nona datang ke sini untuk siapa?"

Pipiku sedikit memerah karena pujian tersebut. Dari sorot mata cewek itu pun tidak ada tanda-tanda kebohongan sama sekali bahkan teman sebelahnya juga menimpali kalau aku cantik. Aku cukup tersenyum saja.

"Oh, aku datang ke sini karena—" belum sempat aku mengatakan kalimatku.

Raka datang memegang tanganku sambil berkata ke osis itu. "Maaf, ia harus ikut denganku." kata Raka lalu menyeretku dari barisan daftar tamu.

  Salah satu dari mereka memaki Raka karena aku belum sempat menjawab pertanyaan. Dan Raka sama sekali tidak peduli dengan protesan osis itu. Aku bertanya-tanya, mengapa Raka tiba-tiba menyeretku begitu saja tanpa sebab?

"Kau ini kenapa?" tanyaku bingung.

Langkahnya berhenti menoleh ke arahku. Tatapan tajam mengarah ke aku, berkata,"tidak apa-apa, aku gak mau berurusan dengan orang yang suka ghibah. Dan aku gak mau mendengar kamu ke sini karena aku."

  Terdiam sejenak mencoba mencerna kalimat yang di utarakan Raka. "Memangnya kenapa kalau aku memberitahu mereka? Masa di ghibahin dikit, kau ngambek." Raka menghela nafas kasar, memutar bola mata malas.

"Pokoknya aku gak mau mendengar apapun dari mereka. Dan kau tahu, aku terkenal di sekolahku. Kejadian kemarin, di lapangan turnamen, gosip sekolah mengenai dirimu tak ada habisnya." katanya membuat mataku menerjab berkali-kali menatap Raka yang kesal.

"Jadi saat ini aku gak mau menambah beban mengurusi kabar-kabar tak berguna itu." tambahnya lagi. Aku menghela nafas kasar.

"Ya kamu gak membiarkanku menjawab pertanyaan. Tapi kau mengundangku ke sini membuat mereka yakin kalau—" kataku terpotong lagi karena Raka.

"Kalau kamu adalah teman kecilku." sahutnya membuat mataku melebar mengatakan kalau aku ini teman kecilnya.

"What?! Itu alasan buruk?!" kataku tak terima.

"Setidaknya mereka semua tak menghujani pertanyaan yang gak penting setelah kamu pergi, Kak Maya." katanya santai sambil mengkode untuk ikut ke acara.

"Kamu mengisi acara sebagai apa?" tanyaku penasaran. Raka menyunggingkan senyuman ke arahku.

Evol & Love {PROSES PENERBITAN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang