Part 08. Pesawat Kertas

50 5 0
                                    

  "SELAMAT MEMBACA!"

-

-

-

   Di tempat yang gelap dan tersembunyi. Tidak ada satupun orang yang mengetahui tempat ini. Di sekelilingnya banyak barang-barang yang sudah tua, berlumut bahkan ada yang rusak. Temboknya pun banyak sarang dan lumut hingga suasananya menjadi lembab. Sebuah obor menyala di sepanjang lorong lembab ini.

Langkah kaki terdengar. Seorang pria memakai topeng dengan balutan pakaian serba hitam menelusuri lorong. Ia masuk ke salah satu ruangan. Di dalamnya penuh dengan tempelan-tempelan di tembok, tempelan tersebut tertulis begitu banyak kalimat-kalimat yang memerintahkan untuk mencelakai salah satu artist terkenal di Loveland City—salah satunya adalah Rumi Taylor.

  Ia diperintahkan oleh seseorang untuk mencelakai Rumi. Namun, ada perintah lain sebelum mencelakai Rumi yaitu menyingkirkan seorang penulis bernama "Maya Lydiana"—Mengapa Maya harus di singkirkan? Sebab kalau ada Maya, rencana yang sudah matang itu akan kandas akibat ulahnya.

"Gadis ini tidak bisa diremehkan sebelah mata? Ia sudah tau, rencana Raven. Jadi aku harus menyingkirkannya sebelum terlambat." gumam pria tersebut memerhatikan foto Maya yang tersenyum memandang novel berjudul "My Future".

***

Sebuah kertas berbentuk pesawat melesat ke arahku dan mengenai kepala. Aku memprotes melihat sekelompok laki-laki tengah tertawa kecil. Lalu aku mencoba mengabaikannya tetapi peswat kertas tersebut mengenai lagi kepalaku sehingga aku frustrasi.

"Hei! Kalian ini kenapa mengarahkan kertas itu padaku?!" omelku berkacak pinggang melihat ada empat pemuda yang masih dengan tawa puas menjailiku.

  Salah satu dari mereka angkat bicara, berkata,"si culun marah!"

"Apa maksudmu culun?!" kataku tak terima menatap tajam ke arah mereka.

"Hei culun! Gak usah sok hero deh! Menantang kami berempat. Lagian kami benar, mengatakan kau culun. Karena kacamatamu dan kau juga penulis novel. Cih, culun banget." katanya meremehkan.

"Oh ya, kau kata aku culun. Aku akan kasih paham, apa arti culun sebenarnya?" kataku  melepaskan kacamata dan ku letakkan di atas meja.

Mereka jelas memerhatikanku sambil berbisik-bisik. Apa yang sedang aku lakukan?! Aku menulis sesuatu di kertasku dengan tulisan besar. "KARMA" adalah tulisan yang aku tulis dan kertas itu aku buat sebagai pesawat. Lalu melemparkan ke arah mereka. Pemuda yang angkat bicara pertama tadi mengumpat karena kertas pesawatku mengarah padanya.

Ia sama sekali tidak terima dengan apa yang aku lakukan.

"Keterlaluan!" ucapnya tak terima maju ke depan, mendekat ke arahku ekspresi marah.

Aku sama sekali tidak takut padanya dan menantangnya. Siapa kata gadis culun takut dengan bullyan kecil ini, tentu saja tidak. Pemuda tersebut mendorongku tetapi aku tak terjatuh. Akhirnya, kami berdua terlibat pertengkaran memukul dan mendorong tanpa peduli murid lainnya tengah menonton bahkan ada yang memvideo.

"Jangan coba-coba berani padaku! Culun?" katanya geram.

"Haha, kenapa aku gak berani? Lagian , aku sama kau makannya sama-sama roti sandwich di pagi hari!" kataku membuat pemuda tersebut kulitnya merah karena amarah.

"Beraninya kau!" amarahnya memuncak dan ia mendorong sekuat tenaga sehingga aku terhuyung ke belakang.

  Sebuah lengan melingkar ke pinggang ku dan kami berdua jatuh tersungkur. Namun, pantatku gak langsung depos natap lantai tapi ada seseorang yang di belakangku. Pegangannya erat di pinggangku.

Evol & Love {PROSES PENERBITAN}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang